Ah, dalam liang matamu, musim sudah berubah menjadi nafsu
dalam perburuan yang sengit tentang hutan. Orang-orang berkuda dan mengibaskan
cambuk untuk berlari cepat. Aku menemukan tanah-tanah yang terapal oleh jejak,
tapi bukan untuk mengingat kemana arahmu. Di hutan, pohon-pohon itu nyinyir
dengan senyuman kekal kita yang lekat pada daun. Aku mengenakan rok warna
hijau, lalu kutempeli gambar manis wajahmu.
Nafas ini bau sungsang dan akan lenyap bersama kobar api yang
tertembus oleh panah. Memburu memang tak pernah disepakati untuk dilarang di
tanah ini. Maka aku pula menyimpulkan bahwa menemukan jalan yang lurus untuk
mencapai pangkal kaki dan igamu adalah semacam misi, sebuah nasihat yang
diturunkan oleh nenek moyang kepada cucunya.
Namun alangkah pedihnya matahari ini merobek lengan dan
kulitku. Suara lengking ini tak akan mungkin sampai pada dewa yang meredam
perih. Barangkali aku akan bicara pada lading yang kian tumbuh dalam leher. Lading
yang tak pernah dimandikan oleh perburuan akan terlihat polos dan tumpul
katamu.
Lantas aku mesti bergerak ke bawah pohon untuk mengumpulkan
tetes darah, menampungnya di wadah yang kering, lalu diusapkan ke ujung yang
belum terasah tajam? Ah ladingku.
2014
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin