Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label free verse

To Our 2nd Anniversary

The night has fall, curled around, and settled In silence and peace, the moon flickered courageously and stars blinked naughty It was a rectangled room with a hanging rattan bulb where the cold took hold A wave of joyful energy gathered and helped me chanted, "this day came, we're filled with love and pleasure." We have shared sunrises and sunsets Conquering all fears, expressing the passage of time, enduring love, and tumbling in joy. I dove beneath the quilt Drifted into dreams  "Before two, I was one celebrating the innocence, the unsolved questions about why I was one, not two.  I was a foreigner, wandered with a self-made map In the North I would see the frosting winter, magical skies with ribbons of light In the East, I would see new days filled with promise, flashing out warm greetings In the South, days stretch long, bread freshly baked, and conversations about clumsy feet strolling through the field never ends In the West, trees trembled the rustling leaves....

Predisposing

Predisposing* Pipiku memerah tatkala kau menempelkan sepasang pipimu bergantian Ada lubang yang dangkal namun melengkung, membikin senyummu menjadi rahasia paling manis di tahun ini Aku berkelana, menyisir hutan yang melingkari alismu Angin yang sejuk turun dari kelopak mata, mendesir di sela-sela penglihatan yang belum juga mengabur bahkan ketika kantuk menjadi bahasa untuk semua cinta   Tak ada buah yang matang di usia kita ketika memasuki musim panen Buah yang merah pernah merekah di lipatan bibirmu, manis dan basah Daun yang hijau terlambat menguning dan gugur menuruni lipatan yang sempit di dada Meski telah kau kubur berbagai musim dalam setahun penuh di perutmu, kenangan yang menyalakan api di sekitar perkemahan malam hari terus terang, menjaga sumbu yang kecil di ujung jari, memercikkan bisikan-bisikan mungil hingga mengalir di sepanjang kolam kehidupan Ucapmu, airnya bermuara ke nadi, jalur yang lebih panjang dari lintasan ekspor impor   Maka, di hari-hari yang terasa ...

The Fall and The Rise, The Sorrow and The Courage

 Dear my love, Kelvin, please accept my deep condolence on the loss of your beloved sister and beloved grandma this year.  We never been taught how to understand the loss of our loved ones: father, sister, and granny. The grief can be particularly intense. It is accepted as natural part of life with shock, confusion, and also sadness. Grieving becomes significant to welcome those feelings and to continue to embrace the time we had with our loved ones.  I genuinely appreciate your personal willingness to share what you feel. Let's go hand in hand with this wide range of emotions. This sad news can be the most uneasy challenge we face. It also can be the remembrance to honor them. I am thinking about you who are experiencing restlessness, tightness in the chest, and breathlessness.  We don't miss our father, our sister, and our granny. It's not a goodbye for they always stay here, with us in our hearts with love and peace. We will continue the bond we had with our love...

SUKUR HARI INI

 Terima kasih untuk hari ini Hari cuti kita semua dari basah kuyup dan kehujanan, ribut klakson dan kualitas udara yang rendah, tangga yang panjang di stasiun  dan pengisian ulang tiket KRL atau MRT, banjir dan gas air mata di Kanjuruhan belum reda  dan kita tidak cukup tidur menyaksikan siaran duka dan tangis   Terima kasih untuk hari ini Hari menjadi lebih sabar ketika mesti bangun pagi sekali seorang penjual roti yang sopan memanggilku dari balik pagar setinggi kepala ia sodorkan roti-roti kehidupan tubuh kudus berisi kelapa juga kacang hijau   Terima kasih untuk hari ini Hari untuk menghitung pengeluaran mingguan sebelum saldo menjadi lebih tegas terhadap tabungan Lalu aku melihat isi lemari yang kudapati adalah brokoli beserta ulat pada kaos polos jahitan asal seorang penjahit amatir pada tumpukan foto yang baru saja dicetak, juga DVD Thick as Thieves di antara poster The Temper Trap dan kain batik   Terima k...

Pengalaman Visual

Sore pun ramai Para penjual mainan bersiap menutup toko Satu persatu menurunkan pintu seret  dan kita begitu akrab dengan derit yang berkarat itu Namun kita belum juga pulang Bengkel yang bising  belum juga menyingkirkan antrean panjang kuda besi Asap dari knalpot tak kalah lantang dengan pekik anak-anak yang berlari setengah lincah menghindari magrib Kalau tak salah dengar, satu di antara mereka  sedang berjuang membetulkan sandal yang terlempar  hampir tercebur ke parit Lalu katanya, "Aku masih ingin di luar Pulang tak akan mengubah langit menjadi malam yang magis." Tahukah kamu, di ujung sana Matahari hampir surut Sebagian jingga dan merah muda tercampur Biru yang gelap jadi lebih terang  "Rupanya anak itu melewatkan pengalaman visual Seperti pengunjung museum terdistraksi oleh gawai" 2022

Puisi Terjemahan - The Eagle

Saya kembali menerjemahkan puisi anak berjudul The Eagle (Sang Elang) yang ditulis oleh Lord Tennyson Alfred. Tantangan dalam menerjemahkan puisi anak salah satunya adalah rima. Bila dalam bahasa aslinya ditulis secara berima, maka saya pun berusaha menerjemahkannya dengan mempertimbangkan rima pada kata dari setiap larik. Semoga terjemahan puisi anak kali ini dapat menambah referensi bacaan dan pengetahuan kita.  Sang Elang - Lord Tennyson Alfred Sang Elang mencengkeram batu karang dengan cakar yang lengkung; Di bawah terik matahari di tanah sepi gaung, Diselimuti langit biru, Sang Elang mematung. Di bawah sana, lautan menggulung dan menerjang; Sang Elang mengintai dari puncak batu karang, Dan secepat kilat Sang Elang menyerang. *** The Eagle - Lord Tennyson Alfred He clasps the crag with crooked hands; Close to the sun in lonely lands, Ring'd with the azure world, he stands. The wrinkled sea beneath him crawls; He watches from his mountain walls, And like a thunderbolt he falls. ...

Terjemahan Puisi Anak (I & II)

Sebelum tidur, saya mencoba lagi menerjemahkan puisi anak-anak dari penulis yang berbeda. Puisi anak pertama dan kedua yang saya coba terjemahkan ditulis oleh Kate Miller-Wilson dan Lewis Carroll (salah satu karyanya yang terkenal adalah Alice's Adventures in Wonderland ). Selamat membaca, kawan! Sepatuku yang Hilang - Kate Miller-Wilson   Aku mencarimu dari pintu masuk, Di bawah dipan, di lantai kamar mandi, Di dekat tangga rahasia, di dalam laci yang menyimpan berbagai kaos kaki, Di sebelah meja, bahkan di luar bak pasir. Bundaku memanggi-manggilmu, begitu pun aku. Pergi kemanakah kau, wahai sepatuku yang hilang? Si Buaya - Lewis Carroll Betapa seekor buaya mungil Lihai membesut buntutnya hingga berkilauan, Dan membasuhnya dengan air dari Sungai Nil Pada takaran yang begitu pas! Betapa ia menyeringai dengan riangnya! Betapa ia dengan teraturnya melebarkan cakar, Dan menyambut ikan-ikan kecil terperangkap Dalam senyum lembut di mulutnya! Teman-tema...

Ingin Terbang dan Ingin Lainnya

:Ona, Uti "Teman, mau kemana liburan nanti? Bisa kau antar aku ke bandara, berdiri menungguku mengecil dalam pandangan sambil menarik koper merah muda? Atau kita berangkat bersama saja?" Tiket penerbangan dari kota ke kota berseliweran, menjajakan harga paling masuk akal biar bisa kita berangkat kemana pun Namun waktu yang berharga sudah pasti tak tertolong, tergadai mulai dari antrean yang panjang sebelum 'check-in', jarak yang jauh menuju ruang tunggu keberangkatan, hingga penundaan penerbangan sampai entah kita menunggu Beberapa orang bilang Hidup sejurus menunggu Dzuhur dari Subuh atau Ashar menuju Magrib juga sepertiga malam setelah kita bentang sajadah saat Isya' Bagiku, ketika sedang sama-sama menunggu seperti ini Perjalanan adalah penghiburan yang kelak kita pelajari Kawan, kita pula merancang banyak hal untuk dikerjakan: mencibir daging yang dimasak dengan api kecil sebab seratnya enggan buyar, menyiangi dengan sabar selada yang dikeluarkan dari lemari pe...

PELUH

Kalau aku bilang pulang Itu bukan rumahku Aku tak punya rumah selain di atas sajadah seluas sujud 17 rakaat sepanjang napas alif lam mim nun sin waw atau sesejuk kumandang adzan tatkala mata dan telinga kulekatkan pada monitor laptop yang masih produktif bekerja Lalu diam-diam, suara dari pendingin ruangan mengingatkanku Meniup-niup pelan tengkukku yang mulai lelah tersebab peluh kelak terukur sampai tutup usia

Pembelajar

Aku seorang siswa, sedang belajar mengenal diri. Momentum untuk berkaca, selalu muncul di hadapanku saat aku merapatkan pandangan pada sebuaj kaca tebal. Permukaannya mengilap dan bening. Kedua bola mataku sedikitpun tidak lari melirik hal-hal di luar materi belajar. Seekor ikan yang besar dan licin, berenang mengitari gelembung udara yang terperangkap di kedalaman air yang asin. Siripnya menerjang arus seperti kaki yang lincah berlarian di jalan beraspal.  Terkadang ikan itu berenang melambat, namun tiba-tiba juga bisa berenang kelewat cepat. Gerakannya serupa suara, bergetar. Ikan itu, melayang-layang. Siripnya lebar, tipis, juga lentur, mirip dengan selendang satin yang tenggelam menuju dasar air yang dalam. Selendang itu, barangkali ketakutan yang gagal kusuarakan. Ikan yang berenang-renang itu seolah bicara padaku, membaca pikiranku yang tak jinak pada apa pun. Maka terkenanglah masa kanak dan drama permainan sengit ketika berkejar-kejaran di teras rumah nenenda yang terlihat ...

Akan Kuberi Tahu

Rumah semakin dekat Namun hujan tidak bisa menunggu Katamu jalan pulang yang panjang menyimpan jalan pintas bagi yang percaya Aku suka melihat-lihat toko tua  Dari balik kaca mobil yang kotor dan basah Tulisan di atas papan antik itu Beraroma daging asap di rumah Oma Hujan tak pernah bosan mengguyur Tikungan kering dan buntu Barangkali kau tengah gusar Nasi yang panas dan baru matang akan menyambutmu Aku sangat suka menyimpan pesan panjangmu Di saku mantel yang kukenakan Selain hangat dan gemar memeluk diri Aku merangkul yang tercerai berlembar-lembar Ketika masih kanak-kanak, kita ingin lekas tumbuh Memimpikan cukup usia menenggak bir juga mengunyah asam garam Kini, kita memimpikan keteraturan jam tidur, lambung yang kuat, juga merawat diri saat libur panjang Tak ada yang lebih berat dari bermain dadu Selain hujan yang gawat menjadi gerimis

Alpa

Mungkin ada yang ingin kau sampaikan tentang dirimu Kau bercermin di atas kertas dan melempar sisa cat air yang mulai mengeras Kau menyapu dengan kuas, membersihkan yang rontok dari pikiranmu perihal bagaimana semestinya mencatat dengan benar Bagimu, menulis atau menggambar sama saja Kau bebas memilih warna yang pas untuk menggambarkan kepuasan juga punya kendali penuh  untuk menerjemahkan merah bata yang tertindih kemilau perak Kertas, memantulkan yang tak pernah kau pandangi dalam terang Sebab terang mengacaukan yang mesti kau rekam sedang gelap senantiasa bersikukuh memelihara sampah-sampah yang sebetulnya tidak bisa digunakan dalam proses pembaharuan Kau menghitung hampir dua minggu hujan turun tidak diduga-duga Ada cat air yang kepalang mengering Lalu kau menyadarinya setelah hampir kau buang dan mendapatkan yang baru Kita selalu alpa pada hal-hal baik saat ini

Teka-teki

:selepas membaca Buddha, jilid 3 Aroma buku yang khas, menuntun seorang anak kembali pada jalan pulang menuju rumahnya. Jauh. Dan tikungan memaksanya kadang terhenti, sebab bila hujan turun, mengalir di ujung bulu matanya yang kecil, wajahnya akan becek dan licin, kakinya akan melangkah sangat pelan dan lebih berhati-hati. Tikungan itu, memanjang dan berkelok. Ia berusaha keras mengingat bagaimana awal gang yang ditelusuri mengingatkannya pada huruf pertama sebuah teka-teki silang. Ia mengingatnya begitu keras seolah terbentur kepalanya yang batu itu pada sebidang tembok yang bebal dan kaku. Andai saja ia menjawabnya dengan tidak tepat, kemungkinan langkah selanjutnya akan menuntunnya pada jalan tersesat dan buntu. Meski menyilang, menurun, atau menyeberang, ia terus berjalan, sambil sesekali memikirkan jalan pintas untuk pindah pada pertanyaan selanjutnya, "Bagaimana seekor anak kelinci bergerak?"

Sangit

:Jam Kine (anagram) Aroma sangit Aroma terbakar dan hangus Musim panas menjadi-jadi Seorang pedagang memikul peti, memikul buku-buku tua, berkerak, dan menguning, memikul pengetahuan yang hanya dimahfumi di rumah-rumah ibadah Kita tersentak begitu menyadari ada yang bicara dengan nada sangat rendah "Psstt! Ini kacau Bukan saja siang hari makin panas Desas-desus birokrasi pun ikut mendidih Menyapu bersih pengetahuan, menyingkirkannya ke kotak sampah, Membakarnya di rumah duka, Lalu dilarung tanpa diberi mantra." Buat apa bersedih Bila jerih dan payah dipandang sebelah mata

CARMEN

Kepada Carmen* Musim kawin hampir habis Dan kau masih saja berusaha meloloskan diri Diam-diam kau panjati pembatas bambu di batas terakhir hutan Gunung yang sunyi juga jangkrik yang berisik serupa permainan yang terdengar akrab di sepanjang hari Musim kawin membulat di matamu Anak gadis yang menceburkan kakinya di kali yang mengalir  tengah memikul rumputan berdaun tajam Hewan-hewan malam lapar yang melintasinya dengan tidar sabar, tersabet dan mengerang *Carmen adalah kucing pertama saya sejak kuliah. Sayangnya terlambat di-steril, jadi ketika musim kawin datang, Carmen selalu mencari celah untuk melarikan diri. Ketika saya pulang ke rumah, saya titipkan Carmen pada seorang teman. Ternyata itu perjumpaan terakhir saya dengan Carmen. Saat teman saya sedang tidur, Carmen berhasil lari melalui celah jendela yang terbuka. Sedih!

Perbincangan Singkat Pukul Dua Belas Siang

Kepada Mike Semesta adalah keajaiban yang dibangun dalam kepala seorang bocah Ia bayangkan betapa bumi bulat dan terang Ia bergejolak, dan bangkit meraih pembicaraan pada kekasihnya yang terlanjur dewasa Ia mengatakan matahari adalah bintang Yang terukur panas saat siang Lalu petang, ketika turun, matahari meredup  merelakan bintang-bintang yang mengerjap sesekali, bertebaran Langit adalah sebuah padang Kegelapan menjadi rumput Bulan yang kuning menjelma gerakan rumputan yang tipis-tipis dikibas angin Ketenangan menjadi suara alam paling menenangkan Ia tak mampu membayangkan betapa esok masih ada: menjumpai matahari terlampau terik menampar wajahnya Ia bertanya, "Semesta yang misteri kenapa gelap terlihat sangat lapang?" Ia pejamkan mata, ketika tak sengaja gerimis yang tajam menukik di lengkung matanya membikin air mata palsu Ia melihat samar-samar Ia melihat dirinya sendiri tengah tenggelam di antara lembaran gambar-gambar binatang Ia mengenali beberapa saja Binatang-binata...

Anyir dan Sedap

 Bermimpi saat sedang tidur Adalah bunga tidur Seperti itulah yang dikatakan oleh kakek nenek kita Baik atau buruk mimpi yang dialami Seperti bertaruh di meja judi  Pulang membawa kemenangan Atau sebaliknya, kalah Bunga tidur tercium harum Ketika bermimpi indah Maka ketika bangun, niscaya merasa lega Tapi bunga tidur yang tercium busuk Menjadi penanda mimpi yang buruk juga Ketika bangun, aku menyeka tangis Sambil berusaha sadar, apakah ini betulan Atau bunga tidur yang berbau busuk Sebab tadi malam Aku melihat diriku berteriak tak karuan Memaki orang-orang yang mematung Menutup telinga dari jerit kelaparan Lapangan kerja dimanipulasi Keringat dibayar sesuap nasi Jaminan hari tua barangkali cuma mimpi di siang hari Maka malamnya, mereka menolak tidur Mimpi di siang hari terlepas dari dikotomi :bunga tidur berbau anyir atau beraroma sedap 2021

Nanti Kita Bertemu Lagi

Kita merayakan pertemuan virtual yang ke sekian Apa kau menghitung berapa kali kita melakukannya? Dengan apa kau menghitungnya? Jari ini, meski hanya sepuluh Ia juga yang bergerak lincah menukar pesan, kata demi kata, lalu dikirim secara beruntun menjadi percakapan dengan topik yang sama seperti kemarin Barangkali sudah sangat lama kita tidak duduk di taman, atau di area merokok kedai kopi Lalu memandangi orang-orang sambil membicarakan rasa es krim, tekstur kraker yang renyah dan remahannya yang menempel di ujung bibir juga celana, lasagna yang kelak kita masak hampir setiap hari, pelukan hangat di gedung sinema, kunjungan ke museum yang tinggal wacana, bir-bir yang dingin, hari libur dan lembur di kantor, sop buntut yang dimasak dengan kesabaran, pisau juru masak dari Jepang, teriakan anak-anak di kelas, silabus mengajar, seminar Montessori, perawatan rutin di salon, pencarian oven pizza yang melelahkan, hari jadi dengan drama-drama kecil, pandemi yang keras, virus yang bermutasi, ta...

AYLEEN

  gstatic.com Bahwa malam yang kau habiskan di bawah pendingin ruangan telah membentuk ruang baru yang hening. Kata-kata menjadi bijih, bunyi yang kau ucap adalah hujan yang sesekali memantau pertumbuhan literasi dalam sebuah pot Tulisan yang diketik, seketika hidup, mengikuti dari mana arahnya matahari berkilatan   Malam adalah penanggalan waktu yang melelahkan Ia berdiri payah, di hadapan riak air dalam sebuah bejana dipantulkannya kemilau yang asli Ia betul-betul matang dan tumbuh menjadi seorang gadis Mahir mengecat kuku, membakar sigaret Bibirnya menyala menggantikan api. 2021

Kepada Ila

Seekor burung terbang melintas Dari samping, burung itu tampak tergesa-gesa sekaligus memberi kabar yang penting bahwa yang sedang kupikirkan ketika bercakap bukan lagi soal bahasa dan pemahamannya melainkan jawaban, yang secara terus-menerus menyambungkanku  pada percakapan yang lain  Aku meresapinya dan dibebaskan dari ketakutan yang kutakar dalam sebuah gelas minum setiap hari Aku tidak lagi bekerja keras untuk betul-betul memahami sebab yang benar dan palsu sudah ada dalam diri. 2021