-Peta-
bagi siapa yang tak mengenalmu
membaca nama-nama pulau
yang telah memunculkan banyak peradaban
di musim baru, akan senantiasa merasa
tercekam dalam tiap tikaman gelembung
yang menderu dera dalam hati
lalu menangis mengaliri air mata orang-orang
yang mengering.
-Biru-
bahwa laut ini adalah milik engkau yang
menyudahi teriakan anak-anak yang
tertikam di kedalaman senja
:pisau telah menjaga mereka
dari api
-Hati-
dalam hati, senyum mereka sembunyikan
menghalangi dentuman
tanah-tanah bakaran
-Mesiu-
mereka menjadi ledakan, senjata-senjata
yang telah bermukim di tiap-tiap liangmata
orangtua mereka. bersarang
menjadi kemarahan yang lama ditunggu
untuk tiba, memakan debu-debu
menghabur pada muka yang sedih
dan luka.
-Membaca Puisi-
dan puisi, mereka bertulis dengan
air mata yang banyak membendung
longsor-longsor kerinduan batin
kepada tanah lapang, untuk dibacakan
: merekalah puisi
-Layang-layang-
mereka berkejar-kejaran, memburu angin matahari
dalam lelap
dalam sengal nafas yang dinyanyikan.
hari-hari menjelma angin
-Sisa-
serupa waktu di tangan mereka
menggenang dan meraung
lalu menyatu
menjelma jadi selaksa kata
selaksa cinta
-Orang Tua-
pada akhirnya
mereka berbicara tentang
bagaimana mengolah derita yang mengatap dan
menggunung, hingga melumat gemuruh geram
-O...-
mereka akan habis
tenggelam dalam tanah gemburan
tanah dengungan
tanah yang berawal dari kehidupan tanpa
mesti merasa kematian
-Mereka-
sendirian memanggul usia
yang semakin merunduk
mencandu segenap jiwa
lalu timbul menjadi mimpitidur mereka
yang berayun-ayun
dan mendaun di batang-batang
yang tumbuh menahun
-Sungai-
dan mereka mengering.
ilalang dan kenangan menghilang
--sekayu, ogus 2010
bagi siapa yang tak mengenalmu
membaca nama-nama pulau
yang telah memunculkan banyak peradaban
di musim baru, akan senantiasa merasa
tercekam dalam tiap tikaman gelembung
yang menderu dera dalam hati
lalu menangis mengaliri air mata orang-orang
yang mengering.
-Biru-
bahwa laut ini adalah milik engkau yang
menyudahi teriakan anak-anak yang
tertikam di kedalaman senja
:pisau telah menjaga mereka
dari api
-Hati-
dalam hati, senyum mereka sembunyikan
menghalangi dentuman
tanah-tanah bakaran
-Mesiu-
mereka menjadi ledakan, senjata-senjata
yang telah bermukim di tiap-tiap liangmata
orangtua mereka. bersarang
menjadi kemarahan yang lama ditunggu
untuk tiba, memakan debu-debu
menghabur pada muka yang sedih
dan luka.
-Membaca Puisi-
dan puisi, mereka bertulis dengan
air mata yang banyak membendung
longsor-longsor kerinduan batin
kepada tanah lapang, untuk dibacakan
: merekalah puisi
-Layang-layang-
mereka berkejar-kejaran, memburu angin matahari
dalam lelap
dalam sengal nafas yang dinyanyikan.
hari-hari menjelma angin
-Sisa-
serupa waktu di tangan mereka
menggenang dan meraung
lalu menyatu
menjelma jadi selaksa kata
selaksa cinta
-Orang Tua-
pada akhirnya
mereka berbicara tentang
bagaimana mengolah derita yang mengatap dan
menggunung, hingga melumat gemuruh geram
-O...-
mereka akan habis
tenggelam dalam tanah gemburan
tanah dengungan
tanah yang berawal dari kehidupan tanpa
mesti merasa kematian
-Mereka-
sendirian memanggul usia
yang semakin merunduk
mencandu segenap jiwa
lalu timbul menjadi mimpitidur mereka
yang berayun-ayun
dan mendaun di batang-batang
yang tumbuh menahun
-Sungai-
dan mereka mengering.
ilalang dan kenangan menghilang
--sekayu, ogus 2010
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin