Kalau menilik beberapa hari belakang, ternyata rutinitas saya cukup padat. Kadang ada saja teman yang mengajak melakukan ini atau itu, bahkan ada saja rutinitas yang saya rencanakan sendiri, salah satunya berkenaan dengan pekerjaan.
Malam ini saya baru sadar kembali sebetulnya saya meluangkan sangat sedikit waktu untuk berkomunikasi pada keluarga di rumah melalui telpon atau WA misalnya. Saya kira dengan terus bergerak, meski jam istirahat juga mulai teratur, membantu mengalokasikan energi dengan baik, dari pada terbuang sia-sia akibat terlalu banyak memikirkan hal-hal yang belum tentu benar terjadi, nyatanya meleset.
Di balik ketakutan tidak menjadi produktif dan terlalu pelan berkembang, sebetulnya saya mulai merindukan kehadiran orang-orang rumah di samping saya. Tidak mesti lama-lama, mungkin satu atau dua jam cukup. Lalu waktu yang singkat itu kami pergunakan untuk membicarakan hal-hal konyol dan ringan tanpa merasa terbebani oleh 'baper'.
Mudah-mudahan Maret nanti kondisi pandemi semakin membaik, kendati Omicron diisukan menjadi penyebab gelombang ke tiga. Saya merindukan degdegan ketika menempuh perjalanan menuju bandara, duduk di ruang tunggu, lalu terbang dengan turbulensi kecil. Saya merindukan aroma kota kelahiran yang sangat personal meski pun jujur dengan terpaksa saya katakan tidak begitu betah tinggal berlama-lama di sana.
Saya rindu mengobrol bersama adik-adik. Lalu ketika sedang seru menggosip, kami mengunci pintu dan sesekali bicara dengan berbisik. Ruang lingkup di rumah memang tidak luas. Tapi saya menikmati ketika harus bangun pagi untuk lari pagi, menyiram tanaman di teras sambil mendengarkan musik lawas dari radio, dan ketika Ibu berteriak, "Ayo sarapan duly!" saya selalu semangat menjawab, "OK boss"!
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin