:Ona, Uti
"Teman, mau kemana liburan nanti?
Bisa kau antar aku ke bandara,
berdiri menungguku mengecil dalam pandangan
sambil menarik koper merah muda?
Atau kita berangkat bersama saja?"
Tiket penerbangan dari kota ke kota
berseliweran, menjajakan harga paling masuk akal
biar bisa kita berangkat kemana pun
Namun waktu yang berharga sudah pasti tak tertolong,
tergadai mulai dari antrean yang panjang sebelum 'check-in',
jarak yang jauh menuju ruang tunggu keberangkatan,
hingga penundaan penerbangan sampai entah kita menunggu
Beberapa orang bilang
Hidup sejurus menunggu Dzuhur dari Subuh
atau Ashar menuju Magrib
juga sepertiga malam setelah kita bentang sajadah saat Isya'
Bagiku, ketika sedang sama-sama menunggu seperti ini
Perjalanan adalah penghiburan yang kelak kita pelajari
Kawan, kita pula merancang banyak hal untuk dikerjakan:
mencibir daging yang dimasak dengan api kecil
sebab seratnya enggan buyar,
menyiangi dengan sabar selada yang dikeluarkan dari lemari pendingin
untuk diaduk dengan saus kacang dari musim tanam
sebab hujan yang baik membesarkannya dengan terampil
"Teman, kau ingat nomor kursimu berapa?"
"Aku duduk dekat jendela yang menampilkan adegan kecemasan
dan upaya penyelamatan dalam balutan pemandangan,
beradu antara tanah, udara, awan, juga mesin pesawat kita."
Aku ingin menjelma turbulensi
Sesekali mengusikmu dan menjengkelkan
Mei, 2022
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin