setelah kembali pada kamar siang itu
ketika telpon kita
baru saja terputus
aku melihat sebuah punggung terbelah
sebuah sungai bening dan bukit dengan kehidupan aneh
lalu perahu-perahu yang berlayar menjauh
aku mereka itu manusia dari tuhan yang lain
aku mengambil kamera yang tergeletak suntuk di atas meja
selepas tombol dinyalakan
aku menangkap sebuah gambar hitam yang melengkug di ujung
sana
aku kembali mencari gambar dengan posisi yang lain
aku setengah berjingkat dari ubin-ubin
mereka satu-persatu jatuh ke bawah
mereka membikin kepala yang runcing sebelum membentur dasar
aku menemukan hitam dalam bentuk yang sama
hitam dengan wajah yang hancur dan berdarah
dari kasat lubang matanya
hitam yang lain mengalir
hitam yang hanyut mendekati perahu-perahu yang hendak pergi
menemukan tuhan yang baru
lantas di sana
aku mengira ada sebuah anak panah yang menunjukkan
jalan pulang bagi perahu-perahu yang hilang
aku memandang ke arah mereka
hanya ombak yang sesekali menunjukkan puncak
angin beranjak dari tepian pantai yang menyajikan punggung
dingin
dan siap dibekukan dalam sekotak lemari pendingin yang baru
saja kita pesan
sepuluh menit sebelum kita saling mengucap
: sayang ini milik salah satu di antara kita
kelak bila sayang ini meninggi
mencapai bukit dengan hitam dan merapi
akan kita temukan
sepasang punggung yang sedang berkelahi
yang satu mengalah dan terbelah
sisanya pun mengalah
lalu hancur
sebelum menyentuh dasar
: di sana mereka kembali
diciptakan lewat sebatang
kayu dengan jiwanya yang membara
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin