Langsung ke konten utama

Nanti Kita Bertemu Lagi

Kita merayakan pertemuan virtual yang ke sekian

Apa kau menghitung berapa kali kita melakukannya?

Dengan apa kau menghitungnya?

Jari ini, meski hanya sepuluh
Ia juga yang bergerak lincah
menukar pesan, kata demi kata, lalu dikirim secara beruntun menjadi percakapan dengan topik yang sama seperti kemarin

Barangkali sudah sangat lama
kita tidak duduk di taman,
atau di area merokok kedai kopi
Lalu memandangi orang-orang sambil membicarakan rasa es krim, tekstur kraker yang renyah dan remahannya yang menempel di ujung bibir juga celana, lasagna yang kelak kita masak hampir setiap hari, pelukan hangat di gedung sinema, kunjungan ke museum yang tinggal wacana, bir-bir yang dingin, hari libur dan lembur di kantor, sop buntut yang dimasak dengan kesabaran, pisau juru masak dari Jepang, teriakan anak-anak di kelas, silabus mengajar, seminar Montessori, perawatan rutin di salon, pencarian oven pizza yang melelahkan, hari jadi dengan drama-drama kecil, pandemi yang keras, virus yang bermutasi, tangis di rumah duka dan rumah sakit, juga kematian yang tidak bisa begitu saja diterjemahkan sebagai kepergian selamanya

Kita merindukan Pasar Santa
merindukan berburu kopi, 
dan limbung oleh lambung yang cedera

Bagi kita,
Rindu adalah persoalan paling kompleks 
setelah sikap jumawa dari kita yang kerap merasa paling sehat dan waras
berkat daun kelor kuah bening,
teh bunga kamomil,
lari pagi berkilo-kilometer,
susu jahe dan madu hutan

Semalam kau baru saja mengabariku dengan sepuluh jarimu 
perihal Carmen
si kucing berbulu putih yang ramah pada kita tapi beringas pada kucing liar,
baru-baru ini lahap menyantap makanan lunak yang kau olah sendiri
Ia ikut-ikutan sehat dan waras

Persuaan ini
akhirnya kini kita lakukan
Melalui doa-doa panjang,
terang-terangan 


2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Terjemahan William Wordsworth - I Wandered Lonely as a Cloud

Hari ini, saya mencoba lagi menerjemahkan sebuah sajak berjudul I Wandered Lonely as a Cloud yang ditulis oleh William Wordsworth. Selamat membaca kawan! Semoga apa yang kita baca hari ini, membuat kita merasa penuh dan bahagia.  *** Umpama Segumpal Awan Aku Berkelana Aku berkelana umpama segumpal awan Yang melayang di ketinggian melampaui lembah dan bukit, Ketika tak sengaja kudapati sejauh mata memandang, Sehamparan bunga-bunga daffodil; Di dekat danau, di bawah rimbun pepohonan, Bunga-bunga daffodil melambai dan menari dikibaskan angin. Tak henti-hentinya laksana bintang-gemintang yang berkilatan Dan mengerjap di keluasan bima sakti, Bintang-gemintang itu, meregang dalam lintasan tanpa batas Di sepanjang tepian danau yang luas: Sekilas kusaksikan berpuluh ribu, Bunga-bunga daffodil saling beradu lewat tarian yang begitu lincah. Ombak di sebelahnya menggulung dan pecah; namun bunga-bunga daffodil Menghempaskan kilauan ombak itu dalam sukacita: Seorang penyair menjumpai dirinya te...

2020 to 2024

The main themes for each year 2020 - pandemic, letting go, surrender, anxiety, invention, depression, betrayal, Italian food 2021 - teamwork, hope, vaccine, Italian food, people pleaser, hardworking, disappointment, letting go what doesn't serve me anymore, depressed, hard conversation, split, move on 2022 - healing, making plans, appointments with psychologists, false hope, broken heart, move on, blaming myself and others, seeking validation, betrayal, self love, meeting new people, photography, 2023 - fitness, new routine, falling in love, Montessori, self love, family, guilt, African food indecisiveness, failing to set boundaries, scared of failure, anger, manipulation, split, psychologist, hope, independence, redefining who I am, falling in love again, forgiveness, trust, adjustment to LDR, free from alcohol, cooking 2024 - family, gain my strength, self love, positivity, silence is gold, focus on becoming a better version of myself, gratitude, stress, peace, fitness, disciplin...

The Complexity

Last two days wasn't simple. I entered my bedroom and started to complain, "Why there's no one seemed to understand and listen to me? All of us has two ears but one mouth seemed louder and enough to create deafening sound that forced everything to lend their ears with no willingness."  I slammed the door. I threw my bag to the floor. I punched the wall that if they could talk, they would shout at me to stop. I kept punching the wall several times to mute the fire of the anger that burned my heart and head. The way I punched the wall was enough to break the bones of my hands into pieces. I might not show people that I was furious. I would just hide it till I found my safest place, I would resume to lose my sanity.  My chest was aching. My hand was numb. I found out that being destructive, would create a bigger pain than the anger did. That's when I gained the logical thinking back, I commenced holding the horse.  I moved backwards. I landed my feet on the bed and l...