Langsung ke konten utama

Goodbye to You My Trusted Friend

'Goodbye to you my trusted friend' merupakan salah satu lagu yang dibawakan ulang oleh group Westlife di awal tahun 2000an. Lagu ini jadi salah satu lagu yang dinyanyikan anak-anak K2 di acara perpisahan kemarin pada 29 Mei 2019.

Hingga detik ini, saya masih belum bisa percaya sepenuhnya bahwa acara tahunan yang jujur cukup menjadi momok bagi saya, dapat berjalan dengan baik. Hal ini tentu tidak lepas dari kerja sama team selama kurang lebih tiga bulan.

Di awal 'term' 4, semua persiapan mulai dikerjakan satu persatu. Kami memulainya dengan naskah. Ini adalah salah satu bagian tervital. Tanpa naskah, persiapan lainnya tidak akan pernah terlaksana. Ibarat sebuah organisasi, naskah adalah CEO-nya. Sebelum latihan untuk pementasan pun terlebih dahulu harus dilakukan bedah naskah. Kemudian setelah selesai, barulah mengerjakan yang lain, misalnya mempersiapkan properti.

Sama seperti pertunjukan drama pada umumnya, properti yang digunakan berbentuk 3D. Kami semua mengerjakannya selama kurang lebih satu bulan bahkan pulang hingga larut malam. Seingat saya, kami pernah pulang pada pukul 23.00 WIB. Inilah dedikasi dan kami menyadari betul bahwa tugas yang kami emban tidak semata untuk diri kami, melainkan juga untuk semua pihak yang terlibat di satu sekolah, termasuk orang tua siswa.

Tulisan ini saya muat sehari setelah berjalannya acara perpisahan di Bellagio Mall. Tepatnya 36 jam yang lalu, ketika kami semuanya masih memindahkan semua properti ke mobil angkut. Yang paling repot adalah memindahkan properti 3D. Apabila terjadi kesalahan, properti akan hancur.

Kira-kira pukul delapan pagi kami semua tiba di Bellagio Mall. Belum mengering keringat kami akibat naik turun untuk memindahkan properti ke mobil angkut, kami pun bergegas menyiapkan semuanya di ruangan khusus yang telah disediakan.

Team K2 terdiri dari tiga orang, masing-masing dari kami punya bagian kerja tersendiri. Saya bertanggung jawab untuk mengatur barang-barang milik siswa K2, mulai dari tas, 'water bottle' dan 'snack container', kursi duduk, 'safety pins' beserta pin lainnya, make up, kostum pertunjukkan, 'dress' dan black suit', toga, persiapan perayaan ulang tahun salah satu siswa K2, properti untuk acara puncak perpisahan, seperti Bendera Merah Putih dan sekolah, baki logam sebagai wadah sertifikat dan medali para wisudawan. Dapat dibayangkan betapa hecticnya hari itu.

Satu malam sebelum acara dimulai, saya tidak bisa tidur nyenyak. Hampir tiap satu jam sekali saya terbangun, sambil sesekali melihat jam. Akhirnya sekitar pukul setengah tiga dini hari, saya putuskan untuk bercerita dengan Om Chef walaupun sebelumnya saya sedikit ragu, mengingat waktu itu jam yang biasa digunakan Om Chef untuk 'cooling down'.

Percakapan kami terasa begitu hangat dan mengalir dengan lancar. Seolah saya dapat merasakan kehadiran Om Chef di samping saya. It works. Yang tadinya saya bergumul dengan kepanikan dan ketakutan yang hampir tidak rasional, kemudian dapat mengontrol diri dengan lebih baik.

Salah satu pesan dari Om Chef adalah di saat sulit seperti ini, sebetulnya tidak perlu berusaha keras untuk mengontrol ini itu. Yang paling penting adalah lakukan tugas sebaik mungkin. Soal kekacauan, pasti terjadi di luar kontrol. Sama halnya seperti di 'kitchen'. Setiap hari bertemu dengan kekacauan yang sama. Tapi pada akhirnya dapat dilalui dan semua pulang dengan selamat. Begitu pun dengan saya, yang penting lakukan yang terbaik, kerjakan dengan maksimal, tidak peduli betapu pun melelahkannya, atau setidaknya cobalah untuk antisipasi, ketika kekacauan mulai terjadi, temukan solusinya. Apa itu? Jawabannya kerja sama team dan percaya satu sama lain.

Kebahagiaan saya bertambah lengkap setelah mendapat kabar dari siswa 'tuition' saya, Isa, yang berhasil naik kelas 4. Ah, betapa kerja keras berbuah manis. Indah nian. Saya tidak pernah menyesal bersakit-sakit dahulu, sebab di kemudian hari akan tiba saatnya untuk menikmati hasil jerih payah itu.

Untuk K2 dan semua team yang terlibat, saya sampaikan terima kasih. Saya juga menyampaikan maaf untuk 'the ups and downs' selama proses pengerjaan persiapan acara perpisahan. All the best untuk semua siswa K2 tercinta. Ingin rasanya memutar ulang waktu. Tapi hidup harus terus berjalan. Mudah-mudahan ilmu yang diperoleh selama di bangku K2 dapat menjadi bekal di masa depan kalian.

Saya juga mengucapkan terima kasih pada Om Chef yang bersedia mendengarkan saya. Tidak ada yang dapat mengalahkan 'the power of listening'. Dengan ini, kamu menjadi 'an eye opener' bahwasanya masih ada yang mau dengan tulus mendengar tanpa menghakimi serta berbagi tanpa mengharapkan sekaligus menuntut imbalan. Mudah-mudahan energies terus berdatangan dan menguatkab kita. Ohya, hari ini Om Chef mulai pergantian menu lagi. Mari sama-sama merapatkan diri untuk menyalurkan energi positif, sehingga dapat senantiasa 'mindful' bahkan dalam situasi yang tidak mudah. Pulanglah dengan selamat, Sayang.

Sebelum menutup tulisan ini, saya juga mau berbagi kebahagiaan lainnya. Salah satu teman kesayangan saya baru saja melahirkan bayi perempuan pertamanya dengan sehat dan selamat. Aduh, sudah jadi tante-tante rupanya saya. Ah, satu minggu lalu kakak dari Om Chef juga melahirkan putra kedua dengan selamat dan sehat. Tinggal satu lagi menunggu kabar gembira dari teman tercinta, Katanya tinggal menunggu hari, akan melakukan proses persalinan. Peluk cium dari saya untuk kalian semuanya pada perempuan dan ibu tangguh.

Tabik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Writing As A Love Language

:Vin Elk, Ars Magna, & Lady Loved* Lately, I have enjoyed writing a lot. Writing worked on me the way Dumbledore did while he was in Penseive, so he could experience his memories through other perspectives. He uses it to siphon the excess thoughts from his mind, pour them into the basin, and examine them at leisure. Writing has helped me to untangle my mind, examine what to deliver, communicate the messages verbally and non-verbally, and reflect on how this writing will evoke certain emotions or moods. Writing becomes the mirror that provides insight into who I am, what I desire, what I experience, what I value, and what I am not into. Writing becomes the language that deliberates my inner peace. On another level, writing could answer the quest that dwells in my mind.  I am glad to share what is significant for me right now. Being loved by the right person and people is heaven, and so is being respected, prioritized, supported, desired, and understood. The right person and peop...

The Essence of Learning New Things Every Day

Everyone basically has opportunities to learn something new every day. They learn to get a new skill or to let go of what doesn't belong to them. The cycle comes and goes. Learning something new is not only a shortcut to improve one's life, but also to make one's meaningful, and their presence could make the simplest form of change.  I was once asked about the skills I have other than teaching. I confidently responded to them that I have enough skills in writing, photography, and cooking. While doing my responsibilities in the class, I value the three areas will be beneficial for me in professionalism. I have unlimited resources to access them if one day, I could only choose one area to support me for a living.  As an individual who has to make a move every day, I see learning as a potential way that brings us to become more selfless. We can learn new things every day as long as we have the courage and willingness to be a beginner. A beginner carries honesty since they have...

A One Year-Old Bonding

I was having a brief and light conversation with my boyfriend about how to create more memorable stories, create sparks in our relationship, and make better plans for our future. What I deeply appreciate about him is that he never ceases making plans for us as if he knows exactly where we're going, the potential issues we are going to face, how to cope with hard conversations, and many more. Reassurance, emotional support, and acts of service speak louder than just words. In lieu of the conversation, we had opposite points of view on how we would build healthy relationships and bondings in marriage while each of us is trying our best to achieve our goals. In addition, I am aware of his endeavors to listen more, to be more transparent in making decisions, to welcome discussions, to work collaboratively, and to articulate what we feel and what we think about assertively. We want to find the best route that could accommodate our needs in particular. There was a funny moment when I sud...