Langsung ke konten utama

Jurnal Lesbi Kali Ini

dan merinding di sekujur tubuhmu, rendamlah agar timbul bola-bola sabun yang licin. jalan yang tak lelah dan terjal di sini tak hentinya mengaku tak ingin kalah. pasukan-pasukan cuaca tak henti mengirimkan wabah yang keji. sampul buku diari yang hilang judulnya, dan kaca stroberi di rumah-rumah kota, berlamburan.

dan terlempar. kamu tidah sedang bercanda dan tidak pula memainkan api pada kompor gas elpiji. kamu tidak sedang mencuci piring-piring nasi yang mengerakkan lemak daging dengan keras.

ayolah Enigma, kamu sudah cukup manis untuk dicicipi. buahbuah tangan dan pijakan kaki yang kusam bukankah telah kamu siram dan kamu poles dengan masker bengkoang. Supaya mulus dan putih.

putih pada kuku, putih yang selalu ingin tumbuh di tubuhku. sampai ketika burung-burung onta terbang lindap di gedung teater itu, kita masih sempat menyaksikan kemolekan sisa cahaya matahari yang tiba-tiba memerahkan pipimu.

Enigma, wanita mana yang tak ingin menyediakan hatinya yang terus-menerus merasa hati-hati. dan keseringan sakit hati akan membuatmu banyak belajar bagaimana cairan di liver itu menetralkan racun-racun tangis yang tak sudah-sudah melukai naluri

Seperti kamu, matamu pun ikut berbicara dan mendengar dengan bahasa batin. isyarat malam ini akan kelam pasti terjadi.

seperti katamu, tubuhmu pun menggeliat dengan lembut dan sangat teratur. ritme-ritme lagu di tahun 60an dan kostum busana panggung pilihan pasti menua dan menemu dirinya masing-masing dalam keadaan yang begitu mengenaskan.

kamulah yang menggemaskan. kamulah, yang membiarkan pinggul dan betis yang sintal aku hirup dalam-dalam. sekali lagi, kamu menggelinjang. sekali lagi, letakkan saja kepasrahanmu di bahu yang tak cukup panjang buat menopang seseorang yang ingin terlihat telanjang.

selimut di kamar, barangkali bisa terbuka dan membungkus aku kamu dalam kegalauan yang satu dan kerinduan yang tak ingin cepat-cepat dituntaskan.



--sekayu '10

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Terjemahan William Wordsworth - I Wandered Lonely as a Cloud

Hari ini, saya mencoba lagi menerjemahkan sebuah sajak berjudul I Wandered Lonely as a Cloud yang ditulis oleh William Wordsworth. Selamat membaca kawan! Semoga apa yang kita baca hari ini, membuat kita merasa penuh dan bahagia.  *** Umpama Segumpal Awan Aku Berkelana Aku berkelana umpama segumpal awan Yang melayang di ketinggian melampaui lembah dan bukit, Ketika tak sengaja kudapati sejauh mata memandang, Sehamparan bunga-bunga daffodil; Di dekat danau, di bawah rimbun pepohonan, Bunga-bunga daffodil melambai dan menari dikibaskan angin. Tak henti-hentinya laksana bintang-gemintang yang berkilatan Dan mengerjap di keluasan bima sakti, Bintang-gemintang itu, meregang dalam lintasan tanpa batas Di sepanjang tepian danau yang luas: Sekilas kusaksikan berpuluh ribu, Bunga-bunga daffodil saling beradu lewat tarian yang begitu lincah. Ombak di sebelahnya menggulung dan pecah; namun bunga-bunga daffodil Menghempaskan kilauan ombak itu dalam sukacita: Seorang penyair menjumpai dirinya te...

2020 to 2024

The main themes for each year 2020 - pandemic, letting go, surrender, anxiety, invention, depression, betrayal, Italian food 2021 - teamwork, hope, vaccine, Italian food, people pleaser, hardworking, disappointment, letting go what doesn't serve me anymore, depressed, hard conversation, split, move on 2022 - healing, making plans, appointments with psychologists, false hope, broken heart, move on, blaming myself and others, seeking validation, betrayal, self love, meeting new people, photography, 2023 - fitness, new routine, falling in love, Montessori, self love, family, guilt, African food indecisiveness, failing to set boundaries, scared of failure, anger, manipulation, split, psychologist, hope, independence, redefining who I am, falling in love again, forgiveness, trust, adjustment to LDR, free from alcohol, cooking 2024 - family, gain my strength, self love, positivity, silence is gold, focus on becoming a better version of myself, gratitude, stress, peace, fitness, disciplin...

The Complexity

Last two days wasn't simple. I entered my bedroom and started to complain, "Why there's no one seemed to understand and listen to me? All of us has two ears but one mouth seemed louder and enough to create deafening sound that forced everything to lend their ears with no willingness."  I slammed the door. I threw my bag to the floor. I punched the wall that if they could talk, they would shout at me to stop. I kept punching the wall several times to mute the fire of the anger that burned my heart and head. The way I punched the wall was enough to break the bones of my hands into pieces. I might not show people that I was furious. I would just hide it till I found my safest place, I would resume to lose my sanity.  My chest was aching. My hand was numb. I found out that being destructive, would create a bigger pain than the anger did. That's when I gained the logical thinking back, I commenced holding the horse.  I moved backwards. I landed my feet on the bed and l...