Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

Astaga!

Bahkan langit akan mengutuk Bagi siapa yang menghilangkan Bulan malamharinya. Bahkan Langit akan mengutuk Bagi siapa yang pulas bersandar Di pundak yang bukan milik kekasih Yang sudah dibayar lunas kasihsayangnya. Bahkan langit Akan mengutuk bagi siapa Yang menyebut batu pertama tujuh warna Dan kuburbatu berundan sebagai mulut kematian Yang menyimpan kenangan bagi yang Hidup, keadaan bagi yang takut Kecaman bagi yang tak merubah Arah runcing mata senjata terhadap lawannya 2010

Alergi

Alergi Cuaca dingin kembali datang Setelah lima bulan pergi tanpa pamit pada orang orang disekitar seperti lautan Dan surat izin liburan di tengah musim Dibuatnya bingung acak acakkan. Cuaca dingin, saat ini Apakah yang dapat membuatmu pergi Kembali. Seperti lima bulan silam Kamu kabur menyelinap di bawah Gorong gorong rumah tikus yang kenyang Dengan kejunya Cuaca dingin, ini tubuhku sedang merinding Hamper separo bulu dan rambutku Pada berdiri. Pori poriku membesar Dibiarkannya begitu saja keringat keluar Tanpa mesti ada kompromi Dan tatakrama semisal bilang Mau pamitan cari angin. Cuaca dingin, semestinya kamu tahu Tentang kebiasaan alergiku yang tiap kali Muncul saat kedatanganmu. Caladine Di kamar sedang habis. Obat tablet Di laci tinggal sepotong. Sisanya Pecah jadi bubuk debu yang terbang. Cuaca dingin, bukankah Dulu kamu berjanji bersetia padaku Pada orang orang terdekatku Tak akan datang sekali pun Waktu yang tertanda di ingatanmu Membawamu k...

Matahari dan Burung yang Memakan Khuldi

Matahari dan Burung yang Memakan Khuldi Naiklah matahari Seperti naiknya burung burung Yang memakan buah khuldi Satu persatu buah itu Tumbuh di mulutmu Yang masih mengatakan Cinta adalah hal dan ide Mengenai mimpi yang paling khayal Bahkan ketika yang betina Datang merangkul matahari Di pundak dan dada kirinya Buah khuldi tumbuh perlahan Pada lingkar puting merah mudanya Buah khuldi itu kemudian tersenyum Mengembangkan masing masing kemaluan Yang lupa jalan pulang. Membuka tubuh yang masih telanjang Agar menjadi satu nama Yang mengikrarkan bahwa ketiadaan Berawal dari kepastian yang tak nyata pula. 2010

Teror

Teror Kalau saja ada tubuh cinta Yang masih terbang di dekat Televisi, pasti senapan serdadu Yang dicuri bapak tadi malam Sedah saya tembakkan ke pantatnya Yang tak bisa diam Bayangkan, sudah enam acara Gossip bianglala dilewatkan begitu saja Padahal besok di kantor Teman kanan kiri Pasti ngerumpi selebiriti Yang anu ini itu kawin lagi Atau barangkali juga minta dicerai Sama pasangan masing masing. Apa untungnya kalau hidup ini Berpisah lagi? Baru satu tahun Tidur saling berpelukan Merangkai rancangan baju anak anak Menghitung banyak nutrisi untuk si bayi Apa susahnya sekali lewat nonton televisi Tanpa mesti diganggu tubuh cinta Yang kemudian mesti ditembak Lalu tewas seketika? 2010

Thallus

Thallus -1- Hallo! Apakah tubuhmu masih di dalam tangkai mawar yang sengaja dipetik agar durinya mongering. Terkelupas satu persatu? -1.2- Hallo! Apakah suara sesayup sunyi detelingamu terdengar berdenging mengiau seperti kucing yang tak mau mati ditikam pemiliknya? -1.3- Hello! Apakah kamu suka sarapan lidah sepatu yang dipanaskan di wajan berminyak tanpa margarin tanpa keju tanpa gilingan kacang tanpa garam tanpa lada tanpa apa apa? -1.4- Hello Apa yang masih kamu pikirkan? Foto telanjang bapak ibumukah? Atau perbincangan kita yang terlalu tak masuk akal? -1.5- Hello! Apakah kamu mengerti dengan perkataanku sebelumnya? Perkataan di mana tak ada pagi sedingin freezer kulkas yang baru saja didandani tukang becak yang mondar mandir mengawal penumpangnya ke pasar, ke swayalan, ke supermarket , ke gedung pernikahan, ke restoran kepiting asam? -1.6- Hello! Apakah kamu tak suka perbincangan? Apakah kamu lebih suka pertanyaan yang diam, pertanyaan orang orang bisu...

Pra dan Pasca

Pra dan Pasca Kau percaya bagaimana Batu mulanya menetes perlahan di kaca Lalu menampar wajahmu hingga berdarah Bibirmu kemudian lumer Dan hati Apakah akan ikut terjatuh Luruh dari rumah perahunya Sedang aku disini Masih berdiri Demi keinginan untuk masuk Lewat jendela samping pintu rumah kemustahilanmu. Lalu masihkah kau percaya Tentang kegoyahan katakata Yang sengaja dibuat berkelindan Pada ingatan yang tiba-tiba akan menghilang Berkumpul menjadi peledak yang Meraung-raung. Memanggil cinta Dan meminta doa sebagai suatu isyarat yang sacral? 2010

Pleura

Atau ketika Kita memilih menyalakan rindu Dari tanah yang ditanak Di dalam tungku yang menyalakan mekar mawar Kita sepakat Bahwa setelah Bapa dan Tuhan yang Satu Masih ada ibu dan cintanya Yang tak ingin Benar-benar melupakan malam Setelah berkali-kali bermimpi di sianghari Mengejar anaknya Bermain mobil-mobilan Bermain sembunyi-sembunyi Bermain music dan bunyian Bermain kawin-kawinan Sebab di antara usia yang menjadi batas waktu Kelak kita akan dewasa juga Dewasa memetik arti gugur bunga ditimpa tubuh angina yang gemuk Dan selain batang yang begitu setia menjadi awal mula kejadian yang menyembulkan kita Beserta niat ibu kita. -Palembang, 2010

Black Scarf Untuk Pecandukata

Ialah Bapak dari dalam keyakinan Yang kita percayai Sebagai kemasygulan dan kemakmuran doa Yang bertebaran di sepanjang perjalanan Yang tak begitu saja dengan mudah Dipaksakan untuk bersetia Bersedia Berlama dan berulangkali Bertahan dari reruntuh waktu Yang jatuh Dan mengerat erat peluk pada Tangan yang membawa dan Memikul rindu yang berkembang Dan tanpa hilang percuma -- Sekayu '10

Plak

dari mata mengalir nama matahari dan bulan. dari mata malam beramai-ramai menikam kerinduan pada cinta ingatan pada dada letupan pada kaki yang sengaja menggeliat, mengusap-usap telapaknya hingga perih luka menjadi lading dan bedil dan matapisau yang abadi -- Sekayu, 10

Dengan Singkat

nasihat itu ada pada tiap kata dan doa yang membentuk kau menjadi manusia yang mengaliri darah dan tubuhnya di antara sungai dan muara di surga sana. dan jembatan adalah penghubung nikmat yang memasygulkan penciptaan dari seseorang yang menendang bola di lapangannya dengan belah tengadah yang terus, sampai hilang-tiada --2010

Alamat

: ditujukan pada kulit lehermu pada kulit bibirmu pada kulit kelopakmatamu pada kulit dadamu pada kulit yang menumbuhkan rambut di kepalamu pada kulit yang memelihara dengus dan gaung rindumu pada kulit yang menyembunyikan suara dari kemaluanmu pada kulit yang menyekutukan malam di dalam selimut pada kulit yang liar memburu iga wanita untuk usia keadamanmu pada kulit yang rapi dari pori keringat sehabis kita kau aku samarsamar mulai paham makna baru tentang beberapa alamat bijak yang menafsirkan pergumulan di antara susah payah pengiriman rindurindu yang ditujukan pada kau-kulitmu --2010

Alkisah Suatu Malam

-1- tempat kau mengubur anak yang dalam perutnya terbelit kawat duri batas antara kota ibu kau ibuku pernah sama-sama menanam padi untuk diperebutkan oleh sanak suami. -2- tempat kau menikam suara dan jerit, menikam suara anak kecil yang tak punya batas yang terus ingin mati dikubur di liang padi. -3- tempat kau melempar gaduh yang bersumber dari kawat lilitan duri perut yang dibelit kawat duri 2010

Sajak Pagi, Menghitung Waktu

sajak itu datang dari sepi warna di buku gambar anak yang masih usianya bertangkup di bawah batu dan piring makan seorang ibu sajak itu menggeliat dan terbang di atas kepala yang berambut tebal bapak dan ibu yang usianya belum genap seribu tahun dan tigakali lipatnya dasawarsa kepalan bumi yang berayunayun pada langit sajak itu berkata :wangi di tubuh wangi kembang pada sepatu yang berjamur di kaki di mulutmulut anak bapak ibu yang pada waktu bangunnya dari tidur panjang tibatiba melayu mendingin menggigil panas di tanahsalju. Palembang, '10

Cinta, Sajak di Ponsel Kita

kau aku mau. mau rindu. mau rindu itu datang dari matakau mataku. matakau mataku jadi rindu. rindu yang mau pada kau aku. '10

Mukamu, yang

Di batas kecipak air dan meja makan yang kosong Mukamu yang dikenang masalalu Sepuluh tahun dijerat leher dan urat usus yang buntu dengan ide-ide Menulis harapan, dan siang tanpa mengenal api Yang menyuluk dari riak air tenang Mukamu, di batas perih dan luka bakar tanpa api Yang lebih dulu habis. Sebab matahari itu dendam Kepada waktu yang lebih terang. Tahun menjadi semakin kacau dan tak berangka Anak-anak sekolah kehilangan makna Sepatu-sepatu dan dasi merah kehilangan akal dan debu kuning Yang mengotori ban sepeda, juga gerobak, juga mukamu. Dan tentang tulisan di wajahmu yang menyisir bulu-bulu kenangan Di depan cermin, sebelum berangkat sekolah Harapan menjadi ketiadaan semata. Harapan menjadi kulit kacang. Harapan pergi, kemudian hilang begitu belum tutup jendela petang Dari riak dan teriak air tenang yang jatuh di mukamu Bersamanya datang itu luka Datang itu perih Datang itu segala lara yang kosong yang lalu yang buntu yang tanpa mengenal api Yang tenang...

Nyanyian Selamat Datang

musim angin yang bergelayut di telinga telah berlalu. berlari dari waktu. bunga mawar mekar, daun ingatan di kepalamu semakin hijau. "kita serupa batang yang bergoyang bercokol di tanah, tempat atap rumah kita didirikan. dari balik matahari dan sinarnya yang dibawa udara musim angin akan dikenang" sebab kenapa di bumi kita yang belum cukup tua untuk kakek kita merasa bermanja-manja pada ibu bapak kita minta digendong dibawa ke sana kemari "saudara sayang mari tidur siang malam ini ada pesta di ladang mawar akan mekar musim angin akan datang di pelupuk mata ibu bapak kamu dan aku mesti bergadang, masak udang capit pedas cumi goreng bumbu syomai yang paling penting nila dan tujuh loki arak dari pohon aren di hutan yang bersebelah dengan bilah pengasah parang penebang kayu kita" atap kita akan tetap berdiri meneduhi dari waktu tiba matahari yang tembus pandang. nyanyian kita akan tetap dinamai selamat datang kepada musim angin dan mawa...

Mae, Dokumenter

Kasih di matamu bermain air Menjadi api di tiap malam yang tak ingin dikuliti sepi Lampu akan padam Dan selimut bergemetar di tepi ranjang Tidur pada nanar kamar itu, kamar waktu Kamar tentang pengabadian O mae* Di pembuluh darahmu *) berasal dari bahasa Portugis yang artinya ibu '10

Ringtone

pusara di lagu yang bernada garis retak biola, dan listrik di malam minggu yang masih ingin mendengar suara ”hai” katakan, o kita masih saja merasa mesra di usia yang belia di antara 89 tahun kandungan ibumu dan 94 kandungan ibuku katakan ya kita masih berbicara dan tertawa geli, berbicara dan saling menggurui bukan ini. tapi kita yang itu akan sepakat melompat demi istirah pada tiang-tiang nada lagu bertempo mars dan begitu cepat bermukim di tenggorokan kita berdawai dan bergesekan lalu menjadi geram mencubiti tiap lubang di pipi. Chubby kasihku , mana bisikan dan cintamu? berujung pada pukul berapakah rindu jam pada arloji ponselmu? '10

Sapu Tangan di

sapu tangan hilir di atas air sepi pada asap dan dada sapu tangan di sisi matamu meledak di tepi airmata mengalir ke lembah pipi dan tinggi hidungmu sapu tangan di sisi tanganmu : sepi asap airmata :sepi seka menuju dada :sepi yang beriak dan bergema   --Sekayu, '10  

Mengenai Sapaan dan Cinta

hai, kata cinta itu berpagut dari sinyal yang jauh jatuh ditimpa badai ribut badai yang meraung di dalam jantung badai yang menyuluk di tiap belai bulu dan rambut hai, kata cinta suara mana yang masih dapat dikenali di antara baris-baris senar cello yang begitu rapat? suara apa yang mendentumkan nada bertingkap, wajah terang langit di atas bumi kita? hai, dan cinta membawa kemari cinta menari dengan sepatu cinta hai, siapa kini cinta yang yakin atas segala denting-denting di redup kamar istirah yang mendengar dan berjinjit di atas pukulan nyaring angit angin hai, o cinta berayun-ayun di hilang daun yang selalu ingin naik di gedung menghadap senja berhati awan cinta berangin di tiang dudukan yang manis dan cinta yang serupa ingin menerus pergi bersama udara yang dingin hai hai cinta dan itu cinta pergi kemana cinta? -- Sekayu, 2010

Pemondokan yang Sempat Diingat

datanglah badai itu. menggemuruh di lebar daun, di tipis pintu yang bersekat tubuhku.. sebab kali ini tak akan ada batas antara waktu yang lampau aku baru ingat, pernah mengatakan tentang sebuah kubus bidang di lingkar puting ibuku. aku pun menyusu sampai tak ada air yang tergelincir di lubang kehausan tenggorokkanku. aku baru ingat, pernah memikirkan orang berpakaian asing. di lehernya terlilit balutan syal biru. meski tak ada hujan dan dingin, keringat dan panasnya pasti melunak. menjadi penyejuk sampai habis angin malam ini. "tidurlah pundak mana pun yang kau suka. tapi jenjang pundak yang kanan milikku masih ada bekas tusukan beling yang tak sudah gatal dan mengering. sewaktu-waktu aku pun akan bersandar melepas peluh di pundakmu." :mengecilkan suara perih, luka cepat pulih -- sekayu, 2010

DI BAWAH LAMPU JAM TIGA PAGI

Ganz Pecandukata * ada gambar wajah dan kakimu telungkup pada baskom berisi airmataku ** pundak dan tangan yang kuberikan rupanya susah menjadi huruf di gelombang menuju kotamu; kotamu yang masih rapi tapi, tampak segalanya seperti buritan *** jika dua mata ini tak cukup maka ambillah yang ada pada dadaku, sebab jantungku tau kapan harus berdetak kapan menyatu dengan detakmu **** jam tiga pagi ini ada tubuh yang puisi penangkal remang-rindu di bawah lampu yang gelisah memijar tanya apakah usiamu setara tangismu, mataku? http://ganzpecandukata.blogspot.com/2010/10/di-bawah-lampu-jam-tiga-pagi.html

saat itu

langit di batas kota menguning. lampu di batas kota kenangan di batas kota menguning. dan suara gitar piring makan, air minum di gelas yang bermuara ke selaput tangan kita, menguning. perjalanan yang jauh, kemudian jatuh menguning palembang, 2010

Tuhan, “Kamu Mesti Tahu”

Tuhan tak mengenal wajah siapa yang tertidur di sampingnya. Suara roll kaset radio berderak kacau. ”ku tahu kau selalu ingin denganku”*. Lima bait lirik lagu tanpa judul. Tuhan bernyanyi. Rak buku, tempat tidur, dan suara pesan di ponsel berdering. Dan bergemincing kelap-kelip. Di tubuh itu, Tuhan menyenggolkan perutnya yang masih gatal. Getah yang turun dari hujan di bawah pohon pinus yang bergulung-gulung, tiba-tiba turun. Sambil menegang matanya, Tuhan berteriak, :jangan berkuda di sini!” awas lika liku luka di betis pahamu akan melebar!” Hujan, dan rintik. Dibasuhnya keadaan yang menakutkan itu. Tuhan tak mau memekik. Wajah yang tertidur di sampingnya pasti terbangun. Mengusik ketenangan yang sudah lama tidak teratur. Debu, entah kuda siapa itu yang melaju. Pengelana yang datang jauh pasti tahu kemana jalan yang salah. Sepertinya di sini bukan jalan menuju tujuan dan jawaban. ”Aduhai! Turuti saja, dan kembalilah membelakangi hati yang sedang cemas ini.” ”Perkenalan wajah sia...

Jurnal Lesbi Kali Ini

dan merinding di sekujur tubuhmu, rendamlah agar timbul bola-bola sabun yang licin. jalan yang tak lelah dan terjal di sini tak hentinya mengaku tak ingin kalah. pasukan-pasukan cuaca tak henti mengirimkan wabah yang keji. sampul buku diari yang hilang judulnya, dan kaca stroberi di rumah-rumah kota, berlamburan. dan terlempar. kamu tidah sedang bercanda dan tidak pula memainkan api pada kompor gas elpiji. kamu tidak sedang mencuci piring-piring nasi yang mengerakkan lemak daging dengan keras. ayolah Enigma, kamu sudah cukup manis untuk dicicipi. buahbuah tangan dan pijakan kaki yang kusam bukankah telah kamu siram dan kamu poles dengan masker bengkoang. Supaya mulus dan putih. putih pada kuku, putih yang selalu ingin tumbuh di tubuhku. sampai ketika burung-burung onta terbang lindap di gedung teater itu, kita masih sempat menyaksikan kemolekan sisa cahaya matahari yang tiba-tiba memerahkan pipimu. Enigma, wanita mana yang tak ingin menyediakan hatinya yang terus-menerus merasa...

After All

dari api dan matamu yang menyala, apakah langit di atas seribu kepala yang terbenam itu akan runtuh di pelukanmu. begitu kamu mengetatkan isi rongga dan jalur napas di kerongkongan, cahaya mustahil masuk berkaca di simpulan darah. dan kata yang bersembunyi masuk di pembuluhmu akan tetap menjadi kuli bangunan roboh dan arsitek jalanan yang ingin bersama-sama membikin jalan tanpa ada sisa-sisa kelengangan. demi kamu, apalagi yang akan dipersembahkan sebagai upeti bayaran hidup dan mati bagi penulis deritanya sendiri? apakah pasir yang dimainkan seorang bapak di jempol kaki untuk anaknya di sore tadi? apakah kerajaan pasir yang lembab dan berbau lumut itu tak akan tergerus bersama ombak yang kabur dari peluhmu? bertanya dan menanyakan kehidupan rumpun sembilan puluh sembilan bunga mawar di pot kembang, serupa membicarakan kegilaan yang tak pasti. kamu duduk, memainkan gitar berdawai sembilan. lubang hidung yang ada di wajahmu kamu sumbat menjadi terowongan buntu, kedap cahaya, kedap l...

Pendekar

kekuatan yang tumbuh dari kelopak mawar kekuatan yang tumbuh menjadi matang kekuatan yang berselang sesudah waktu siang kekuatan matahari naik sepenggalah kekuatan di banjir air kekuatan yang belum berakhir kekuatan , tanpa waktu kekuatan yang mendengar segala lemah dari pusar kepala kekuatan , di lingkar kaki kekuatan yang mengendap di dalam guci-guci padi kekuatan itu ingin memakan segala pedih kekuatan yang berdiri di atas ziarah makam cinta kekuatan yang menyalib bau anyir peperangan kekuatan yang mengabulkan segala nubuat pinta di atas mataruncingnya kekuatan, pada para penguat kekuatan kekuatan itu dijeritkan -- sekayu, '10

Sembarangan!

tersebab Gie* ada yang bertanya bagaimana bibir wanita dan gadis yang tipis ada yang bertanya seperti apakah warna gincu wanita dan gadis ada yang bertanya kepada siapa wanita dan gadis melumatkan bibirnya yang sekian kali pernah habis manis ada yang bertanya . . . lalu kujawab saja, bibir wanita dan gadis itu berlipatan dua. di tengahnya ada patahan yang meliuk, yang kenyal dan empuk. di bibirnya, wanita dan gadis suka memakai gincu yang berwarna. entah merah, entah putih, entah hitam. wanita dan gadis juga cepat bosan. habis yang merah, mau yang putih. habis yang putih, mau yang hitam. habis yang hitam, lalu hilang. wanita dan gadis yang memesona sangat ingin melumat dan membekuk bibir teman-temannya, kekasihnya, teman kekasihnya, kekasih teman-temannya. wanita dan gadis akan tertawa, sebab bibirnya yang tak cepat menyerah itu dapat membuat yang lainnya bahagia. *) baca Ganz Pecandukata -- sekayu, 2010  

The Day of Wisdom

        : saturday night di muara kaca jendela yang ingin dimasuki titik-titik air dan riciknya yang gerimis seorang gadis duduk dan lama menatap ke atas ke arah langit yang padam dan pekat. disekanya airmata yang jatuh yang leleh di lubang pipi itu. disapunya dengan tangan yang saat dua jam lalu masih asik bermain dengan pancuran air di atas genting ia tadahkan tangannya yang cekung seperti bentuk doa-doa yang tengadah. ia tersenyum. dilihatnya bayangan yang pucat, yang masih punya kecemasan di tiap waktu yang senantiasa datang saat suntuk. sebab suntuk sehabis mengolah lahan kata yang adakalanya memiliki makna yang mesti dibuahi ditanam, dipupuk, disiram, dan dibiarkan memanjang di pagihari. "apakah aku masih dapat melihat suasana yang masih berkabut seperti saat ini? tiba-tiba aku mulai takut. pada air barangkali aku mengadu dan menangis. di sela waktu setelah cahaya tenggelam untuk beberapa jam, dan besok rasanya begitu singkat." ...

Tersebab Hellen Keller

Bersisi 2 buah sajak yang ditujukan pada Hellen Keller, oleh Ganz Pecandukata Sajak di Jalan Braille: Menuju Mata dan Telingamu -1- tersebab memoar Hellen Keller bunga-bunga lili liar menaruh sejumlah bentuk perasaan yang tumpah ketika engkau bermain dengan bahasa-bahasa eja pada jemari ke pemahaman bibirmu lalu di antara semi pohon mimosa ada pikiran-pikiran tak terucap, jatuh bersama dengan bunga-bunga keringnya dekat pagar rumahmu dan hidung cabang-cabang basah mencium patahan aksara mimpi-mimpimu melalui tebal kambium waktu; kukira engkau benar bagaimana mengarahkan jendela-usia menafsirkannya dengan cara hati-jemarimu, lantas mengatakan kepada arakan anginlembah yang mengubah gerak awan merah jambu ke atas pohon ek raksasa dan linden sehingga engkau dapati nyanyian pipit mengirimkan pengharapan atas keindahan merangkum segalanya di penghabisan februarimu : jika kita pernah melihat, maka “hari itu serta apa yang ditunjukkannya adalah milik kita”* ...

Sajak Ganz Pecandukata di Hari Ulangtahunnya yang ke-21

dalam sajak ini terdapat 21 pasal yang menandakan usianya saat ini. mulai pada pasal 0 sebagai awal kelahirannya dari rahim Sang Ibu. kemudian disusul pasal 1 hingga seterusnya. tertanda 100989 PASAL 0 bangunan lama rupanya telah mendirikan sesuatu di hari minggu legi pagi sewaktu air ketuban melulur dari rahim ibumu menuju tangismu. sesuatu itu menubuatkan tentang nasihat “kelahiran adalah ibuketiadaan.” PASAL 1 maka terkuaklah bangunan lama mengapa ia ada dan mencipta riwayat di balik nama kanakmu. ketahuilah, ia hanya terjadi karena pintu yang terbuka setelah airmata mengetuk perlahan. PASAL 2 ada nyanyian ninabobo, sayup semakin kecil dan kecil datang lewat puting susu eyangmu. nyanyian itu menanggalkan sangkakala dari malaikat yang mencoba menyerahkannya kepada ibumu. PASAL 3 apakah sakit yang kau kandung bermula setelah bapakmu menghamili perasaan tentang neraka. bahwa surga tak ada di atas sana….tak ada di pikiranmu, namun ada di perasaanmu yang sewakt...

Sentir Dolor, Luci

Sentir Dolor, Luci* Luci, dengan wanita yang membawakan sekeranjang pakaian basahmu, aku diam-diam menyelinap dan berselimut di bawah tetesan rembesan air sungai itu. Aku melihat seolah cermin di tanganku terbelah dua, memisahkan wajah kemarahanmu, antara emosi dan kejengkelan yang kadang ingin terus melumatku sampai habis. Luci, aku memanggil namamu yang berdentum melimpahkan gigil sekaligus keringat yang menakutkan. Membuatku kerdil lalu jatuh di pinggiran tanah landai. Sampai tiba-tiba aku berpikir bahwa kamu telah melepaskanku dari segenap cinta yang dulu masih tampak bundar dan melingkar. Luci, jelas aku merasa sakit, timbunan kekesalan dan ketidakberdayaan yang dulu menjadi sekadar teori kini benar-benar terjadi. Dan kelenyapan atas kamu telah menjadi ketiadaan yang sebentar lagi mengabadi dalam kesendirianku Luci, kamu mesti memelukku malam ini. Sebab angin dan bulan akan bersatu menikam kepala dan leherku yang dulu pernah merendah di atas pinggulmu. Sebab angin dan bul...

Kubur

di baris-baris kematian dan ketiadaan kami mengubur tubuh di ladang-ladang gandum yang dipenuhi bubuk-bubuk racun darah kami mengalir dan bergerak cepat begitu saja kami menumpulkan barang dan biji yang kadang bersemi tepat pada waktunya. berbuah dan berdaging seolaah waktu itu kami senantiasa akan kenyang tanpa takut merasa mati dan kelaparan tiba di waktu hujan yang telah hilang kami ikut merasa hilang dan terbungkuk mengerang. mengerami tetesan airmata yang lama-lama akan menjadi butiran hujan palsu di tubuh kami rambut dipanen, kulit dibajak dan dibakar dihunus sampai ke tulang-tulang hingga suatu hari ada seseorang setengah lelaki dan setengah baya sambil tersenyum ditikamlah kami sampai meraung sejadijadinya kami pun kemudian ingat bahwa kubur kami yang dulu pernah memberikan pesan yang begitu panjang dan penuh kelemahan andai kami saat ini masih menjadi suatu O yang berdengung dan meraung dengan kejam merakit rasa mati di tubuh kami mengubur rasa...

Traditions

Tradition includes a number of related ideas: Beliefs or customs taught by one generation to the next, often orally. For example, we can speak of the tradition of sending birth announcements, and family traditions at Christmas . Beliefs, customs and practices maintained by social interaction, such as saying "thank you", sending birth announcements, greeting cards, etc. Beliefs, customs and practices maintained by societies and governments, such as Federal holidays in the United States . Beliefs, customs and practices maintained by religious denominations and church bodies that share history, customs, culture, and, to some extent, body of teachings. For example, one can speak of Islam 's Sufi tradition or Christianity's Lutheran tradition. Beliefs, customs and practices that are Prehistoric or have lost/ arcane origins, such as trade , the teaching of language and education in general. Traditions serve to preserve a wide range of culturally ...

Theatre

Theatre (or theater , see spelling differences ) is a branch of the performing arts . While any performance may be considered theatre, as a performing art, it focuses almost exclusively on live performers creating a self-contained drama. [ 1 ] A performance qualifies as dramatic by creating a representational illusion. [ 2 ] By this broad definition, theatre had existed since the dawn of man, as a result of the human tendency for storytelling . Since its inception, theatre has come to take on many forms, utilizing speech, gesture, music, dance, and spectacle, combining the other performing arts, often as well as the visual arts , into a single artistic form. The word derives from the Ancient Greek theatron ( θέατρον ) meaning "the seeing place." [ 3 ] next pages find in http://en.wikipedia.org/wiki/Theatre

Praying

Prayer is a form of religious practice that seeks to activate a volitional connection to a god , deity or spirit , through deliberate practice. Prayer may be either individual or communal and take place in public or in private. It may involve the use of words or song. When language is used, prayer may take the form of a hymn, incantation, formal creedal statement, or a spontaneous utterance in the praying person. There are different forms of prayer such as petitionary prayer, prayers of supplication, thanksgiving, and worship /praise. Prayer may be directed towards a deity , spirit, deceased person, or lofty idea, for the purpose of worshiping, requesting guidance , requesting assistance, confessing sins or to express one's thoughts and emotions. Thus, people pray for many reasons such as personal benefit or for the sake of others. Most major religions involve prayer in one way or another. Some ritualize the act of prayer, requiring a strict sequence of actions ...

Ningsih

Aku pergi Suara-suara musik di karavan Tengah meninggalkan kota Sebelum pagi menjadi puisi Dan matahari masih cantik jelita Aku pergi Dengan sekantung benang-benang kabel Yang dililitkan di pinggang gitar tua Agar menjadi bunyi Yang tak sekadar mendengar bunyinya sendiri Aku pergi Meski ketiadaan telah banyak melahirkan Nama-nama penulis cerita sejarah Raja dan ratu hidup di istana Kakek dan cucunya kehabisan roti Pedagang berteriak dengan seikat kain wol di tenggorokannya Gadis kecil yang bermain-main dengan gambar bapak ibunya Yang di tanah kubur Mereka hidup. Saling berpegangan tangan Menatap masing-masing alat kelamin mereka Apakah masih dapat menuturkan cerita Seperti ketika dulu mereka masih bersama-sama berbicara dengan anaknya Aku pergi Sebab suara surau di waktu mendung itu Mendatangkan banjir kiriman di kelopak mataku Tubuhku hanyut. Kamu tidak ada Kamu keluar rumah tiba-tiba Kamu jebol pintu kecil yang meloloskan tikus-tikus angin Kamu curi gau...

Kissing

konon adam dan hawa pernah melakukan hal semacam ini -- palembang '10

Landscape Wanita

wanita wajahmu wajahku beradu menjadi mata menemu kau aku -- palembang '10  

Se-ngi-lu

sampai terakhir kali aku memutuskan untuk menikmati kesendirian lebih dalam lagi mengagumi bagaimana deru di tangan menjadi abu mengagumi bagaimana lagu di pantai menjadi landai kemudian menerjang matamu mataku yang lama dibiarkan telanjang

Heaven

dalam komposisi dan larik puisi sesudah kematian itu, hujan terbakar dalam mimpi -- palembang '10

Cavatina

di remuk muka angin pipa-pipa bergetar salah satu yang masih kosong berbicara dengan harapan yang masih pelan keinginannya untuk dijadikan tiang lampu jalanan -- palembang '10

Little Sixteen

Siapa saja hari ini Di dalam jala yang memukat asin Menjadi lebih panjang tangisannya Mengadu ke dadamu Agar dihangatkan. Matahari di kepala Dan pelangi yang turun tiba-tiba Melangkahi bayangan yang sedang bermain Dengan kecapi dan butiran senja di laut Semakin menguning memadatkan Isi perutnya. Lalu siapa lagi yang akan merasa kedinginan Mengenakan selimut berlubang Mata yang berkubang menjadi airmata? -- palembang ’10

Dawning (Yoake)

Membawa kenangan menjadi nasib Hai, kamu dengar suara itu beriak darimana? Dalam kalbu masing-masing bunga yang akan runtuh Angin akan membawanya menjadi lagu -- palembang '10

Badai

Bibir gosongmu di kantung bajuku hampir mengelupas. Satu persatu jatuh, mengenai kulitku. Kamu bilang tak apa, usia pasti akan meranum. Menyinggahi segala musim yang menemui hidupnya dan kematian Kamu bilang, malam ini ada badai. Badai rindu yang mencuat menjadi gunung-gunung berkabut. Ratusan meter dari matamu yang berasap. Kamu peluk aku yang ingin mematahkan sendi-sendi jari, agar tak ada selimut yang bisa ditarik menuju badanku. Pelabuhan masih jauh. Sepuluh hari lagi baru sampai. kita seolah sudah kalah menahan badai yang tak kalah dingin di mulut laut.

Sebuah Musim

: atau musim di sini begitu asing hingga orang-orang dan denyut mereka pada tiap daun lontar menjadi beku. pada keterbatasan setiap ruas sedang tanah di laut dan di bawah rumah masih begitu lapang : atau musim di sini begitu asing ketika kata harus muncul di mulutbotol bir sampai di kafekafe orangorang habis berciuman habis dengan kekosongan : atau musim di sini begitu asing betapa ini kita tidak segaris dengan jalan yang ditaburi bunga musim di sini begitu asing. . . Sekayu, jan '10

Hujan Berdentum Menyerbu Kotaku

seperti katamu, zaman hujan di antara betis-betis kota mulai basah, berdentum menyerbu kotaku yang asing. padahal di tanah ini, aku masih belajar tentang reaksi matahari terhadap magnet bumi. --dapat kukatakan bahwa kutub selatan kakiku menarik selaput kutub utara kepalaku tapi apakah akan terbentuk lagi sebuah ngarai yang merobohkan sari tanahnya untuk dibangun jalan-jalan, dimana tapak kakiku akan dihitung ketika sampai di pintu rumah a-ba-ta ku-da i-ni : dan aku masih mengeja seperti katamu, akan ada bendungan dalam air, mengisi kebunkopi, kebun jagung, lahan pertanian di tangan kotaku agar tidak mengering dan mengerut seperti pelipis kiriku seperti katamu, hujan itu berdentum di kotaku, begitu terasa di pundak pagi, sampai kabut menebal dan bertambal lancip : berdentum menyerbu kotaku sekayu, 18 jan '10

Manuskrip Peka

: drp "di jantung mana sarafmu akan peka terhadap bunyi yang menadah hujan lalu jatuh ke pori tanganmu sebagai puisi yang lahir dari rangsang kulitmu?" "atau ketika airnya masuk ke lubang telinga dan menembus tulang martil untuk dipukulkan ke gendang telinga, maka bunyi pun akan berdentum, memantul dan kembali lagi seperti seserpih sajak yang musti di dengar" "dan matamu yang berbintik hitam akan menerima cahaya sebagai suatu kilauan yang hidup, yang berawal dari prisma segitiga, memantulkannya lewat langit setelah hujan berlalu ditanganmu." "lalu saraf siapa yang musti dituju sesungguhnya?"

Waktu

"inilah namanya sebuah tujuan di setiap jarak lubang-lubangnya" waktumu adalah sepertiga masa dalam buku dengan karangan dan sampul stofmap biru ketika akan kau mulai halaman pertama entah kenapa seperti ada hidungmu yang masih putih mirip sekali dengan lancipnya pundak ibumu dan ketika tulang rawanmu mulai mengeras membentuk peta serupa hiasan dinding ruang kerja ibumu. kau mulai tahu bahwa bangunan hidup akan segera berdiri palembang, jan '10

Hujan

Hujan baru sampai di kotaku ketika air di tenggorokanmu pecah dan mengering. toko-toko di antara pagar rumah dibuka, ibuibu dalam tenda menggendong bayi barunya seketika berlari membeli cermin dan sandaljepit ala penambang tekstil di atas pegunungan yang tak lagi ada dingin hujan baru sampai di kotaku ketika rambut tanganku mulai gugur serupa daun mahoni dan eboni yang jatuh ke reruntuhan erosi. di pinggir sungai ikanikan telah menjadi asin dan karang berbunga dalam musim dan cuaca adalah langit yang bernama malam hujan baru sampai di kotaku ketika kotak dan sepatu tali mulai dibuka berjalan mengelilingi tikungantikungan curam di antara yang paling terjal hujan baru sampai di kotaku ketika matahari memulai usia yang begitu lama merah di rambutnya adalah air yang ditampung untuk kemarau berikutnya hujan baru sampai di kotaku yang bernama dingin sekayu, 09-02-2010

Majesti

: Majesti seperti katamu, Majesti malam ini aku menemukan orang-orang dalam musik. pada suara kecapi dalam sebuah pesta dan sebuah perkawinan aku kembali menemukan pakaian-pakaian ketat ada tubuhmu yang sedang menari-nari di atas upacara perkawinan itu antara kucingku dan kucingmu yang pernah kutitipkan sebatang lilin di hatinya telah menjadi batu yang begitu hijau ketika mataku menatap kecamata pada air itu, Majesti aku hanya menemukan bermeter-meter jalan beraspal yang dulu aku pelajari di bangku pesakitan :dari metana lalu prosesnya di mesin-mesin dan pabrik kimia seperti katamu, Majesti akan lewat tangisan anak-anak yang baru mengenal warna ibu dan bapaknya yang baru mengenal siapa yang membagi musim dan tempat-tempatnya aku hanya mendengar katamu bahwa kita akan bertemu di pesta dan perkawinan lainkali lalu mengingat batu yang paling hijau di tarian kita nanti, Majesti sekayu, 2010

Outbond Memo

ini kali pertama pagi di perjalanan menghitung jarak yang tidak pasti jarak yang terusmenerus dipagari lumut dan rawa jarak yang kita duduki untuk sementara waktu mengatur sekumpulan udarapagi untuk masuk menyiapkan ruang yang cukup bagi kesenangan yang akan kita buat nanti di lapangan ketika hanya ada suara dan anakkecil bersepeda outbond-memo, aku ingin mengajakmu menyeberangi jalurjalur yang tak dikenal orang jalurjalur yang memberikan luka di sela tangan jalurjalur yang membangun rasa takut pada kita jalurjalur yang menjadikan kita supaya lebih dekat outbond memo telah memanggil kita menjadi bungabunga merah menjadi nasib yang harus membuka pagi dari jendela outbond-memo kenangan pertama yang akan kutulis lama. maka jadilah --catatan : outbond hari minggu jam 6 pagi. Bersama temanteman satu kelas dan wali kelas tergokil SMA Negeri 2 Sekayu, Ms. Aya. Sungguh mengesankan. Apalagi diisi dengan permainan "membuat jembatan manusia" dari potongan...

Truck I'm in Love Melly

truck i'm in love di jalanmu Melly kukatakan, inilah kali pertama ada denyut yang berdentum memusat lalu berlari seperti ketika melihat kincir angin berputar di taman tulip sore kemarin truck i'm in love di jalanmu Melly di halte bis yang aku pesankan satu tiketnya dari kotamu menuju keluasan kotaku sampai di hutanhutan teruslah masuk pada tikungan yang panjang dan pohon beranting ganjil ada isyarat yang musti segera diusaikan tentang mimpi tidak lama lagi senyummu akan abadi truck i'm in love di jalanku ini semua mendesau suara-suara bergesekan ketika kau diam, maka dengarlah akan kautangkap dari ujung bunyinya bahwa ada yang terselip : senyum yang telah abadi Melly oh Melly bagaimana aku harus mengatakan aku ingin sembunyi dari hutan yang mengantarkankau kepadaku dari mimpi yang menjadikan senyummu abadi dari suara yang memperdengarkan keinginanku truck i'm in love di sini di jalanmu, Melly dengan senyum milikmu aku ingin abadi...

Bagaimana Aku

bagaimana aku harus mengatakan kepada pelipis batu yang perlahan terkikis dan menjadi kerikil di pangkal ketiakmu agar tulisanku kelak tidak sia-sia tidak percuma menjadi garam yang menguap di antara kelekak rambutmu yang berkeringat bagaimana aku harus mengatakan kepada bintang yang paling timur dari kepalaku yang menghadap matahari tentang pagi yang baru muncul di antara dua bukit wanita-wanita pembawa bunga di desa-desa tentang pakaian orang-orang bertelanjang kaki tentang pakaian orang-orang yang tertutup permukaan tangannya tentang aku yang senantiasa bertanya bagaimana mengatakan ribuan denyut nadi yang berawal dari sebuah kecemasan yang berawal dari sebuah tikaman lalu panahan suku anak dalam bagaimana aku harus mengatakan delapan windu yang tersimpan sebagai rahasia yang rumit yang tidak pernah menemui kekasihnya atau sekadar istirah dari pendakian panjang di masa silam bagaimana aku . . . sekayu, 26 feb '10

Lukisanlukisan Perang

--kepada Ay Tjoe di antara perang-perang kita yang belum usai masih terdapat ribuan ruang silinder yang menyimpan tubuhtubuh kaku kita. pamanmu yang berkacamata ada di samping tiang benderaku. serupa ibu : di urutan keenambelas ada tudungtudung daun yang senantiasa menutupi kulit pohonpohon dari dingin udara pagi masih dapat kuingat di antara tubuhtubuh itu ada adik manismu, membawakan bunga yang baru menukar warna kemarin petang_sebelum perang pecah menyerbu tanah kita lalu badannya yang setengah membungkuk itu membuatku mengira ia sedang sujud di hadapanmu atau tengah tengadah meminta debu dan deru yang terbakar bersama abu perang pecah perang pecah tapi tidak di ruangan yang tetap menjaga matakita untuk saling memasuki dan menerka lukisanlukisan sunyi untuk perangperang sunyi sekayu '10 maret

Senyum Tersembunyi

--kepada Ampera entah bagaimana aku dapat melukiskan wajahmu mejameja retak ketika dimulai garis pertama yang membentuk sudut lengkung lehermu aku tidak akan mengawali atau mengingat arsiran yang dimuarakan ke sarafkulitmu mungkin kau akan peka ketika melihatnya tapi di sinilah gambarmu akan benar-benar bicara karena kertas ini yang meminta wajahmu yang basah ingatlah ketika tanganku mesti senantiasa lembab dan berlumut. lalu kau hanya diam dan berkata : "hatikulah yang tersenyum sebenarnya bibir tipis dengan gincu pucat ini hanyalah tipudaya. kalau kauingin melihat bagaimana senyum itu menetas masuklah ke dalam bajuku lalu kau akan menemui sepasang pisau untuk memotong rusukku yang tumbuh liar di dalamnya mengalir darah dari segala galau dan risau. maka sumbernya adalah hati ltulah senyumanku yang paling tersembunyi" aku makin gemetar yang kulihat melalui lubanglubang yang kasap cahaya semua menganak dari hatimu inilah sungai sebagai sumbe...

Di Bawahnya Sungaisungai Mengalir

: yoyong amilin kami tidak akan mengatakan bagaimana Adam dilahirkan atau bagaimana peristiwa itu : ketika ia benarbenar membutuhkan Hawa dari tulang rapuhnya yang tidak memiliki cukup kekuatan sempat ia berfikir tentang bendungan akal yang begitu mendesir "siapa sebenarnya yang telah mengoyak dentuman-dentuman daun yang terasa asam di tanahku dengan maksud yang sebenarnya bahwa aku sungguh ingin memiliki sungaisungai mengalir di bawahnya : ketika itu airnya begitu menjadi hening maka Hawa yang suka berlamalama pada air itu tidak lebih sekadar dari apungan ikan yang kehilangan satu sisiknya" kami tidak akan mengatakan bagaimana bentukbentuk kuku Adam ketika pertamakali menyentuh tulang rapuh di sela geletar jemarinya pada saat yang sama mereka musti dipanjangkan tibatiba agar dapat bermukim lebih dekat menuju keluasan nafas yang masih muda dan ketika sampai di antara pucuk udara yang belum gelombang mencapai pada keinginan yang membeku ketika itula...

Itulah Air Mata

menulis kata malam seperti pada cuaca ombak di pantai kita begitu asing seketika menjadi buas pada dada-dada laut yang mengusir deras gelombang malam mengirimkan sesuatu padaku tantang sebuah keberuntungan katakan pada anak kita yang kemarin bermain dengan cerutu bapak tirinya bawakan sebotol bir dan rerekah bunga yang membuat kita menjadi dingin dan suara telah sampai dan mendesir sedang di telingaku ketika menderas menjadi senjata orang-orangan hujan yang sarat dengan kegelapan ”bangkitlah dari pejaman yang pernah memimpikan kita menjadi sepasang gurita yang bercangkang lupakan bahwa laut pernah membawamu menyeberangi sebuah jembatan yang dapat menghubungkan dunia pada luar jendela lalu kamarku masih belum dapat berisik oleh kotak musik yang pernah kulihat di pasar-pasar” malam ini di bawah kekejaman suara aku ingin kita menyeka langit menghentikan kiriman dari perahu seberang : itulah air mata Palembang, 23 maret ’10

Pada 5 Sajak Kita Terus Mencari

--mama /1/ biarkan saja karena kita tak pernah tahu bagaimana sebenarnya bambu membunyikan bambu bagaimana sesungguhnya deru saling memburu bukan karena kita belum sampai pada syarat yang jauh tidak pula karena kita memahami bahkan menginsafi segala arah yang datang lalu menjadi satu /2/ hari kelabu kita menamai setiap catatancatatan yang memang mesti ditutup. untuk dibuka halamannya untuk ditulisi dengan huruf berkapital lalu kita menjadi kata yang senantiasa hidup dan berkata "cha, aku ingin memburu sampai ke banyak langit sampai ke limbung loki yang hampir kering sampai ke hari kelabu yang masih setia menanti di depan pintu" /3/ kita ini perupa yang mengerti bagaimana semestinya garis menjadi arsiran untuk objek yang utama lalu tidak seperti biasanya kita hanya membuat satu titik kita biarkan penikmat galeri menerkanerka wujud apa yang kita buat semalam suntuk kita menggiring mereka terus masuk terus menyelami dedasar ilusi yang t...

Cerita Sebelum Tidur

sekali lagi aku tak dapat melepaskan bulir busa yang mengalir licin pada daun sebab tanganmu menjangkau serat dingin yang mendesing -1- sampaikan pada pasukanmu, kolonel bahwa markasmu telah menjadi milikku bukankah sangat mengasikkan jika tak ada ledakan-ledakan dari mulut berasap rokok lalu tak ada lagi janda-janda menangis sendiri sebab suami mereka berlama-lama di kamar mandi menunggu usapan sabun pada tubuh mereka telah lama berdaki karena di perang tak ada musuh yang mau dijadikan istri -2- selain tempat duduk kali ini maka lepaskanlah topi dan pangkatmu lupakan bahwa kau pernah menang di peperangan tapi di lembahku yang berliku panjang kau mungkin tersesat mencari pusar yang begitu lingkar menuju anak buahmu yang sudah dilucuti senjata "kau hanya suara erangan, kolonel menyerahlah padaku karena di sana wajah keluasan anak-anak kita telah menunggu ayah dan ibu katanya kembali" -3- sisakanlah satu potong kasur dan bantal serta ...

Sehabis Mendung

kita pernah bermimpi memasuki kawah-kawah candi yang menyimpan patung seorang dewi di tangannya ada rumah kita yang menggenang sehabis mendung setelah tiba di antara kedua jemarinya yang lebar kita melupakan doa yang mesti dibawa dan akan diamini oleh roh-roh leluhur penjaga rumah telinga kita menopang bunga. kau lebih suka yang kuning sedang aku suka yang merah. lalu mereka sama-sama tumbuh kemudian mekar memenuhi pengupingan kita sehabis mendung doa-doa kita bermunculan dari putik bunga yang tumbuh sehabis mendung bunga-bunga kita mekar menudungi rambut-rambut kita yang kehabisan tenaga sehabis mendung ketika kita memuarakan segala nasib pada candi bersama seorang dewi kita senantiasa mendengar bisikan parau entah suara atau dengungan bahkan dentuman yang begitu hebat hingga hanya ada satu yang kita ingat : sehabis mendung kita menunduk rendah. tapi kali ini kita merapatkan tangan untuk mengamini doa-doa yang pernah lupa dibawa sekayu, mar...

Gemeretak Cangkir di Malam April

maafkan jika aku mencoba membaca gerak kedua lipatan bibirmu yang masih memerah sebab seseorang di belakangku telah memberitahukan bahwa semalam ketika masih april kau pernah menemui seorang gadis yang kesepian kau bilang bahwa ibunya yang selama ini menghilang telah berhasil kau telan aku tak cukup tahu seberapa lebar lehermu dapat mengerutkan tulang-tulangnya untuk menjadi lebih lunak setelah peristiwa itu maafkan jika aku mencoba menaiki terjal batu gincumu yang mengeras dan mengerak beku sebab aku tak kunjung paham bagaimana kau memilih warna untuk saat itu maka lubang yang memuatkan bola mataku ini mengatakan bahwa seorang lelaki berkuda datang menyekapmu pada gulungan lengannya, setidaknya ada selaksa warna yang kau suka diantaranya adalah luka begitu mirip dengan empedu yang dikeluarkan hatiku maafkan jika kali ini aku tak dapat mengetuk jendelamu atau bahkan meninggalkan wewangi malam yang kuperam di lingkar kancing bajutidurmu dan lelaplah masukl...

Kau Aku Lady of Dream

Lady of dream Kita paham sebatas mana mesti berlagu menuruti sulur akar di hutan bambu Seperti biasa angin pagi lebih dulu sampai di sini Menyambutmu, membawakanmu setangkai kamboja dan putih melati di lubang telingamu Dengar, di sini suasana yang sunyi ”you’re all the only that i desire” Katamu berdebar-debar mengajakku datang Kemudian berlari mengitari akar-akar yang telah menjadi pundakmu untuk bersandar Sebab kamu yang masih jelita Memelukku dengan kerinduan yang mendalam Kamu tidak membakarku, tidak membakar ingatanku Tapi kamu membakar apa yang membuatku merasa menggigil bertanya-tanya Tentang musik apa yang akan dinyanyikan Barangkali kamu lebih tahu Serupa suara bedug bertalu-talu di pengupingan Lalu masuk ke gendang telingaku Setelah berkali-kali jatuh bungkam di tepi tulang martil yang belum cukup dewasa Lady of dream, Remaslah jantungku yang masih ingin berdetak Merekam segala hal yang masih ingin khusyuk Di hadapanmu, apakah aku ini seorang kekasih Yan...

Saya Ingin Bertanya

ada yang tahu siapa yang meletakkan sembarang kaki di sini ada yang tahu siapa yang memukuli katak hingga sebelum pagi mulai benar-benar berbunyi, bernyanyi, menari ada yang tahu siapa yang menggemgam tangan saya saat ini ada yang tahu siapa yang paling pucat jaketnya di antara pentanyaan saya tadi ada yang tahu siapa saya dan siapa yang akan membiarkan saya mati tergeletak tanpa puisi ada yang tahu bersama siapa saya akan pergi menuju rumahmu di tengah kesepian dan suara-suara bisikan yang meyasinkan beberapa nama menjadi kepedihan ada yang tahu siapa? -- '10  

Tanza

dan matamu tanza hidup kami tak akan lama lagi kamu mengambil bilik dinding yang melapisi dingin kami kamu menimbun harapan kami yang tak lama akan bersemi menjadi kelopak bunga tanza, segeralah rebahkan kami seperti mantra-mantra ajaib di tongkat sihirmu padatkan kami menjadi satu tanpa ada di antara kami yang berkeping-keping jatuh tanza, berbutir-butir dari kami melenguh di telingamu, kami mengetuk sebab doa-doa yang dikalengi oleh saudara kami hampir kadaluarsa kami membusuk ulat-ulat di tubuh kami sudah menetas tanza, jangan biarkan kami di tanganmu sia-sia menjadi api yang semata-mata habis dipadamkan oleh puisi -- sekayu  

Orang-orang Perancis

orang-orang perancis di tubuhmu menguap sajak seorang gadis jawa yang ingin berlari ke tepi sungai yang menjaga makam kedua orangtuanya. kamu berziarah ke sana. membawa seikat bunga. kamu memakai parfum yang bertuliskan keroncong : hampir punah. siapa yang akan menyangka bahwa tanah makam itu pernah menjadi sepasang bianglala yang tak pernah mencapai cukup usia "aku datang tapi tidak sendiri aku membawa rombongan berseragam tentara yang mengawal seisi langit aku membawa bunga di pekarangan tanah perancisku telah tumbuh menjadi tumpukan bukit yang perdu" "kamu pasti ingin menangis tapi ini bukan saat yang tepat bersembunyilah di balik jubahku aku akan membawamu mengenali perancisku yang cukup jauh di matamu, aku yakin kamu akan mengerti kenapa orang-orang perancis begitu ingin sampai di makam ini" "orang tuamu kamu masih dapat memantaunya lewat cermin teropong di mataku tak ada yang akan tahu aku, orang perancis ini kamu pasti mengerti...

Kepada Dinda

bacalah buku-buku itu dengan tenang rebahkan kedua tanganmu di atas sampulnya sebab wajahku telah membaca risau dan peluhmu usaplah dadamu yang sarat kerinduan sebab hatiku menerka atas apa, semua rasa itu bersumber :dari segala waktumu yang meluap lewat pundak mama dan papa. sebenarnya ada harapan-harapan yang muncul bersamaan hari kelahiranmu bila kau menghitungnya dari sekarang cukup membutuhkan empat malam purnama dan ratusan matahari yang siap dipanah tepat di tengah sumbu dan nyalanya mungkin saja kau akan menggigil bertanya-tanya di saat malam makin meranum atau mungkin malah merasa mengantuk berulangkali di saat anak matahari kembali dilahirkan dari arah timur rahim ibunya dengarlah gemeretak cangkir-cangkir yang ada di mejatamu sebelah sana kau tak perlu keluar dari peraduan untuk mendengarnya pengupinganmu pasti cukup kuat untuk mengumpulkan dan memisahkan mana bunyi yang begitu sendu untuk diartikan mana bunyi yang begitu asing untuk dihilangkan r...

Tanggungan Hidup dan Mati

-- kau akan gagal mengingatku sebagai kekasih yang utuh   silahkan sayang! kau boleh membuka lubang penuh asap itu sebab di dalamnya telah aku siapkan beberapa cerutu dan lima batang rokok yang berisi tembakau di pantaipantai yang tergerus arus. mungkin bagimu terasa manis, atau seperti gula yang disukai semutsemut merah yang asik berlarian kesana kemari di lantai rumahku matamu, jangan sekalikali dipejamkan sungguh, aku tak akan mampu membuatmu sadar dan lagi mengenaliku sebagai kekasihmu yang utuh sebab asapnya beracun. nanti membuatmu melayang dari satu kesenangan ke kemabukan yang lain hanya setelah perkataanku membisikkan sesuatu di pengupinganmu, barulah kau dapat terpejam perlahan. tak perduli lama atau sebentar saja. waktu di dalam tidurmu, nafasmu, hidupmu, matimu tetap sama. delapan tahun dibayar satu windu, tujuh matahari dan tujuh bulannya digenapi dalam satu minggu. barangkali ini tak terlalu penting bagimu tapi bagaimana pun juga semuanya merupakan...