Tuhan tak mengenal wajah siapa yang tertidur di sampingnya. Suara roll kaset radio berderak kacau. ”ku tahu kau selalu ingin denganku”*. Lima bait lirik lagu tanpa judul. Tuhan bernyanyi. Rak buku, tempat tidur, dan suara pesan di ponsel berdering. Dan bergemincing kelap-kelip. Di tubuh itu, Tuhan menyenggolkan perutnya yang masih gatal. Getah yang turun dari hujan di bawah pohon pinus yang bergulung-gulung, tiba-tiba turun. Sambil menegang matanya, Tuhan berteriak, :jangan berkuda di sini!” awas lika liku luka di betis pahamu akan melebar!”
Hujan, dan rintik. Dibasuhnya keadaan yang menakutkan itu. Tuhan tak mau memekik. Wajah yang tertidur di sampingnya pasti terbangun. Mengusik ketenangan yang sudah lama tidak teratur. Debu, entah kuda siapa itu yang melaju. Pengelana yang datang jauh pasti tahu kemana jalan yang salah. Sepertinya di sini bukan jalan menuju tujuan dan jawaban.
”Aduhai! Turuti saja, dan kembalilah membelakangi hati yang sedang cemas ini.”
”Perkenalan wajah siapa lagi yang akan tidur di sampingku kali ini?”
”Tunggu.
Hai wajah!
Bergegaslah pulang ke pangkuan tanah dan air yang menjadikan bapak ibumu.
Seribu menara yang lebih panjang dari tubuhmu akan segera megejang.
Dan runtuh di jempol kakimu.
Tak ada lagi kuku yang sama besarnya dengan nyalimu.”
”Wajah siapakah yang kejam kali ini kepadaku?” Tuhan menjadi gelisah. Dilemparnya satupersatu batu terjal di punggung lereng yang memuncratkan larva kebingungan : tentang wajah itu. Yang masih tertidur di sampingnya. Dan Tuhan berkata tanpa mengenal maksud apa-apa, bersama kekhilafan diletupkannya wajah itu. Sampai gosong dan tiada
*) lirik lagu KU CINTA KAU yang dipopulerkan oleh Once
--sekayu 2010-10-06
Hujan, dan rintik. Dibasuhnya keadaan yang menakutkan itu. Tuhan tak mau memekik. Wajah yang tertidur di sampingnya pasti terbangun. Mengusik ketenangan yang sudah lama tidak teratur. Debu, entah kuda siapa itu yang melaju. Pengelana yang datang jauh pasti tahu kemana jalan yang salah. Sepertinya di sini bukan jalan menuju tujuan dan jawaban.
”Aduhai! Turuti saja, dan kembalilah membelakangi hati yang sedang cemas ini.”
”Perkenalan wajah siapa lagi yang akan tidur di sampingku kali ini?”
”Tunggu.
Hai wajah!
Bergegaslah pulang ke pangkuan tanah dan air yang menjadikan bapak ibumu.
Seribu menara yang lebih panjang dari tubuhmu akan segera megejang.
Dan runtuh di jempol kakimu.
Tak ada lagi kuku yang sama besarnya dengan nyalimu.”
”Wajah siapakah yang kejam kali ini kepadaku?” Tuhan menjadi gelisah. Dilemparnya satupersatu batu terjal di punggung lereng yang memuncratkan larva kebingungan : tentang wajah itu. Yang masih tertidur di sampingnya. Dan Tuhan berkata tanpa mengenal maksud apa-apa, bersama kekhilafan diletupkannya wajah itu. Sampai gosong dan tiada
*) lirik lagu KU CINTA KAU yang dipopulerkan oleh Once
--sekayu 2010-10-06
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin