Seorang wanita dalam tubuhku
Menatap kedua kakinya yang memar
Ia menyimpan tatapan sedih
Namun tangis meluap juga ke permukaan
Ia menyebutkan inisial namamu
Berusaha berulang kali mengeja huruf kedua, ketiga dan seterusnya
Menyusunnya menjadi kesatuan yang utuh
Ia membangun keraguan dari sepasang daging di bibirnya
Sebuah kata pun meletup
Lalu sampai di telingaku
Merangkak perlahan dari tulang rawan yang lunak
Menyeberang ke tulang martil
Hingga mendarat di tepian paling ujung
Di atas gendang telinga, namamu adalah ujud dari rumah siput yang sebenar-benarnya
Aku teringat sebuah kejadian manis di suatu malam
Waktu mencopoti jarum-jarum yang berputar pada sumbu
Aku merayap dari yang terkecil hingga yang paling tinggi
Kemudian berakhir tepat di angka dua belas
Namun kemana mesti kugadaikan dua jari di kaki
Jika mesti kupotong dan kutempelkan masing-masing di bagian kiri dan kanan kelima jari tangan
Aku merebahkan segenap tubuhku
Tulang-belulang menggigil
Tidakkah kau perhatikan kulitku kisut
Meringkuk sejadi-jadinya di atas lengan kananmu
Menjulur hingga ke pinggir dipan
Lalu kau ambil sepotong kain yang terlipat rapih
Menariknya perlahan dan menyelimuti segala dukaku
Igauan terdengar kering
Bagai bulu pada ekor dan sayap burung
Tergesek di atas kulit lembu yang telah disamak
Aku menunggu kecupan selamat malam tumpah di keningku
Menunggunya dengan begitu tabah
Seperti jarak antara subuh dan petang
Sekali lagi aku menunggu
Meski keningku mulai dingin
Dan kecemasan sesekali mengusapnya dengan lembut
Ia menjelma seorang ibu yang menidurkan anak gadisnya di teras rumah
Sambil mengumandangkan nyanyian Siren
Laut menjadi teduh
Nelayan-nelayan ikut hanyut
Satu persatu terjun dari kapal
Di laut yang dalam mereka hanya diam
Menyelami ketenangan
Seumpama seorang wanita dalam tubuhku
Ia pulang saat kau datang
Jekardah, July 2019
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin