Rendra pernah menulis sajak berjudul Pesan Pencopet Kepada Pacarnya. Sajak ini kurang lebih berisi pesan dari seorang kekasih yang berprofesi sebagai seorang maling kepada pacarnya agar kelak ketika menikah dengan lelaki yang jauh lebih mapan, mengutamakan keselamatan. Selain itu pesan penting selanjutnya adalah menomorduakan asmara.
Sajak ini ketika dibaca, membuat saya bergejolak. Apabila dikaitkan dengan kehidupan riil saat ini, cinta bukan harga telak untuk melanggengkan perihal rumah tangga. Sekadar untuk menjadi lebih realistis, tak jarang banyak yang merelakan cintanya dan ditukar dengan hal-hal bersifat materi.
Namun, tidak salah juga bila saya, sebagai manusia yang sadar dan memiliki kebebasan dalam memilih, tetap memutuskan untuk mengutamakan cinta. Terdengar naif memang. Saya berpendapat demikian tentu tidak lepas dari keyakinan terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam cinta.
Dunia seperti kotak Pandora, hanya satu kebaikan yang tersisa, yakni harapan. Cintalah yang kelak akan memupuk dan menghidupi harapan itu.
'Tersebab kekasihku, beginilah pesan yang hendak kukirim mulai hari ini:
A new day has come. Our journey is like a house maintenance. Once the smoke detector starts beeping, we fix it. We don't buy a new house.'
Begitulah kiranya pesan singkat dari saya. Di dunia yang penuh dengan sandiwara, kita bebas menentukan jalan yang kita pilih. Untuk menjawab siapa kita pada akhirnya, saya akan sampaikan satu hal. Saya tidak akan mencuri hatimu dengan berpura-pura bahagia dan bersedih. Mencuri terlepas sebagai perilaku yang menyimpang dari masyarakat umum yang merasa dirinya lebih normal dari satu sama lain, merupakan tindakan untuk bertahan hidup, merupakan upaya untuk dilihat oleh orang lain yang memposisikan dirinya sebagai subjek, merupakan usaha agar keberadaannya diakui.
'Ketika kamu datang kepadaku, datanglah dengan sadar. Datanglah dengan membawa kebaikan. Datangnya sebagai yang mengasihi. Datanglah sebagai dirimu yang sadar bahwa sebagai manusia, kita telah benar-benar sadar memilih dan menentukan.'
Tabik.
Sajak ini ketika dibaca, membuat saya bergejolak. Apabila dikaitkan dengan kehidupan riil saat ini, cinta bukan harga telak untuk melanggengkan perihal rumah tangga. Sekadar untuk menjadi lebih realistis, tak jarang banyak yang merelakan cintanya dan ditukar dengan hal-hal bersifat materi.
Namun, tidak salah juga bila saya, sebagai manusia yang sadar dan memiliki kebebasan dalam memilih, tetap memutuskan untuk mengutamakan cinta. Terdengar naif memang. Saya berpendapat demikian tentu tidak lepas dari keyakinan terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam cinta.
Dunia seperti kotak Pandora, hanya satu kebaikan yang tersisa, yakni harapan. Cintalah yang kelak akan memupuk dan menghidupi harapan itu.
'Tersebab kekasihku, beginilah pesan yang hendak kukirim mulai hari ini:
A new day has come. Our journey is like a house maintenance. Once the smoke detector starts beeping, we fix it. We don't buy a new house.'
Begitulah kiranya pesan singkat dari saya. Di dunia yang penuh dengan sandiwara, kita bebas menentukan jalan yang kita pilih. Untuk menjawab siapa kita pada akhirnya, saya akan sampaikan satu hal. Saya tidak akan mencuri hatimu dengan berpura-pura bahagia dan bersedih. Mencuri terlepas sebagai perilaku yang menyimpang dari masyarakat umum yang merasa dirinya lebih normal dari satu sama lain, merupakan tindakan untuk bertahan hidup, merupakan upaya untuk dilihat oleh orang lain yang memposisikan dirinya sebagai subjek, merupakan usaha agar keberadaannya diakui.
'Ketika kamu datang kepadaku, datanglah dengan sadar. Datanglah dengan membawa kebaikan. Datangnya sebagai yang mengasihi. Datanglah sebagai dirimu yang sadar bahwa sebagai manusia, kita telah benar-benar sadar memilih dan menentukan.'
Tabik.
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin