Langsung ke konten utama

Dialog di Sebuah Kesempatan

T.S. ELIOT

ada rambut kering
seolah enggan menarik dirinya bersenang-senang



jangan katakan apa pun sayang!
tutuplah dulu jendela di sebelah sana

kita tidak akan mengingat angin berwajah mulus
nongkrong manis di sebuah terminal bus
yang masih kehilangan sopir-sopir beridentitas.

disebabkan pikiran
makanya perjalanan ditanggalkan
sebelum lampu merah resmi
mempercepat tabrakan-tabrakan
yang melarikan diri ke rumah sakit

begini,
sebenarnya ada sebuah laporan mengatakan
perjalanan yang kita lewati kali ini
tidak sepenuhnya membutuhkan sepasang tiket yang belum sempat
dirobek ujungnya oleh seorang petugas
yang bertanggung jawab
mengatur penumpang
yang berdiri, berpelukan, dan berkeringat

"kereta sedang bejalan"

kita perhatikan
di luar jendela
barangkali cuma embun
wajahnya mirip sekali
dengan seorang wanita
yang membagikan tissue toilet
kepada siapa saja
yang ingin melepaskan beban di perut

ia yakin
dari sanalah kerelaan muncul
terekam sebagai salah satu pemikiran
yang mesti ditulis seperti ingatan

yang mesti berhati-hati kepada hati
yang tak bisa pecah
dan tak bisa dihentikan dari proses pembekuan
adalah kita yang tak punya cukup lilin
untuk menyala lebih lama

"di dekatmu sayang
hanya sebuah jendela
yang menutup dirinya lebih jauh
ketimbang sebuah perjalanan
cuma-cuma"

kita tak akan menemukan
rahasia lain yang tergantung lama
di antara tiang lampu jalanan
kasih sayang tak akan pernah
tinggal di bawah cahaya

mereka itu
juga pernah percaya pada cinta,
kekasih wanita
yang sangat rajin meyisir rambut
malam hari
bahkan ketika ikan dan kerang
tertangkap di antara jeram dan muara

sekedar bergurau sayang,
maka tutuplah jendela dan mata kita
kelak yang didapati nanti
adalah kekasih-kekasih wanita lain
sebagai simbol kesuburan
dan ideologi kecintaan

2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Terjemahan William Wordsworth - I Wandered Lonely as a Cloud

Hari ini, saya mencoba lagi menerjemahkan sebuah sajak berjudul I Wandered Lonely as a Cloud yang ditulis oleh William Wordsworth. Selamat membaca kawan! Semoga apa yang kita baca hari ini, membuat kita merasa penuh dan bahagia.  *** Umpama Segumpal Awan Aku Berkelana Aku berkelana umpama segumpal awan Yang melayang di ketinggian melampaui lembah dan bukit, Ketika tak sengaja kudapati sejauh mata memandang, Sehamparan bunga-bunga daffodil; Di dekat danau, di bawah rimbun pepohonan, Bunga-bunga daffodil melambai dan menari dikibaskan angin. Tak henti-hentinya laksana bintang-gemintang yang berkilatan Dan mengerjap di keluasan bima sakti, Bintang-gemintang itu, meregang dalam lintasan tanpa batas Di sepanjang tepian danau yang luas: Sekilas kusaksikan berpuluh ribu, Bunga-bunga daffodil saling beradu lewat tarian yang begitu lincah. Ombak di sebelahnya menggulung dan pecah; namun bunga-bunga daffodil Menghempaskan kilauan ombak itu dalam sukacita: Seorang penyair menjumpai dirinya te...

To Our 2nd Anniversary

The night has fall, curled around, and settled In silence and peace, the moon flickered courageously and stars blinked naughty It was a rectangled room with a hanging rattan bulb where the cold took hold A wave of joyful energy gathered and helped me chanted, "this day came, we're filled with love and pleasure." We have shared sunrises and sunsets Conquering all fears, expressing the passage of time, enduring love, and tumbling in joy. I dove beneath the quilt Drifted into dreams  "Before two, I was one celebrating the innocence, the unsolved questions about why I was one, not two.  I was a foreigner, wandered with a self-made map In the North I would see the frosting winter, magical skies with ribbons of light In the East, I would see new days filled with promise, flashing out warm greetings In the South, days stretch long, bread freshly baked, and conversations about clumsy feet strolling through the field never ends In the West, trees trembled the rustling leaves....

The Complexity

Last two days wasn't simple. I entered my bedroom and started to complain, "Why there's no one seemed to understand and listen to me? All of us has two ears but one mouth seemed louder and enough to create deafening sound that forced everything to lend their ears with no willingness."  I slammed the door. I threw my bag to the floor. I punched the wall that if they could talk, they would shout at me to stop. I kept punching the wall several times to mute the fire of the anger that burned my heart and head. The way I punched the wall was enough to break the bones of my hands into pieces. I might not show people that I was furious. I would just hide it till I found my safest place, I would resume to lose my sanity.  My chest was aching. My hand was numb. I found out that being destructive, would create a bigger pain than the anger did. That's when I gained the logical thinking back, I commenced holding the horse.  I moved backwards. I landed my feet on the bed and l...