Langsung ke konten utama

I FIGHT

Kamis, pagi-pagi sekali saya bangun tidur dengan dikejutkan pesan singkat dari Ibu. Kurang lebih begini isinya, "doa kami selalu menyertaimu Bii." Lembut dan tulus sekali. Saya langsung teringat jadwal kegiatan yang akan saya tuntaskan hari ini.

Seperti biasa, I fight anxiety and fear everyday. Kedua telapak tangan basah dan saya pun berkeringat dingin. Tapi tidak semua hal yang berkaitan dengan anxiety dan fear selalu berarti buruk. Tentu tidak.

Kedua hal ini selalu mendorong saya untuk melakukan yang terbaik. Memang hasilnya tidak 100%. Paling tidak dengan mencoba secara maksimal, saya ingin menunjukkan bahwa saya akan selalu melawan untuk tidak dikendalikan oleh anxiety dan fear.

Pernah sekali saya bertanya pada adik, seperti apakah saya menurut kacamatanya. Well, kalimat yang tercetus pertama kali adalah bahwa saya pribadi yang gampang panik. Hal ini dapat terlihat dengan jelas melalui mimik wajah. Ah, saya paham. Artinya, saya memang harus berdamai.

Saya ini bukan manusia super. Terkadang dari luar terlihat baik-baik saja, padahal dari dalam diam-diam sedang berkecamuk. Maka tak jarang, bagi yang benar-benar memperhatikan, akan menyadari tatapan mata saya sering kosong. Tapi tidak apa-apa. Dengan begini, bukankah menunjukkan bahwa manusia memiliki keberagaman.

Tidak lupa saya sampaikan terima kasih pada 'Chef' yang menjadi teman, sahabat, kekasih, bahkan tidak jarang menjadi ayah bagi saya dengan kebijaksanaannya. Terima kasih karena bersedia bersusah payah menemani saya. Terima kasih karena bersedia diganggu oleh perempuan satu ini, kadang masih saja suka 'mutungan'. Percayalah, tidak pernah sedikit pun niat saya untuk melukai.

Saya akan duduk diam sejenak tanpa melakukan apa pun. Menghirup dan menghembuskan nafas perlahan dengan teratur. Mudah-mudahan membantu. Atau, dengan menulis catatan mini ini, mudah-mudahan membantu meredakan. Dan kalau pun tidak, tidak masalah. Mari menerima diri dengan selapang-lapangnya.

Work is all I have and to create is more important than life.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Terjemahan William Wordsworth - I Wandered Lonely as a Cloud

Hari ini, saya mencoba lagi menerjemahkan sebuah sajak berjudul I Wandered Lonely as a Cloud yang ditulis oleh William Wordsworth. Selamat membaca kawan! Semoga apa yang kita baca hari ini, membuat kita merasa penuh dan bahagia.  *** Umpama Segumpal Awan Aku Berkelana Aku berkelana umpama segumpal awan Yang melayang di ketinggian melampaui lembah dan bukit, Ketika tak sengaja kudapati sejauh mata memandang, Sehamparan bunga-bunga daffodil; Di dekat danau, di bawah rimbun pepohonan, Bunga-bunga daffodil melambai dan menari dikibaskan angin. Tak henti-hentinya laksana bintang-gemintang yang berkilatan Dan mengerjap di keluasan bima sakti, Bintang-gemintang itu, meregang dalam lintasan tanpa batas Di sepanjang tepian danau yang luas: Sekilas kusaksikan berpuluh ribu, Bunga-bunga daffodil saling beradu lewat tarian yang begitu lincah. Ombak di sebelahnya menggulung dan pecah; namun bunga-bunga daffodil Menghempaskan kilauan ombak itu dalam sukacita: Seorang penyair menjumpai dirinya te...

To Our 2nd Anniversary

The night has fall, curled around, and settled In silence and peace, the moon flickered courageously and stars blinked naughty It was a rectangled room with a hanging rattan bulb where the cold took hold A wave of joyful energy gathered and helped me chanted, "this day came, we're filled with love and pleasure." We have shared sunrises and sunsets Conquering all fears, expressing the passage of time, enduring love, and tumbling in joy. I dove beneath the quilt Drifted into dreams  "Before two, I was one celebrating the innocence, the unsolved questions about why I was one, not two.  I was a foreigner, wandered with a self-made map In the North I would see the frosting winter, magical skies with ribbons of light In the East, I would see new days filled with promise, flashing out warm greetings In the South, days stretch long, bread freshly baked, and conversations about clumsy feet strolling through the field never ends In the West, trees trembled the rustling leaves....

Dialog pada Diri

Saya percaya bahwa berdialog dengan diri dapat meningkatkan keintiman dengan diri sendiri. Biasanya, saya memulai dengan mempersiapkan satu atau dua pertanyaan, lalu dalam keheningan membiarkan diri sendiri secara luwes menjawabnya satu-persatu. Atau bisa saja bukan jawaban yang diperoleh, melainkan pertanyaan-pertanyaan baru yang lebih rumit dari sebelumnya. Tapi tidak mengapa, yang demikian itu membuat saya belajar untuk paham bahwasanya diri ini, terkadang bertingkah layaknya anak kecil yang ingin tahu banyak hal. Ia akan mengutarakan banyak pertanyaan pada siapa pun. Bukan semata untuk memuaskan keingintahuan, tapi juga untuk menyadari betapa saya tidak mengetahui apa-apa kecuali mulai melatih diri untuk lebih banyak bersukur, mengurangi intensitas mengeluh, tetap fokus dan melakukan yang terbaik pada hari ini, bila terjadi guncangan gunakan momen itu untuk berbenah dan tetap tenang, serta membiasakan diri untuk percaya pada diri sendiri untuk menyembuhkan luka-luka. Prosesnya tent...