: phum viphurit
"hey! can i stop you there for a moment?"
barangkat dari tempat dudukmu, sehabis hujan sore itu, kemarin, aku bergegas menyusun surat-surat elektronik, akan dikirim ke redaktur surat kabar.
dimulai dari yang terpanjang, kemudian yang paling singkat, hingga kembali pada yang panjang lagi.
katamu gelombang, yang menguap saat siang, yang terasa berat ketika hujan, yang terlihat tenang saat malam, atau yang pura-pura baik saat mendung, tidak akan susut.
sepeninggal sore yang gerimis, aku masih bekerja, membiarkan separuh tubuhku dibius kesibukan.
waktu itu, selepas satu jam penuh, langit nampak lain, mencumbui kepadatan kota, melimpahkan kegelisahannya dalam sebentuk embun, seketika berkumpul, membikin sekawanan percikan yang lebih kecil.
dari atas sini, di antara sepasang pintu menuju koridor dan jendela yang menganga, seorang penyair telah lahir.
tubuhnya masih merah, dibalut hal-hal magis, membikin cakrawala baru, lalu kuabadikan dalam puisi.
kata-kata terusik, kami pun terombang-ambing.
barangkali cuaca sedang tak ingin sendiri.
ia kacaukan tulisanku, memecahnya, meledakkannya menjadi ratusan bintang.
aku terpelanting dan berhamburan menjadi semacam partikel tak kasat mata, beterbangan tidak teratur.
kemana aku akan berhenti kali ini?
mungkin saja keberuntungan akan menarikku, sekalian menebas jarak katanya.
atau mungkin akan pulang, sambil sesekali mencari keberadaanmu.
- Jekardah, April 2019
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin