Langsung ke konten utama

Pukul Delapan April

S
esuatu yang paling sabar adalah ketika kita berjalan sendirian. Melihat burung-burung membuat sarang. Mendengar langit bergemuruh, beramai-ramai memanggil hujan. Jatuh perlahan di tubuh. Kita tak akan berlari dan menepi di bawah teras yang luas. Kita lebih merindukan dingin yang mengerat tulang. Berkali-kali bertalu menggigiti pengupingan kita. Meraibkan suara yang memanggil, menjadikan kita dibesarkan oleh mata: sepasang ruh yang kesepian.

Sebelum kita sempat melarikan diri membawa kedua kaki, tanaman kangkung dan teratai yang bernafas lebih lama dari musim tahun depan telah lebih dulu sampai mencegah langkah. Tak ada detak jantung yang ditakuti. Bahkan perpisahan dengan bumi hanya menjadi perumpamaan kelahiran tunggal paling fatal. Sebab kesalahan apa pun sudah tentu bisa dimaafkan kecuali ada yang bersalah dan disakiti.

Kereta api pukul empat sore, melaju kencang. Pemandangan hijau yang basah. Awan yang limbung di atas kawah. Serbuan hujan runtuh menyerbu badan. Pendengaran yang berkabut. Ketulian yang membuat kita melupakan mana daratan yang lembap dan berawa.

Kita bertanya, apakah hidup juga merupakan kejahatan paling konyol. Dimana kita nanti akan dikurung sepertinya tak jadi setumpuk kebebalan yang berupaya ditutupi. Mulut yang mengunci kesetiaan bahwa saksi dan sanksi sangat sulit dibedakan. Barangkali hanya nama dan nama yang terus kita hapal berpuluh tahun, enam puluh delapan rambut dan jenggot bercabang di pinggul dekat urat nadi.

Apakah, akan ada tukang besi selain kita, yang akan menulis bagaimana laut menikahi tiap gadis di malam sempurna. Atau perakit mesin ketik, yang beralih merakit alat perang-perangan untuk dijadikan rudal yang menghanguskan tanah dan cacing-cacing gambut terbakar  │?│

2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Terjemahan William Wordsworth - I Wandered Lonely as a Cloud

Hari ini, saya mencoba lagi menerjemahkan sebuah sajak berjudul I Wandered Lonely as a Cloud yang ditulis oleh William Wordsworth. Selamat membaca kawan! Semoga apa yang kita baca hari ini, membuat kita merasa penuh dan bahagia.  *** Umpama Segumpal Awan Aku Berkelana Aku berkelana umpama segumpal awan Yang melayang di ketinggian melampaui lembah dan bukit, Ketika tak sengaja kudapati sejauh mata memandang, Sehamparan bunga-bunga daffodil; Di dekat danau, di bawah rimbun pepohonan, Bunga-bunga daffodil melambai dan menari dikibaskan angin. Tak henti-hentinya laksana bintang-gemintang yang berkilatan Dan mengerjap di keluasan bima sakti, Bintang-gemintang itu, meregang dalam lintasan tanpa batas Di sepanjang tepian danau yang luas: Sekilas kusaksikan berpuluh ribu, Bunga-bunga daffodil saling beradu lewat tarian yang begitu lincah. Ombak di sebelahnya menggulung dan pecah; namun bunga-bunga daffodil Menghempaskan kilauan ombak itu dalam sukacita: Seorang penyair menjumpai dirinya te...

To Our 2nd Anniversary

The night has fall, curled around, and settled In silence and peace, the moon flickered courageously and stars blinked naughty It was a rectangled room with a hanging rattan bulb where the cold took hold A wave of joyful energy gathered and helped me chanted, "this day came, we're filled with love and pleasure." We have shared sunrises and sunsets Conquering all fears, expressing the passage of time, enduring love, and tumbling in joy. I dove beneath the quilt Drifted into dreams  "Before two, I was one celebrating the innocence, the unsolved questions about why I was one, not two.  I was a foreigner, wandered with a self-made map In the North I would see the frosting winter, magical skies with ribbons of light In the East, I would see new days filled with promise, flashing out warm greetings In the South, days stretch long, bread freshly baked, and conversations about clumsy feet strolling through the field never ends In the West, trees trembled the rustling leaves....

Dialog pada Diri

Saya percaya bahwa berdialog dengan diri dapat meningkatkan keintiman dengan diri sendiri. Biasanya, saya memulai dengan mempersiapkan satu atau dua pertanyaan, lalu dalam keheningan membiarkan diri sendiri secara luwes menjawabnya satu-persatu. Atau bisa saja bukan jawaban yang diperoleh, melainkan pertanyaan-pertanyaan baru yang lebih rumit dari sebelumnya. Tapi tidak mengapa, yang demikian itu membuat saya belajar untuk paham bahwasanya diri ini, terkadang bertingkah layaknya anak kecil yang ingin tahu banyak hal. Ia akan mengutarakan banyak pertanyaan pada siapa pun. Bukan semata untuk memuaskan keingintahuan, tapi juga untuk menyadari betapa saya tidak mengetahui apa-apa kecuali mulai melatih diri untuk lebih banyak bersukur, mengurangi intensitas mengeluh, tetap fokus dan melakukan yang terbaik pada hari ini, bila terjadi guncangan gunakan momen itu untuk berbenah dan tetap tenang, serta membiasakan diri untuk percaya pada diri sendiri untuk menyembuhkan luka-luka. Prosesnya tent...