Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

YA(ITU)

Ya Itu sisi kabut yang tidak terpatahkan sesekali pantang merubuhkan gedung-gedung atas nama cinta rohani, iman, dan jiwa Ya Itu letupan bibir-bibir yang membebaskan warna gincu Angin serta awan yang meneduh akan sangsai Mengadu pada entah saat mereka saksikan Di tanah kita seribu malaikat memanggul pedang yang dipahat Ya Itu mendengar sembahyang yang menyelinap di rerumpun rumput Kita tak pernah sepakat menjamu bunga liar dan menggenang di sisa hujan Ya Itu jubah kita kenakan Dengan menghirup patok-patok yang runtuh Dalam adegan dan pemain-pemain palsu Mereka lupa dialog yang dibentuk berangkai huruf untuk mengatakan Ya Itu Kita di sini tak mau direnggut oleh sekepal tangan tinju Namun selain itu, yang menyepakati dan enggan bersikukuh Telah membangun gedung-gedungnya atas nama nafas yang teratur dan ke mana arah jantung mesti berhenti 2013

ADJIT!

Kau menjatuhkan, Adjit! Benih luka yang menyebar di kolam-kolam Ikan-ikan yang riang di balkon lantai dua Dan camar yang bergantung di tiang listrik akan celaka Mereka menunggu mataharimu Dan menguap di bungkus plastik yang berat Lewat jalan jampi-jampi Lekas ikat sepatu dengan reranting yang kemilau Tukarlah sebatang pohon mawar Yang disimpan di riak wajahmu Kejam itu, Adjit Mencelakakan kursi-kursi tempat anak-anak berzirah Mencengkam bilah-bilah yang teropong oleh garis Melintang di sekujur kepala yang menulis riwayat Pasanglah doa-doa di ujung kabel Biarkan sumbernya hidup dan menyala! 2013

P A H A (T)

Ia kunjungi bulan yang memberat di dadanya Sepasang biji yang berkulit dari kantong baju Ia lempar membentur jalan dan turbin yang pecah Ia mencari rumah yang berjanji Menjaga nyala api yang susut di atas kepungan ranjang Selimut yang terlipat lewat sinyal radio Dan nina bobok yang melayang-layang Lantas ia merenung di tangga yang menanam pondasi di pahanya Urat-urat menetes menjadi tiktok yang leleh di meja makan Semangkuk sup yang telanjang Ikan-ikan yang mengerak di perapian Ia lempar juga di wajahnya yang cermin Ia berteriak menghadap pisau yang ingin ia tusukkan di lubang hidungnya Di lubang mulutnya yang mengecup sepasang paha Sepasang pisau yang mengoles paha P a h a (t) ! 2013

TANOSS A

aku tidak mungkin minum bir jika parau yang tengadah di sana bersuara sedingin pantai yang kelak kita kunjungi lagi lilin bercahaya dan lampu padam aku bergerak menyusuri dan menebang hutan-hutan lebat di pinggulmu aku menumpahkan sekaleng bibit wewangian yang sakral kelak akan tumbuh seperti hutan yang juga teriak di rahimmu T E R I A K Lalu aku berjaga menyimak bulan-bulan yang terkancing rapat 2013

PIANO

Smoke is another name of black and white Sebuah palindrom sayang, siapa yang meletakkan bajunya di atas pohon berhantu? Pohon berhantu telah lama menyingsing sebuah cerita angker tentang petruk, anatomi yang disusun dari masa ke singgah waktu dimana gedung-gedung menghimpit jalan pulang. Tak ada gunung yang menyusui ketika debu meloloskan ibu jarinya ke salah satu lubang rumah siput. Aku mendengar canting yang dibakar. Liliput bernyanyi tentang semak yang terbakar oleh ingatan. Perang-perang dijatuhkan lewat hologram. Dan aku mendengar sebuah gelang perak yang kita gosokkan ke almari. Minggu ini, dimana baju berganti nama dan kita mesti melupa satu per satu. Ada yang mengupas mangga dan menanam kulitnya di jari manis kita. Kukecup lading berdarah. Pada hujan di langit percuma, seorang anak pria yang berdiri menantang perahu kayu, menyaksikan ikan-ikan telanjang, insang yang lunak, nafas yang mendengar suara jangkrik, ... 2013

UNTUK SIAPA ANAK KECIL ITU BERTANYA

Kemungkinan paling pahit pernah membengkak dan kering dengan sebuah luka Mengamati dengan firasat dan desire Sebuah jalan yang memungkinkan hujan Dan kita mesti berteduh di bawah rimbun yang entah, Mama, hujan itu kapan nyenyak tidurnya? Suara bensin yang menggilas pagar-pagar mimpi Suara takbir melonceng dari wadah kubah Suara anjing dan gugur langit pada tingkat pohon paling atas, Ma, mereka mengganggu malam kita. Mama mau mengusir? Mama punya sejumlah tongkat atau  police line? Mama mengamankan mereka untuk siapa? 2013

NGAMEN PUISI DAN MUSIK

“Mau balon yang mana? Yang besar, sedang, warna-warni, meriah, talinya panjang, bentuk boneka?” Aku masih punya balon yang kian hari, ia matang di bawah cahaya. Siang itu, aku ngamen musik dan puisi. Pasar yang sepi, kemudian dipenuhi orang-orang yang berkeringat. Mereka mendekat. Mereka-reka apa yang dikatakan oleh matanya, aku seolah sedang meramu jampi penglaris proses menjual dan membeli. Entahlah. Siapa saja boleh menebak. Hanya hati dan akal masing-masing yang berkata, “Itu jawabannya!” “Itu salah!” Sinar matahari yang tembus di badan rimbun pohon, mulai menggeliatkan waktu. Sejumlah awan beringsut mencari sumber dan cinta di langit lain. Tidak ada yang berteduh. Aku bersyukur jika takdir mengamen seperti menjadi rezeki sehari-hari. Puisi dan musik live concert , arah matahari mulai menikung. Wajah mereka yang menyaksikan semakin nampak murung dan menyebalkan. Setidaknya ketika ada yang menghibur, mengamen di depan mereka, ekspresi yang tergambar paling tepat seha...

JEMBATAN TERINDAH

Jalan pintas adalah jalan yang dapat mencapai kepuasan. Aku teringat pada sebuah cerita tentang seorang pria yang ingin terjun dari tempat tinggi. Beberapa polisi sedang menarik rata sebuah matras empuk dan beberapa lagi ada yang melihat sebentar karena takut, dan sisanya merekam setiap langkah, setiap kegalauan, setiap keringat yang sia-sia dihisap awan sebagai pemantik, itu bunuh diri namanya. Namun tidak denganku yang membayangkan tempat tinggi itu sebagai jembatan terindah menurut hati dan pikirannya yang tercabik-cabik. Aku mampu melihatnya dari pakaian yang dinodai oleh sepasang bibir dengan gincu ungu, dan sebagian lagi seperti terbakar oleh sesuatu. Anggap saja itu intermezo atau pariwara televisi yang berisik dengan reka ulang dan berita. Itu bunuh diri namanya. Aku, dan jembatan terindah, kami membuat perjanjian palsu sebenarnya. siapa di antara kita yang mematok waktu lebih lama kapan pria itu akan hanyut ke telaga hati dan pikirannya, maka akan dapat hadiah. Ter...

MEMBIARKAN ATAU TIDAK MEMBIARKAN

Pesanmu berjalan jauh. Ketika yang kau tutup rapat cuma pintu, aku mesti menangis pada hujan yang turun menggumpal, mesti mematok pisau pada trali jendela yang baru terkelupas. Aku ingin bagaimana jika caramu mengunci rapat, adalah mengunci yang tidak baik, yang luput dari sebotol pil diare . Aku ingin kau mengunci pintu rapat dengan setan-setan golok yang memenuhi kepalamu. Rumah ini lebih ringan dari segala dosa yang kita coba hapus tadi malam. Waktu tidak pernah terlambat memasukkan kosa kata baru ke dalam tubuh anginnya, ke wajah bintangnya Dan kepala yang dituntun merapat ke wajah pintu, barangkali cuma tembok yang memantulkan silau pagi, air yang menggenang di ujung mata, udara yang disadap oleh tanganmu. Aku bayangkan lima menit lalu semenjak jantungku melepaskan uratnya satu persatu, aku bayangkan ubin-ubin di depan yang kau tinggalkan bagai nyeri yang terus sakit - menjelaskan ombak seperti perahu yang tenggelam di kilang cuaca,  dan aku belajar menikmatinya ...

DUNIA

DUNIA Pada sebuah pantai hijau Dan langit kuning sebelum kicau burung Menengah di ujung rambutmu Pada sebuah pantai hijau Dan ombak-ombak datang kepada angin Sepasang embun kering dipindahkan ke matamu Sebuah pantai lengang di pikiranmu Dibasahi hujan-hujan api Tuhan berkata lewat gemuruh Dan anak-anak pohon itu tumbuh Menggeliat dekat bulu kakimu Aku terbangun menghadap tembok Asap-asap dari jendela berhamburan Sepasang embunkah itu? Kau menutup pintu Mengunci segala jalan berkekasih Sebuah bus jurusan pantai hijau dalam mimpi Mengerdil dalam pikiranmu yang jinak setelah awan, matahari, mendekat dalam rahim yang mulus 2013

Sudah Selesai

Aku akan melapangkan Denyut sinyal yang diterjemahkan bintang malam ini Mengenai badai yang putus-putus dan tak sampai Aku tulis riwayat pertemuan Aku kenangkan masa itu Habis dalam pekat puisi Yang bising setelah tiba di kota Pertemuan bukan hal-hal yang ajaib Tentang mengatakan yang bagus akan menjadi kehidupan Atau yang salah Menikam nasib dalam ketabahan Dan relung kegaiban waktu yang ganjil malam ini Sesekali meredup lewat bintang di kamarmu, an

Breakfast at Tiffany's*

Semisal yang kita pertemukan di sini waktu itu Bukan kenang-kenang yang berasal dari sumber terkasih Saat kita memulai menamai benih itu Sebagai jam-jam yang menderas Bagai haluan yang tidak ingin ditikungi Barangkali mestinya kita bertanya hendak Tumbuh kemana benih itu Tanpa dada yang menabur keluasan langit Pada doa dan mantel pertemuan yang kita saksikan Atau baru saja benih itu mengambil tanganku Menunjukmu bertanya sesekali tentang kesabaran Hanya milik yang mencipta segala 1 Tentang pertemuan Aku menunggu lalu mengantarmu dengan cemas 2 Kamu membuka kaca jendela barangkali untuk menyapa pertemuan dari jarak yang hampir dilupakan dan aku membawa pertemuan kita di meja yang raib dalam tulisan 3 Benih pertemuan kemudian berlari setelah tumbuh Ke tempat kita yang tidak akan menemukan apa saja Atau saat yang mempertemukan kita Pada pertemuan yang deras mengamini yang pasang seperti air mata cukup untuk mengatup segala ...

NGERI MEMIKIRKAN KITA

Sedang di langit Dan awan-awan kelabu Datang mengiringi sajak kita yang hujan Aku membawa sapu tangan dan menjadi gerimis di haluan Jalan-jalan menuju pangkuanmu tiba-tiba meruntuh Aku tidak ingin datang sia sia Sebab usia di sini yang menua Dan sajak gurun yang bergulir meniti Pengakuan dan penebusan kita yg akhir Menggenang di keluasan ketabahan Sepertinya kita mesti gamang Dalam bola matamu Yang menjual kenangan selepas pergi Dan datang kembali Aku berjalan tanpa tepi Lengkungan langit dan awan-awan Kian meneduh Pada ikatan tiket perjalanan masa depan Sudah waktunya Ketika seorang nabi Turun menjadi wahyu cinta Dan kita yang sempat hilang Sedang sabda yang kadang menunjuk malu-malu Bahwa kitalah sebenarnya menjadi jantung Gemuruh dalam detak Dan aku tidak nyenyak memikirkan kita Lagit dan awan-awan jingga dalam kantong plastik Ada rokok super dan pemantik Ada garam dan gula pasir Aku rindu pantai pada lukisan bungkus...

GUNANYA PERTUNJUKAN MALAM NANTI

suatu malam aku merindukan seorang kekasih dari kepongahan yang diciptakan sendiri ketika aku cemas dalam gelisah yang memungut tahun-tahun menjadi drama singkat di atas panggung yang mencinta seorang pemain mesti keluar dari sana dalam gemas percakapan itu aku menulis catatan-catatan ditambah bulan kecil yang mengail wajahku melekat pada sebuah pertanyaan lantas seorang pemain yang lihai menggoda seorang wanita yang diam-diam ingin bersama waktu dan kegosongan kejujuran yang paling utama hingga yang lain beserta tik tok keringat dan perayaan yang dicemburui dan seorang wanita yang sibuk saat menanti mesti dipertaruhkan semut-semut pada wajahku memerah sari wajah-wajah dalam naskah telah habis dan percakapan yang memantul dari seorang pemain dan panggung yang sigap dalam sendiri akan bermain pada tahun-tahunnya yang panjang

NAMA(MU)

Hanya langit memandang kita dalam gelembung nista yang membengkak Aku tidak ingat namamu Kartu nama yang pernah disimpan di sini Menjadi kabut dalam sunyi Aku tidak mengenal namamu Saat itu aku letakkan sebuah mata pena yang melukai kertas-kertas yang menyudut pada garis tanganku Diam-diam menghafal detik yang tidak ingin runtuh dari tik tok yang sedikit gemetar Namamu Ketika hanya rahasia yang menentukan batas gelap Dan yang kosong tidak lagi menyebut sesiapa yang mesti diingat dalam kelam bertubi-tubi Namamu Waktu itu hanya bulan yang mendekat pada rumah kita Angin berisik sesekali menyapu ingatan dalam tubuh tangis Aku ingin menulis nama-nama kesabaran yang mengobar lewat ketajaman waktu

KITA SEKALI LAGI

Aku ingin mengerjar mimpimu sayang Sampai pada keharuan yang pernah kita tulis sebagai boneka-boneka yang gemar melihat saat tidur tidak lagi mengobati kerinduan Aku bermimpi dalam mimpi Menciptakan sosok dengan puisi dan gambar Aku terkenang dengan lembayung biru yang mengalir di atas langit kita Aku bayangkan sebuah laut sedang tumbuh di sana Sebuah metafora tentang pelangi yang memuat gelombang kehidupan antara sajak kini dengan buih biru dan gelembung yang kadang membuat mimpi ini terbang ke mana saja di langit Atau tongkat yang membangunkan kita pada gerak zaman yang lain Di sana aku termenung dengan kemurungan Aku ingin melukis kuda nakal yang berlari pada sepasang mata boneka Aku menangkap Aku mengejar jarak yang sudah begitu melaju Dalam kenang-kenang mendamba Mimpi kita yang rimba

MENANGIS DALAM KAMAR MANDI

: piyu Inilah kenangan pada jinjit anak-anak menarikan sebuah pagi dengan kerutan luka di keningmu. Aku ingin membuang kertas foto dan tasbih meretak pada doa kita dengan pengabulan paling sakral kali ini. Dewi langit dengan kebaikan nafas dan senja yang menguning di timur matamu, kapan kami akan pulang bersemedi dalam gairah waktu dan sepasang kekasih yang sedang membangun kuburnya dengan nama? 2013

TENGAH MALAM

dodo arumdono dan abangnya Mari saling mencari Jika masih kita tetap berdiri Saling membaca jalan yang membelah dua Antara jarak kita yang mengarah jauh Menohok hujan yang polos Menggaris cahaya Menusuk tubuh dengan gerimis yang membikin kita semakin laut dan tenggelam

BUKAN UNTUK SIAPA-SIAPA

ada semacam dada dengan penyakit di punggungnya satu tahun tumbuh penyakit punggung satu tahun lagi tumbuh penyakit ganas dengan warna merah dan putih maka jadilah merah muda penyakit itu entah bagaimana aku mesti mengatakan bahwa penyakit adalah wujud kesepian dan semesta dengan tubuhnya yang tambun aku membayangkan penyakit cepat tumbuh dalam keadaan sedih lalu penyakit itu mulai membikin rumahnya sendiri dengan pelabuhan yang tak sepi dari kapalnya lantas penyakit itu mulai menjadi nama dan simbol kehidupan tanpa penyakit kesedihan bukan apa-apa

SUATU MALAM BERSAMA PLATH

Sylvia Plath Waktu itu aku mengingat namamu Lewat sepotong bulan yang memerah pipinya suatu malam aku datang mencari bulan Bulan sedang merangkai bunga dalam sebuah wajan Penuh dengan biji mawar, bauksit, timah, beton dan pilar aku datang dengan perasaan haru dan bahagia mengingat saat itu bukan malam apa-apa bukan malam yang mengingatkanku pada sebuah pelukan yang hampir palsu diterpa angin, pelukan menjadi gontai diam-diam aku sapa bulan itu dengan suara parau yang dikeluarkan pelan-pelan asap rokok, uap kopi, roti yang gosong, londrian lima kilogram, dan seprei coklat mereka berloncatan satu demi satu saling berlari menuju mulut dengan bentuk cekung dan lebam mulut itu akan tumbuh menjadi sebuah dunia dengan biji mawar, bauksit, timah, beton dan pilar   air mengalir tanah menjadi kokoh dan cahaya akan muncul dengan pasukannya yang kuning dan hitam lantas saat itu bulan diam-diam mengedipkan matanya yang bulat penu...

ALIH-ALIH

setelah kembali pada kamar siang itu ketika telpon kita baru saja terputus aku melihat sebuah punggung terbelah sebuah sungai bening dan bukit dengan kehidupan aneh lalu perahu-perahu yang berlayar menjauh aku mereka itu manusia dari tuhan yang lain aku mengambil kamera yang tergeletak suntuk di atas meja selepas tombol dinyalakan aku menangkap sebuah gambar hitam yang melengkug di ujung sana aku kembali mencari gambar dengan posisi yang lain aku setengah berjingkat dari ubin-ubin mereka satu-persatu jatuh ke bawah mereka membikin kepala yang runcing sebelum membentur dasar aku menemukan hitam dalam bentuk yang sama hitam dengan wajah yang hancur dan berdarah dari kasat lubang matanya hitam yang lain mengalir hitam yang hanyut mendekati perahu-perahu yang hendak pergi menemukan tuhan yang baru lantas di sana aku mengira ada sebuah anak panah yang menunjukkan jalan pulang bagi perahu-perahu yang hilang aku memandang ke arah me...

SEBUAH HARMONISASI

fatin, eca, camilla, epot, neno, dan il divo Jujur saja kekasih Aku ingin mencintaimu dengan segenap harapan Ketika pagi-pagi sekali Kita gelisah dan kadang mengantuk Sebab semalam kita sibuk berdiskusi Akan dibawa kemana pagi esoknya Harapan itu Terkadang bernyanyi di pikiran kita Ia menggambar sebentuk lukisan Dengan warna-warni sepasang kekasih Sehabis hujan Mereka duduk di kursi taman Tumbuhan dan bunga-bungaan menjadikan sebuah kehidupan Yang menyala-nyala di mata mereka Serumpun musik hujan Saat itu baru saja mereda Tik tok jantung Dan kegelisahan memenuhi dada mereka yang tidak lagi lapang Menampung pagi-pagi yang seandainya mesti datang kembali Membawa harapan Sepertinya telah menggenapkan kisah cinta kita yang akan abadi

PERIHAL SARAJEVO DAN PERCINTAAN

oka rusmini aku menganggap tubuhnya seksi subur ditumbuhi oleh rambut-rambut halus dan hitam matanya menjerat rindu mana pun rindu yang sangsai pada debu kamar dengan huruf-huruf yang menggantung dan gampang terbakar aku membayangkan seratus biji kopi ditanam di tubuhnya seribu musim dengan salju dan lautan yang meleleh dan beraroma keringat biji-biji kopi yang menjadi kehidupan baru menjadi semesta yang tumbuh dengan usia yang mengerucut akan menuai seribu tangkai dan seribu daun gugur yang memeluk erat tengkuknya yang baru saja sembuh dari rasa sakit aku sepakat menyebutnya kedinginan seribu hari ia lupa menyalakan api ditubuhnya seribu hari ia menyalakan cuaca yang sangat lain dan begitu suntuk cahaya itu ia bagi menjadi jari dan mulutnya dengan seribu hari dan musim-musim yang lebih awet "Yu, aku minta sajak-sajak sarajevo yang pernah kamu ketik waktu itu saat pertama kali kita menikahi asap yang abadi kamu pasti tahu dan tidak lupa. aku masi...

KARENA SESUNGGUHNYA WANITA DAN AKU

sarah kay aku mendengar suaramu tadi malam ketika pertama kali memasuki rumah dengan cahaya kuning dan asap kebiru-biruan lantas aku terburu-buru mengikuti pintu mana saja aku teringat dengan sebatang cerutu yang dipesan dan diantarkan tadi malam seseorang yang sedang memerhatikanku dari belakang ia melihat dengan pandangan aneh dengan mata pertama lalu kemudian dibukanya mata kedua persis seperti ketika kita membuka mata selepas berciuman dengan bibir angin yang baru saja melahirkan tabir-tabir baru selepas tadi selepas ketika kamu baru saja mengirimkan paket tanpa nama apakah demikian setelah seseorang yang mengantarkan cerutu dan seseorang lainnya yang memandang kita dengan tikaman yang memunculkan rahasia pada masing-masing matanya merupakan cara untuk menguji kesabaran seorang wanita di sini ia tidak bisa tidur karena angin cemas begitu kencang ia tidak mengerjakan apa yang ditugaskan oleh gurunya minggu lalu ia lupa mencuci tanga...

SELEPAS SABIT MALAM INI

bli jengki letih matamu adalah letih bulan sabit dalam kemarau panjang kemarau dalam pelukan kita yang terlampau jarang aku merindukan batas tubuhmu yang ditumbuhi para belukar sebab selongsong angin yang tidak lagi berpacu melupakan kelam-kelam sabit dalam sebotol air mineral

SEBAB TERANG

aku mengira matahari tidak akan terbit di hari minggu pernah dulu namun sekarang tidak begitu demikian saat kita memasrahkan tirai yang terbuka. matahari mendedah mata kita satu per satu. dituangnya arak, dibuatnya perahu dan penumpang dengan sepikul mata lain yang tumbuh menjadi timur dan barat adalah garis hitam putih di atas kertas gambar. kapan saja kita bisa menghapus dan membikin yang baru kita tengadah dalam lindap yang memunculkan ruang lain yang gelap. kita meloncat ke dalamnya maka gugurlah mata lain yang pernah tumbuh demikian banyaknya hingga tinggal dua saja matahari tidak pernah pergi menuju arah lain sebab terang senantiasa di sini di atas mata kita dengan jaring pelangi dan metamorfosa yang gelisah  

Mencintai Wanita yang Lenyap Begitu Saja

: Wa Ode Wulan Ratna dear wanita dengan separuh luka yang mengering di bahunya aku adalah seorang wanita lain yang mengerjakan hal yang sama denganmu malam-malam. setiap orang-orang tengah tidur bersama bapak ibu dan perempuan simpanan lain, aku pergi. keluar dari apartemen menuju gang-gang yang dilupakan siangnya. menuju sebuah jalan sehabis hujan. lantas aku membawa payung. aku membayangkan hujan saat itu juga akan turun namun sia-sia. lalu di sebuah tikungan yang kadang menyala lampunya, aku berhenti. membersihkan sepatu dari luka-luka tajam yang mengelupasi alasnya. sampai di sini aku mesti berjalan kaki. aku sangat suka menyanyikan sebuah lagu kebangsaan bekas perang zaman dulu. mengerikan. tapi aku membayangkan ada selongsong peluru memacu jantungku hingga pecah, lalu akan datang wanita lain memberikan persedian jantung lainnya, hingga aku hidup dan bergairah. berulangkali aku mesti berjalan dan mengerjakan hal-hal seperti biasa. dear antoni sayang, ...

White Sorrow

  we were a lord tuhan kami yang diberkati adalah umpama doa dan air suci yang mengalir dari tirani dan penantian di kursi ke sekian kali yang menyudut dari perhatianmu yang hampir luput kami datang dengan kecemasan berbalut harapan dan sepasang tangan kekasih sedemikian putih kami memahami harimu yang baru saja tiba kami sampaikan ada semacam cahaya yang berulang kali meredup dan kadang tiada tuhan kami yang dikasihi dengan kecemasan semacam ini maka menyatulah kami dengan tubuh tuhan yang masih jauh dari kematian 2013 

G

-G aku memimpikan perjalanan pulang dengan riak angin di antara lembut mata yang saling berbicara dengan bahasa kalbu rindang tangan ini pada pukul lima sore diam-diam ingin memeluk wajahmu yang dipenuhi tetumbuhan :rimbun dan kebiruan ketika pulang aku yang menemani ingatanmu yang tumbuh cepat adalah kita yang saling memandang lurus menohok tiang-tiang hujan yang datang berkomplotan membuat rambut kita yang gerimis makin basah Piy, sepulangnya dari sini aku akan membawamu pergi bersama layar-layar yang dibawa angin menuju laut lepas perjalanan memang panjang kepulangan yang semakin akrab membuat kita takut dengan kepulangan-kepulangan lain lantas aku teringat pada langkah kita yang mengacau : Piy    lekas pulang 2013    

MALAM SEMARANG

kapan pergi ke pantai kapan saja bila angin telah pulang merapat dengan singgahnya sebuah singgasana rindu membentang menekuk jarak yang sudah terbuang matahari pernah hidup sia-sia dalam bayangannya yang merapat di belakang rindang wajahmu aku teringat sangsai angin membawa kita menuju gelombang yang lagi-lagi gemetar ada techno music  di dalam saku ingatan ada jalan yang hendak membasuh hujan nanti barangkali sebelum ke pantai akan kita lepaskan pakaian, kalung, dan warna-warni pelangi tiada lagi yang disebut manusia dalam tenggelamnya tubuh kita entah mereka akan kembali kemana kepada sajak-sajak fiksi pembunuhan seorang peneror kepada peneror lainnya kita saksikan halaman rumah yang sepi maka keasikan datang diam-diam menyelinap dari balik kolam   : cahaya yang bersuara lewat ikan-ikan Semarang 2013