untuk kita yang membaca Reading Laozhi dan Dream of Weizhi
seperti yang kelak kau tuturkan malam ini
bahwa kita mesti bekerja hingga larut malam
menyalakan sepasang mata pada layar laptop yang pasif
aku menerima telpon tak berbayar
seseorang yang berada jauh dari kota
menanyakan kabar lambung dan ususku yang kurang baik
menanyakan seperti apa rasanya perih dan sembelit
sedang di jam makan siang yang padat
matahari terlampau terang dan pendingin ruangan
seolah saling menuding
mengapa kita hanya duduk, memukul-mukulkan mata pena ke badan meja yang lebar
sedang kertas A4 di sebelahnya menunggu saja
ia tidak kemana-mana, tidak sesekali izin ke kamar kecil
bercermin sejenak sambil membetulkan anak rambut yang mulai berkeliaran
atau sekadar menggulung ulang lengan baju yang perlahan lengser dari lipatan
ketika berhadapan dengan diri sendiri
aku terpaku pada lubang yang menggantung di telinga
mengira dapat mendengar kedatanganmu dari jarak yang lebih jauh
tapi kau seperti biasa
sedang mengatur nafas dengan teratur
dalam dan pelan
ketika aku kembali ke ruangan itu
kau simpan kedua lenganmu di belakang
gunung dan hutan nampak bangkit di sekeliling
bambu-bambu bercabang, runcing dan mengerikan
di sekitar sini, kawanan lebah berpura-pura lapar
mengambil sarung berwarna kuning dan melilitkannya di badan mereka
aku mendengar beberapa di antara mereka sedang mengirim sinyal untuk diikuti
sisanya bersiap menghisap nektar dan menampungnya untuk musim dingin yang akan datang
tapi aku masih berusaha membaca yang sedang kau pikirkan
mungkin sebelum benar-benar pagi
ketika matamu masih nyaman terpejam
kau merasa begitu melankoli
air mengambang di pinggir sungai
menyentuh ujung-ujung kakimu dengan malu
air yang mengalir itu memisahkan kita
aku tak paham mengapa kita diuji
semalam, sebelum terkesiap untuk bangun lebih awal
aku memimpikan Bai Juyi berkali-kali
: seseorang dari Dinasti Tang
mempertanyakan satu perihal
untuk menjadi bijak mengapa bicara banyak
Night Snow - Bai Juyi |
seperti yang kelak kau tuturkan malam ini
bahwa kita mesti bekerja hingga larut malam
menyalakan sepasang mata pada layar laptop yang pasif
aku menerima telpon tak berbayar
seseorang yang berada jauh dari kota
menanyakan kabar lambung dan ususku yang kurang baik
menanyakan seperti apa rasanya perih dan sembelit
sedang di jam makan siang yang padat
matahari terlampau terang dan pendingin ruangan
seolah saling menuding
mengapa kita hanya duduk, memukul-mukulkan mata pena ke badan meja yang lebar
sedang kertas A4 di sebelahnya menunggu saja
ia tidak kemana-mana, tidak sesekali izin ke kamar kecil
bercermin sejenak sambil membetulkan anak rambut yang mulai berkeliaran
atau sekadar menggulung ulang lengan baju yang perlahan lengser dari lipatan
ketika berhadapan dengan diri sendiri
aku terpaku pada lubang yang menggantung di telinga
mengira dapat mendengar kedatanganmu dari jarak yang lebih jauh
tapi kau seperti biasa
sedang mengatur nafas dengan teratur
dalam dan pelan
ketika aku kembali ke ruangan itu
kau simpan kedua lenganmu di belakang
gunung dan hutan nampak bangkit di sekeliling
bambu-bambu bercabang, runcing dan mengerikan
di sekitar sini, kawanan lebah berpura-pura lapar
mengambil sarung berwarna kuning dan melilitkannya di badan mereka
aku mendengar beberapa di antara mereka sedang mengirim sinyal untuk diikuti
sisanya bersiap menghisap nektar dan menampungnya untuk musim dingin yang akan datang
tapi aku masih berusaha membaca yang sedang kau pikirkan
mungkin sebelum benar-benar pagi
ketika matamu masih nyaman terpejam
kau merasa begitu melankoli
air mengambang di pinggir sungai
menyentuh ujung-ujung kakimu dengan malu
air yang mengalir itu memisahkan kita
aku tak paham mengapa kita diuji
semalam, sebelum terkesiap untuk bangun lebih awal
aku memimpikan Bai Juyi berkali-kali
: seseorang dari Dinasti Tang
mempertanyakan satu perihal
untuk menjadi bijak mengapa bicara banyak
Jekarda, July 2019
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin