Langsung ke konten utama

SAKIT Ingatan

Seorang lelaki datang ke rumah pacarnya dengan teka-teki. Seorang perempuan berlari, ia berteriak sambil melempar sebuah kail pada semangkuk sup kekasihnya yang tinggal separuh. Seekor ikan berenang-renang di wajahnya. Seorang ibu menghitung jumlah bulan yang tidur di kamar suaminya. Seorang anak memukul teman perempuannya yang tak pandai menendang bola ke dadanya sendiri. Sambil menangis, ia pulang mengunci diri. Dibantingnya cermin yang berdiri. Diinjaknya lantai yang baru saja nyenyak tidur sehari. Seorang nenek yang menyaksikan cucunya yang marah itu tertawa geli namun akhirnya ia kalap. Seekor burung bangkai dilepaskan dari tubuh bangkainya yang hamper mati. selepas itu ia lepaskan tulangnya satu persatu, tulang ditubuhnya yang gemelutuk segera diganti. Seekor ular betina bertelur. Lima ekor anak mereka menetas bergantian. Namun di antara mereka yang malu-malu mengaku jadi ibu cuma satu. Lantaran si anak punya sepasang kaki. Lantaran si anak lelaki yang bicara dengan bahasa mesin dan pemotong bawang bertanya apa aku seorang wanita : subuh hari turun dari gundukan gunung dengan sebakul marmer yang digali dari prasangka : sebuah perasaan yang merambat diam-diam. Menghisap debu. Kepul ombak yang diterjang. Sesampir sajak dan sesajen masa panen di sebuah lumbung di mana tuhannya lebih dulu takut kekeringan ketimbang kematian. Atau sepasang burung pipit dan burung apa saja yang melihat awan siklik berkemas datang dengan sekantung kesakitan.
2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Terjemahan William Wordsworth - I Wandered Lonely as a Cloud

Hari ini, saya mencoba lagi menerjemahkan sebuah sajak berjudul I Wandered Lonely as a Cloud yang ditulis oleh William Wordsworth. Selamat membaca kawan! Semoga apa yang kita baca hari ini, membuat kita merasa penuh dan bahagia.  *** Umpama Segumpal Awan Aku Berkelana Aku berkelana umpama segumpal awan Yang melayang di ketinggian melampaui lembah dan bukit, Ketika tak sengaja kudapati sejauh mata memandang, Sehamparan bunga-bunga daffodil; Di dekat danau, di bawah rimbun pepohonan, Bunga-bunga daffodil melambai dan menari dikibaskan angin. Tak henti-hentinya laksana bintang-gemintang yang berkilatan Dan mengerjap di keluasan bima sakti, Bintang-gemintang itu, meregang dalam lintasan tanpa batas Di sepanjang tepian danau yang luas: Sekilas kusaksikan berpuluh ribu, Bunga-bunga daffodil saling beradu lewat tarian yang begitu lincah. Ombak di sebelahnya menggulung dan pecah; namun bunga-bunga daffodil Menghempaskan kilauan ombak itu dalam sukacita: Seorang penyair menjumpai dirinya te...

2020 to 2024

The main themes for each year 2020 - pandemic, letting go, surrender, anxiety, invention, depression, betrayal, Italian food 2021 - teamwork, hope, vaccine, Italian food, people pleaser, hardworking, disappointment, letting go what doesn't serve me anymore, depressed, hard conversation, split, move on 2022 - healing, making plans, appointments with psychologists, false hope, broken heart, move on, blaming myself and others, seeking validation, betrayal, self love, meeting new people, photography, 2023 - fitness, new routine, falling in love, Montessori, self love, family, guilt, African food indecisiveness, failing to set boundaries, scared of failure, anger, manipulation, split, psychologist, hope, independence, redefining who I am, falling in love again, forgiveness, trust, adjustment to LDR, free from alcohol, cooking 2024 - family, gain my strength, self love, positivity, silence is gold, focus on becoming a better version of myself, gratitude, stress, peace, fitness, disciplin...

The Complexity

Last two days wasn't simple. I entered my bedroom and started to complain, "Why there's no one seemed to understand and listen to me? All of us has two ears but one mouth seemed louder and enough to create deafening sound that forced everything to lend their ears with no willingness."  I slammed the door. I threw my bag to the floor. I punched the wall that if they could talk, they would shout at me to stop. I kept punching the wall several times to mute the fire of the anger that burned my heart and head. The way I punched the wall was enough to break the bones of my hands into pieces. I might not show people that I was furious. I would just hide it till I found my safest place, I would resume to lose my sanity.  My chest was aching. My hand was numb. I found out that being destructive, would create a bigger pain than the anger did. That's when I gained the logical thinking back, I commenced holding the horse.  I moved backwards. I landed my feet on the bed and l...