Langsung ke konten utama

Neither Fondness nor Forest

tertanda rasti, pii


--terkadang orang-orang memojokkanku dengan ciuman yang menyebalkan.

Nama-nama berikut akan membantumu mengutuk batu menjadi seorang peri. Mengutuk seekor lalat menjadi sorang pelayan yang menyiapkan sarapan pagi. Meniupkan terompet untuk bangun, menyikat kamar mandi, memotong rumput, mencuci pakaian kulit, memandikan kuda jantan, menimba air laut ke dalam sumur, melubangi sungai menjadi daratan, mendengarkan music dan suara seksofon yang seksi, menulis surat iseng, berkaca sambil senyum sendiri, memberi makan ternak, menggiring kereta kuda, memadamkan lahan gambut dan kopi, memangkas bulu kenangan yang tumbuh subur di pipi



Suatu waktu
bila tak ada telinga yang benar-benar sanggup mendengar dengan mata terpejam, seorang gadis penyihir manis yang bengkak mata kanannya akan datang padamu. Menyihir bola matamu dengan seikat mantra racun tikus, menggelitiki pengupinganmu agar tak ada tanda perang yang meledak di ujung mesiu. Memberikan isyarat penting untuk hari esok tepat jam satu : hutan di rumahmu akan terbakar dan menangis. Menggigit perlahan lehermu dengan sedikit gemas. Kemudian memelukmu seperti tak ingin melepas bumi dari bawah kaki mungilnya.

Atau ketika pada suatu ruangan sumpek yang kehabisan parfum, lolongan anjing dan nakalnya malam tak dapat dihindari lagi. Kamu menjadi iri dan merengek manja membanting tubuh di dekat tangga. Kamu tidak takut luka dan lebam karena sering menyakiti dan disakiti. Itu sudah biasa. Dadamu bicara. Menusuk rumah siput secara paksa.

“aku seorang kompeni yang cantik. Seratus tahun yang tak habis, seratus tahun yang kuhitung dulu, aku sangat laris. Pinggang di tubuhku adalah pulau kelapa yang menyajikan penginapan harga murah. Siapa saja bagi pelanggan, termasuk kamu kalau mau, bisa mencobanya dengan cuma-cuma. Asal sudah buat janji dengan uang transaksi tunai. Bank mana pun di daerah ini tak akan meminjami hutang dengan alasan pribadi. Makanya, sekali-kali kamu mesti mengajakku. Berkencan dengan petugas keamanan, sesungguhnya dapat menangkupkan kedua tanganmu dengan segepok emas.

Dengan begitu, aku bisa dijadikan perempuan mainanmu. Bukankah kamu tak punya masa kecil yang bahagia? Kamu mengenal pagi, tapi kamu juga tak mengenal sekarung kabut yang kenyal dan putih. Jantungmu bisa tak karuan memompa darah. Bulu matamu terkadang merontok tiba-tiba kalau melototi prajurit yang mendorong gerobak gandum lapuk dan merah. Kamu sangat ingin kaya, tetapi lupa pada kepalamu yang mengingat wanita teriris dadu di piring makan.

Aku boleh dikuliti asal kau tahu caranya. Tak sembarang pisau tumpul bisa memotong. Telunjuk dan garis di telapak tanganmu menjadi taruhannya. Kamu akan ikut denganku karena kehabisan darah. Aku akan punya teman yang bisa diajak berdiskusi, bercinta, berbagi setan lelaki lainnya. Aku akan tersenyum dengan melupakan gincu. Aku akan berjalan dengan melepas rusuk yang patah. Aku akan pergi ke pantai dengan sepotong pohon kelapa bungkuk, di tanahku pohon itu mujarab bagi segala rahasia yang begitu takut terbuka menjadi api dan gunung yang sia-sia.”
2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Terjemahan William Wordsworth - I Wandered Lonely as a Cloud

Hari ini, saya mencoba lagi menerjemahkan sebuah sajak berjudul I Wandered Lonely as a Cloud yang ditulis oleh William Wordsworth. Selamat membaca kawan! Semoga apa yang kita baca hari ini, membuat kita merasa penuh dan bahagia.  *** Umpama Segumpal Awan Aku Berkelana Aku berkelana umpama segumpal awan Yang melayang di ketinggian melampaui lembah dan bukit, Ketika tak sengaja kudapati sejauh mata memandang, Sehamparan bunga-bunga daffodil; Di dekat danau, di bawah rimbun pepohonan, Bunga-bunga daffodil melambai dan menari dikibaskan angin. Tak henti-hentinya laksana bintang-gemintang yang berkilatan Dan mengerjap di keluasan bima sakti, Bintang-gemintang itu, meregang dalam lintasan tanpa batas Di sepanjang tepian danau yang luas: Sekilas kusaksikan berpuluh ribu, Bunga-bunga daffodil saling beradu lewat tarian yang begitu lincah. Ombak di sebelahnya menggulung dan pecah; namun bunga-bunga daffodil Menghempaskan kilauan ombak itu dalam sukacita: Seorang penyair menjumpai dirinya te...

2020 to 2024

The main themes for each year 2020 - pandemic, letting go, surrender, anxiety, invention, depression, betrayal, Italian food 2021 - teamwork, hope, vaccine, Italian food, people pleaser, hardworking, disappointment, letting go what doesn't serve me anymore, depressed, hard conversation, split, move on 2022 - healing, making plans, appointments with psychologists, false hope, broken heart, move on, blaming myself and others, seeking validation, betrayal, self love, meeting new people, photography, 2023 - fitness, new routine, falling in love, Montessori, self love, family, guilt, African food indecisiveness, failing to set boundaries, scared of failure, anger, manipulation, split, psychologist, hope, independence, redefining who I am, falling in love again, forgiveness, trust, adjustment to LDR, free from alcohol, cooking 2024 - family, gain my strength, self love, positivity, silence is gold, focus on becoming a better version of myself, gratitude, stress, peace, fitness, disciplin...

The Complexity

Last two days wasn't simple. I entered my bedroom and started to complain, "Why there's no one seemed to understand and listen to me? All of us has two ears but one mouth seemed louder and enough to create deafening sound that forced everything to lend their ears with no willingness."  I slammed the door. I threw my bag to the floor. I punched the wall that if they could talk, they would shout at me to stop. I kept punching the wall several times to mute the fire of the anger that burned my heart and head. The way I punched the wall was enough to break the bones of my hands into pieces. I might not show people that I was furious. I would just hide it till I found my safest place, I would resume to lose my sanity.  My chest was aching. My hand was numb. I found out that being destructive, would create a bigger pain than the anger did. That's when I gained the logical thinking back, I commenced holding the horse.  I moved backwards. I landed my feet on the bed and l...