Dunia mengajarkan kita banyak hal. Kebahagiaan, keindahan, kebrutalan, kemiskinan, penindasan, ketidakadilan, dll. Seorang teman bercerita pada saya mengenai sudut pandangnya tentang hidup, bahwa tujuan manusia bersusah payah adalah untuk mencapai kebahagiaan. Kalau benar seperti itu, lantas mengapa di tengah pergumulan mencapai kebagiaan, saya justru mendapatkan trauma, cemas, kesepian, dll, yang tentu jauh dari definisi kebahagiaan.
Sejenak saya berpikir dan berkata dalam hati, "Mengapa kita begitu lena dengan bahagia dan tenggelam dalam sedih?" Ya, banyak hal yang terlintas dalam kepala.
Saya merasa seolah semakin jauh dari kebahagiaan, mungkin karena saya tidak menjadikan diri saya sebagai bagian dari kebahagiaan. Saya terombang-ambing di luar lingkaran kebahagiaan, saya seolah berenang-renang dalam semesta yang lain. Begitu pun dengan mengapa tenggelam oleh kesedihan, mungkin penyebabnya adalah saya tidak melihat diri saya sebagai bagian dari kesedihan, seolah kesedihan adalah benda asing. Apabila masuk dalam tubuh, maka akan menyerang sistem pertahanan, seperti penyakit. Padahal sedih dan bahagia tidak bisa dipisahkan.
Saya membayangkan air, yang terdiri dari unsur Hidrogen dan Oksigen. Tanpa oksigen atau tanpa hidrogen, mungkin tidak ada air. Begitu pula dengan bahagia, bagaimana saya tahu dan memahami definisi bahagia bila saya tidak mengalami sedih, dan sebaliknya. Hal ini juga, barangkali sejalan dengan 'Bagaimana caranya tidak terbakar oleh api dan tidak terpelanting oleh angin?' Mungkin, untuk tidak terbakar oleh api adalah menjadi api atau menjadi bagian dari api. Untuk tidak terpelanting oleh angin adalah dengan menjadi angin atau menjadi bagian dari angin.
Hidup, bukankah seni? Dalam seni, terdapat berbagai unsur, salah satunya keindahan. Keindahan tidak melulu bicara soal kesempurnaan, melain ketidaksempurnaan. Keduanya mempunyai daya ledakan luar biasa, yang dapat mengukuhkan hal-hal yang sudah ada, menggerus yang lama tertanam, menciptakan kebaruan, memporak-porandakan yang sudah teratur, memisahkan yang bersatu, menyatukan yang tercerai-berai, menggoyahkan yang teguh, dll.
Keindahan juga lahir dari sesuatu yang sudah pecah dan hancur. Yang saya maksud adalah Kintsugi, menyatukan gelas, mangkuk, guci, tembikar, dll, yang sudah pecah dengan emas. Guratan dari retakan yang digabungkan kembali menggunakan benang emas, akhirnya terlihat menyerupai urat-urat dalam tubuh, di dalamnya mengalir darah, dan itulah tanda kehidupan.
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin