Langsung ke konten utama

ARS MAGNA

A. M. A.

Sudah empat hari ya, terhitung rabu kemarin, Bii terbang ke Jakarta. Alex apa kabar? Gimana sekolahnya? Kemarin main apa saja di sekolah? Teruslah fokus dengan kegiatan di sekolah ya, dengarkan nasehat guru, kerjakan tugas sebaik mungkin, usahakan datang ke sekolah tepat waktu, dan berbaikhatilah pada teman-teman di sekolah dan sepermainanmu.

Je souris au fond de moi. Bagaimana tidak, melihatmu tumbuh sehat meskipun Bii pulang hanya enam bulan sekali. Itu pun tidak lama. Kamu tahu, tiap kali Bii bergumul dan merasa sesak oleh kegilaan sehari-hari, kamulah pain killer-nya.

Tiap kali duduk di sampingmu sambil memerhatikan perubahan yang signifikan selama hampir tiga tahun, Bii bertanya-tanya, dapatkah mendekapmu tanpa merasa takut, cemas, atau bahkan menoleh pada kejadian yang telah lewat? Bii punya segudang hal yang tidak rasional, dan itu menguras energi. Sesekali Bii tersungkur, tapi akhirnya kembali tegak walau terlihat tidak sempurna.

Semesta sayang, satu-satunya yang mungkin akan mencatat ambisi dan harapan kita di tengah wabah pesakitan. Nanti, saat pulang, kamulah rumah Bii satu-satunya, tempat paling aman untuk berlindung, tempat yang paling menentramkan di kala terik menyengat, tempat untuk berbagi suka duka, dan masih banyak lagi

Kelak akan tiba masanya bagimu untuk menuntaskan hasrat berpetualang ke seluruh penjuru dunia. Bii berpesan satu hal, kerjakan apa yang baik menurutmu, kerjakan secara sadar, sadar bahwa kamu mengerjakannya atas kesadaran yang luhur, sadar bahwa dengan mengerjakan itu, kamu bersedia secara sadar menjalani dan menyelami berbagai konsekuensinya tanpa mengedepankan keinginan untuk memenuhi kebutuhan biologismu semata.

Kita ini, terdengar begitu naif dan lugu. Bahwa semuanya seolah akan berjalan lancar. Biarkan saja. Setidaknya dengan sedikit mempercayai hal baik akan terjadi, mudah-mudahan ketika jatuh bahkan mati sekali pun, kita akan bangkit lagi, bertumpu pada kedua kaki yang bertambah kuat.

Tabik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Terjemahan William Wordsworth - I Wandered Lonely as a Cloud

Hari ini, saya mencoba lagi menerjemahkan sebuah sajak berjudul I Wandered Lonely as a Cloud yang ditulis oleh William Wordsworth. Selamat membaca kawan! Semoga apa yang kita baca hari ini, membuat kita merasa penuh dan bahagia.  *** Umpama Segumpal Awan Aku Berkelana Aku berkelana umpama segumpal awan Yang melayang di ketinggian melampaui lembah dan bukit, Ketika tak sengaja kudapati sejauh mata memandang, Sehamparan bunga-bunga daffodil; Di dekat danau, di bawah rimbun pepohonan, Bunga-bunga daffodil melambai dan menari dikibaskan angin. Tak henti-hentinya laksana bintang-gemintang yang berkilatan Dan mengerjap di keluasan bima sakti, Bintang-gemintang itu, meregang dalam lintasan tanpa batas Di sepanjang tepian danau yang luas: Sekilas kusaksikan berpuluh ribu, Bunga-bunga daffodil saling beradu lewat tarian yang begitu lincah. Ombak di sebelahnya menggulung dan pecah; namun bunga-bunga daffodil Menghempaskan kilauan ombak itu dalam sukacita: Seorang penyair menjumpai dirinya te...

To Our 2nd Anniversary

The night has fall, curled around, and settled In silence and peace, the moon flickered courageously and stars blinked naughty It was a rectangled room with a hanging rattan bulb where the cold took hold A wave of joyful energy gathered and helped me chanted, "this day came, we're filled with love and pleasure." We have shared sunrises and sunsets Conquering all fears, expressing the passage of time, enduring love, and tumbling in joy. I dove beneath the quilt Drifted into dreams  "Before two, I was one celebrating the innocence, the unsolved questions about why I was one, not two.  I was a foreigner, wandered with a self-made map In the North I would see the frosting winter, magical skies with ribbons of light In the East, I would see new days filled with promise, flashing out warm greetings In the South, days stretch long, bread freshly baked, and conversations about clumsy feet strolling through the field never ends In the West, trees trembled the rustling leaves....

The Complexity

Last two days wasn't simple. I entered my bedroom and started to complain, "Why there's no one seemed to understand and listen to me? All of us has two ears but one mouth seemed louder and enough to create deafening sound that forced everything to lend their ears with no willingness."  I slammed the door. I threw my bag to the floor. I punched the wall that if they could talk, they would shout at me to stop. I kept punching the wall several times to mute the fire of the anger that burned my heart and head. The way I punched the wall was enough to break the bones of my hands into pieces. I might not show people that I was furious. I would just hide it till I found my safest place, I would resume to lose my sanity.  My chest was aching. My hand was numb. I found out that being destructive, would create a bigger pain than the anger did. That's when I gained the logical thinking back, I commenced holding the horse.  I moved backwards. I landed my feet on the bed and l...