Langsung ke konten utama

S U R A T T E R B U K A


mengasihi
bukan perkara bertanya apa kabar hari ini, bukan pula berpesan jangan lupakan peluk diri.

mengasihi
jauh sebelum kau pejamkan matamu, ketika malam sekali, secara bergantian, saat orang-orang mengutuk realita dan beramai-ramai menjemput mimpi, mengasihi telah ada di sini, di sekujur tubuhmu, di ketajaman ingatanmu, di runcing sorot matamu, menetap, kemudian bermukim di jiwamu.

saat kau keluhkan kosong
mengasihi
serupa mendengar gelisahmu, memahaminya tanpa berucap suatu apa.

sebab dalam kelembutan, mengalirlah sungaj-sungai yang dalam, membikin terusan baru, dengan arus yang tenang mengairi ladang-ladang kering, mengubahnya menjadi kebaikan, untuk dirimu.

kebaikan itu menghangatkan seisi rumah, memanaskan yang gemetar dan menggigil, melepaskan fantansi di sepasang kakimu, melucuti yang menjerat langkahmu, kelindan cahaya mengerjap, menerobos kaca, menerpa wajahmu, mengajaknya berjingkat, berpindah dari satu sudut paling rahasia menuju tempat tidurmu.

mengasihi
serupa kau baringkan tubuhmu di atas permukaan berpegas, dengan pelan mengusap dan menyambutmu, mengecupmu tanpa henti, pada akhirnya mengembalikanmu seperti semula

: musim semi itu ada, tapi sebentar lagi akan gugur, namun kasihmu abadi.

pohon-pohon membikin kanopi, sepanjang jalanmu teduh, meninggalkan gema paling halus, membelai bunga-bunga

Jekardah, April 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Terjemahan William Wordsworth - I Wandered Lonely as a Cloud

Hari ini, saya mencoba lagi menerjemahkan sebuah sajak berjudul I Wandered Lonely as a Cloud yang ditulis oleh William Wordsworth. Selamat membaca kawan! Semoga apa yang kita baca hari ini, membuat kita merasa penuh dan bahagia.  *** Umpama Segumpal Awan Aku Berkelana Aku berkelana umpama segumpal awan Yang melayang di ketinggian melampaui lembah dan bukit, Ketika tak sengaja kudapati sejauh mata memandang, Sehamparan bunga-bunga daffodil; Di dekat danau, di bawah rimbun pepohonan, Bunga-bunga daffodil melambai dan menari dikibaskan angin. Tak henti-hentinya laksana bintang-gemintang yang berkilatan Dan mengerjap di keluasan bima sakti, Bintang-gemintang itu, meregang dalam lintasan tanpa batas Di sepanjang tepian danau yang luas: Sekilas kusaksikan berpuluh ribu, Bunga-bunga daffodil saling beradu lewat tarian yang begitu lincah. Ombak di sebelahnya menggulung dan pecah; namun bunga-bunga daffodil Menghempaskan kilauan ombak itu dalam sukacita: Seorang penyair menjumpai dirinya te...

To Our 2nd Anniversary

The night has fall, curled around, and settled In silence and peace, the moon flickered courageously and stars blinked naughty It was a rectangled room with a hanging rattan bulb where the cold took hold A wave of joyful energy gathered and helped me chanted, "this day came, we're filled with love and pleasure." We have shared sunrises and sunsets Conquering all fears, expressing the passage of time, enduring love, and tumbling in joy. I dove beneath the quilt Drifted into dreams  "Before two, I was one celebrating the innocence, the unsolved questions about why I was one, not two.  I was a foreigner, wandered with a self-made map In the North I would see the frosting winter, magical skies with ribbons of light In the East, I would see new days filled with promise, flashing out warm greetings In the South, days stretch long, bread freshly baked, and conversations about clumsy feet strolling through the field never ends In the West, trees trembled the rustling leaves....

The Complexity

Last two days wasn't simple. I entered my bedroom and started to complain, "Why there's no one seemed to understand and listen to me? All of us has two ears but one mouth seemed louder and enough to create deafening sound that forced everything to lend their ears with no willingness."  I slammed the door. I threw my bag to the floor. I punched the wall that if they could talk, they would shout at me to stop. I kept punching the wall several times to mute the fire of the anger that burned my heart and head. The way I punched the wall was enough to break the bones of my hands into pieces. I might not show people that I was furious. I would just hide it till I found my safest place, I would resume to lose my sanity.  My chest was aching. My hand was numb. I found out that being destructive, would create a bigger pain than the anger did. That's when I gained the logical thinking back, I commenced holding the horse.  I moved backwards. I landed my feet on the bed and l...