Langsung ke konten utama

PANGGILAN BIYUNG DAN MADRE

Baby Al, begitu sapaan sayang dari saya pada si tergemas. Begitu pun dengan Baby Al yang menyematkan panggilan Bii pada saya. Terdengar seperti Bii untuk Bibi. Sebagian orang berseloroh demikian pada saya. Sehingga tidak jarang menjadi kesal kalau sudah diperolok seperti itu.

Beberapa menit lalu tiba-tiba sayang teringat dengan istilah Biyung dalam Bahasa Jawa. Apabila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia artinya Ibu. Panggilan Bii untuk saya mungkin pertanda kelak ketika menjadi seorang ibu, anak-anak dapat memanggil saya Biyung atau Madre. Biyung syarat dengan kearifan lokal meskipun saya bukan perempuan berdarah Jawa. Lalu bagaimana dengan Madre?

Dalam persepsi saya, Madre merupakan simbol untuk banyak hal terutama dalam kebudayaan Latin. Madre memegang peranan penting dalam keluarga, misalnya sebagai sosok yang mengasihani, sosok yang mengayomi, seorang manager dalam urusan domestik, dll. Tidak sampai di situ saja, dalam beberapa keyakinan, Madre mempunyai kedudukan yang sangat penting.

Dalam Katolik, ketika melakukan ritual keagamaan, Madrelah (dalam hal ini Bunda Maria) yang menjadi central figurenya selain Yesus. Dalam Islam, untuk perihal berbakti pada orang tua, Nabi Muhammad SAW menekankan kepada umatnya untuk menghormati ibu. Beliau bahkan menyebutkan ibu lebih utama sebanyak 3x daripada ayah.

Menjadi ibu (Biyung atau Madre) adalah sebuah pilihan secara sadar, yang tidak dipilih dengan main-main. Selain itu, menjadi ibu juga menjadi penanda bahwa seorang individu sudah mantap dengan visi yang luhur di tengah kehidupan bermasyarakat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Terjemahan William Wordsworth - I Wandered Lonely as a Cloud

Hari ini, saya mencoba lagi menerjemahkan sebuah sajak berjudul I Wandered Lonely as a Cloud yang ditulis oleh William Wordsworth. Selamat membaca kawan! Semoga apa yang kita baca hari ini, membuat kita merasa penuh dan bahagia.  *** Umpama Segumpal Awan Aku Berkelana Aku berkelana umpama segumpal awan Yang melayang di ketinggian melampaui lembah dan bukit, Ketika tak sengaja kudapati sejauh mata memandang, Sehamparan bunga-bunga daffodil; Di dekat danau, di bawah rimbun pepohonan, Bunga-bunga daffodil melambai dan menari dikibaskan angin. Tak henti-hentinya laksana bintang-gemintang yang berkilatan Dan mengerjap di keluasan bima sakti, Bintang-gemintang itu, meregang dalam lintasan tanpa batas Di sepanjang tepian danau yang luas: Sekilas kusaksikan berpuluh ribu, Bunga-bunga daffodil saling beradu lewat tarian yang begitu lincah. Ombak di sebelahnya menggulung dan pecah; namun bunga-bunga daffodil Menghempaskan kilauan ombak itu dalam sukacita: Seorang penyair menjumpai dirinya te...

2020 to 2024

The main themes for each year 2020 - pandemic, letting go, surrender, anxiety, invention, depression, betrayal, Italian food 2021 - teamwork, hope, vaccine, Italian food, people pleaser, hardworking, disappointment, letting go what doesn't serve me anymore, depressed, hard conversation, split, move on 2022 - healing, making plans, appointments with psychologists, false hope, broken heart, move on, blaming myself and others, seeking validation, betrayal, self love, meeting new people, photography, 2023 - fitness, new routine, falling in love, Montessori, self love, family, guilt, African food indecisiveness, failing to set boundaries, scared of failure, anger, manipulation, split, psychologist, hope, independence, redefining who I am, falling in love again, forgiveness, trust, adjustment to LDR, free from alcohol, cooking 2024 - family, gain my strength, self love, positivity, silence is gold, focus on becoming a better version of myself, gratitude, stress, peace, fitness, disciplin...

The Complexity

Last two days wasn't simple. I entered my bedroom and started to complain, "Why there's no one seemed to understand and listen to me? All of us has two ears but one mouth seemed louder and enough to create deafening sound that forced everything to lend their ears with no willingness."  I slammed the door. I threw my bag to the floor. I punched the wall that if they could talk, they would shout at me to stop. I kept punching the wall several times to mute the fire of the anger that burned my heart and head. The way I punched the wall was enough to break the bones of my hands into pieces. I might not show people that I was furious. I would just hide it till I found my safest place, I would resume to lose my sanity.  My chest was aching. My hand was numb. I found out that being destructive, would create a bigger pain than the anger did. That's when I gained the logical thinking back, I commenced holding the horse.  I moved backwards. I landed my feet on the bed and l...