Langsung ke konten utama

Sepi Yang Baik

Bicara soal sepi, saya sepakat bila sepi adalah urusan personal dan juga universal. Sepi ini ibarat tubuh Yesus dalam bentuk roti perjamuan, diterima oleh umatnya namun dengan perasaan suka cita yang berbeda-beda.


Saya, dan pasti kita semua, pasti pernah sepi. Dan ini ketiga kalinya saya merasa bersukur bisa bisa memaknai kesepian dengan hal-hal yang baik. Justru saya bersukur punya kesempatan untuk sendiri, untuk menjadi sepi, untuk memperbaiki kualitas hidup yang sempat saya abaikan. Menatap ulang hal-hal yang berantakan, membuang sampah pada tempatnya, memilih mana yang mesti dipertahankan dan mana yang mesti ditinggalkan adalah perkara yang merepotkan. Tapi saya lebih memilih untuk repot sekarang dari pada repot nanti di saat semuanya bertambah buruk.


Bertambahnya usia kini, selain bicara soal angka, juga bicara soal sebapa tulus dan berlapang dada saya menerima kondisi saya, sebelum saya menerima orang lain masuk dalam hidup saya. Ini adalah saat-saat yang meditatif, sebab saya kembali disadarkan pada hal-hal esensial untuk tidak gegabah dalam menjustifikasi, bahkan kelewat justifikasi. 


Awalnya saya mengira 'ignotance is bliss'. Tapi pada akhirnya, justru saya memilih untuk tahu agar saya lebih melek dalam menentukan reaksi apa yang akan saya ekspresikan, apakah saya harus bicara berkata ya atau tidak, atau bahkan tidak melakukan apa-apa dan menunggu. 


Semangat, bagi saya bukan lagi soal seberapa cepat saya memilih solusi dan menyimpulkan apa yang saya hadapi, melainkan soal seberapa matang dan seberapa jauh saya memahami bahwa berseberangan pendapat adalah konsekuensi dari bersosialisasi, di antara manusia yang bersosialisasi ada kelompok yang sepakat dan yang tidak. Dan untuk memahami kedua hal ini, saya rasa kita tidak lagi membutuhkan validasi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkatnya, Aku Pulang

Kepada K. Aku mencitaimu sepanjang sinar bulan yang membulat sampai ke bumi tanpa dipantulkan ulang cahayanya. Air menggenang di tanah tapi hujan tertampung di kaca jendela. Langit berawan, namun bintang mengerdip, begitu genit berkelindan di balik matamu. Aku ingin mendaki ke atas bulan, memanjatkan hal-hal mustahil sambil memegang erat pergelangan tanganmu. Bawa saja aku, bahkan ketika kau sedang bermimpi, menghidupkan ulang harapan yang terpotong menjadi tersambung, satu-persatu, juga begitu pelan. Di perjalanan yang tidak begitu singkat, kita berkelana, mengarungi banyak kelok, jatuh dan tergelincir, menyasar hingga menemukan petunjuk dengan mengikuti kemana garis tanganmu menyebar. Tatkala garis itu terpotong, kita bergegas dengan menukik ke arah tebing yang masih hijau. Ucapmu, "Udara menjadi segar begitu kita senantiasa bersama." Maka kuikat kedua lenganku di pundakmu. Aku berdoa sejenak, bahwa meski bencana melanda, kita masih bisa berenang dan berpegangan lebih erat

The Essence of Learning New Things Every Day

Everyone basically has opportunities to learn something new every day. They learn to get a new skill or to let go of what doesn't belong to them. The cycle comes and goes. Learning something new is not only a shortcut to improve one's life, but also to make one's meaningful, and their presence could make the simplest form of change.  I was once asked about the skills I have other than teaching. I confidently responded to them that I have enough skills in writing, photography, and cooking. While doing my responsibilities in the class, I value the three areas will be beneficial for me in professionalism. I have unlimited resources to access them if one day, I could only choose one area to support me for a living.  As an individual who has to make a move every day, I see learning as a potential way that brings us to become more selfless. We can learn new things every day as long as we have the courage and willingness to be a beginner. A beginner carries honesty since they have

The Fall and The Rise, The Sorrow and The Courage

 Dear my love, Kelvin, please accept my deep condolence on the loss of your beloved sister and beloved grandma this year.  We never been taught how to understand the loss of our loved ones: father, sister, and granny. The grief can be particularly intense. It is accepted as natural part of life with shock, confusion, and also sadness. Grieving becomes significant to welcome those feelings and to continue to embrace the time we had with our loved ones.  I genuinely appreciate your personal willingness to share what you feel. Let's go hand in hand with this wide range of emotions. This sad news can be the most uneasy challenge we face. It also can be the remembrance to honor them. I am thinking about you who are experiencing restlessness, tightness in the chest, and breathlessness.  We don't miss our father, our sister, and our granny. It's not a goodbye for they always stay here, with us in our hearts with love and peace. We will continue the bond we had with our loved ones