Sedang di langit
Dan awan-awan kelabu
Datang mengiringi sajak kita yang hujan
Aku membawa sapu tangan dan menjadi gerimis di haluan
Jalan-jalan menuju pangkuanmu tiba-tiba meruntuh
Aku tidak ingin datang sia sia
Sebab usia di sini yang menua
Dan sajak gurun yang bergulir meniti
Pengakuan dan penebusan kita yg akhir
Menggenang di keluasan ketabahan
Sepertinya kita mesti gamang
Dalam bola matamu
Yang menjual kenangan selepas pergi
Dan datang kembali
Aku berjalan tanpa tepi
Lengkungan langit dan awan-awan
Kian meneduh
Pada ikatan tiket perjalanan masa depan
Sudah waktunya
Ketika seorang nabi
Turun menjadi wahyu cinta
Dan kita yang sempat hilang
Sedang sabda yang kadang menunjuk malu-malu
Bahwa kitalah sebenarnya menjadi jantung
Gemuruh dalam detak
Dan aku tidak nyenyak memikirkan kita
Lagit dan awan-awan jingga dalam kantong plastik
Ada rokok super dan pemantik
Ada garam dan gula pasir
Aku rindu pantai pada lukisan bungkus lolipop ini
Kita mesti berbagi jika ingin rasa manis itu
Tidak habis dalam tenggorokan yang memuntahkan hujan-hujan
Dalam kuali saat cinta sudah matang
Namun aku ragu
Mengatakan sebuah lidah di jantung ini
Membikin rasa baru
Dan mengenal yang lama sebagai
Langit dan awan-awan kelabu
Bis kota itu
Di sana kita pernah duduk diam
Menyaksikan bola lampu
Dan jalanan mulai licin sehabis hujan
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin