Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2010

Jurnal Lesbi Kali Ini

dan merinding di sekujur tubuhmu, rendamlah agar timbul bola-bola sabun yang licin. jalan yang tak lelah dan terjal di sini tak hentinya mengaku tak ingin kalah. pasukan-pasukan cuaca tak henti mengirimkan wabah yang keji. sampul buku diari yang hilang judulnya, dan kaca stroberi di rumah-rumah kota, berlamburan. dan terlempar. kamu tidah sedang bercanda dan tidak pula memainkan api pada kompor gas elpiji. kamu tidak sedang mencuci piring-piring nasi yang mengerakkan lemak daging dengan keras. ayolah Enigma, kamu sudah cukup manis untuk dicicipi. buahbuah tangan dan pijakan kaki yang kusam bukankah telah kamu siram dan kamu poles dengan masker bengkoang. Supaya mulus dan putih. putih pada kuku, putih yang selalu ingin tumbuh di tubuhku. sampai ketika burung-burung onta terbang lindap di gedung teater itu, kita masih sempat menyaksikan kemolekan sisa cahaya matahari yang tiba-tiba memerahkan pipimu. Enigma, wanita mana yang tak ingin menyediakan hatinya yang terus-menerus merasa

After All

dari api dan matamu yang menyala, apakah langit di atas seribu kepala yang terbenam itu akan runtuh di pelukanmu. begitu kamu mengetatkan isi rongga dan jalur napas di kerongkongan, cahaya mustahil masuk berkaca di simpulan darah. dan kata yang bersembunyi masuk di pembuluhmu akan tetap menjadi kuli bangunan roboh dan arsitek jalanan yang ingin bersama-sama membikin jalan tanpa ada sisa-sisa kelengangan. demi kamu, apalagi yang akan dipersembahkan sebagai upeti bayaran hidup dan mati bagi penulis deritanya sendiri? apakah pasir yang dimainkan seorang bapak di jempol kaki untuk anaknya di sore tadi? apakah kerajaan pasir yang lembab dan berbau lumut itu tak akan tergerus bersama ombak yang kabur dari peluhmu? bertanya dan menanyakan kehidupan rumpun sembilan puluh sembilan bunga mawar di pot kembang, serupa membicarakan kegilaan yang tak pasti. kamu duduk, memainkan gitar berdawai sembilan. lubang hidung yang ada di wajahmu kamu sumbat menjadi terowongan buntu, kedap cahaya, kedap l

Pendekar

kekuatan yang tumbuh dari kelopak mawar kekuatan yang tumbuh menjadi matang kekuatan yang berselang sesudah waktu siang kekuatan matahari naik sepenggalah kekuatan di banjir air kekuatan yang belum berakhir kekuatan , tanpa waktu kekuatan yang mendengar segala lemah dari pusar kepala kekuatan , di lingkar kaki kekuatan yang mengendap di dalam guci-guci padi kekuatan itu ingin memakan segala pedih kekuatan yang berdiri di atas ziarah makam cinta kekuatan yang menyalib bau anyir peperangan kekuatan yang mengabulkan segala nubuat pinta di atas mataruncingnya kekuatan, pada para penguat kekuatan kekuatan itu dijeritkan -- sekayu, '10

Sembarangan!

tersebab Gie* ada yang bertanya bagaimana bibir wanita dan gadis yang tipis ada yang bertanya seperti apakah warna gincu wanita dan gadis ada yang bertanya kepada siapa wanita dan gadis melumatkan bibirnya yang sekian kali pernah habis manis ada yang bertanya . . . lalu kujawab saja, bibir wanita dan gadis itu berlipatan dua. di tengahnya ada patahan yang meliuk, yang kenyal dan empuk. di bibirnya, wanita dan gadis suka memakai gincu yang berwarna. entah merah, entah putih, entah hitam. wanita dan gadis juga cepat bosan. habis yang merah, mau yang putih. habis yang putih, mau yang hitam. habis yang hitam, lalu hilang. wanita dan gadis yang memesona sangat ingin melumat dan membekuk bibir teman-temannya, kekasihnya, teman kekasihnya, kekasih teman-temannya. wanita dan gadis akan tertawa, sebab bibirnya yang tak cepat menyerah itu dapat membuat yang lainnya bahagia. *) baca Ganz Pecandukata -- sekayu, 2010  

The Day of Wisdom

        : saturday night di muara kaca jendela yang ingin dimasuki titik-titik air dan riciknya yang gerimis seorang gadis duduk dan lama menatap ke atas ke arah langit yang padam dan pekat. disekanya airmata yang jatuh yang leleh di lubang pipi itu. disapunya dengan tangan yang saat dua jam lalu masih asik bermain dengan pancuran air di atas genting ia tadahkan tangannya yang cekung seperti bentuk doa-doa yang tengadah. ia tersenyum. dilihatnya bayangan yang pucat, yang masih punya kecemasan di tiap waktu yang senantiasa datang saat suntuk. sebab suntuk sehabis mengolah lahan kata yang adakalanya memiliki makna yang mesti dibuahi ditanam, dipupuk, disiram, dan dibiarkan memanjang di pagihari. "apakah aku masih dapat melihat suasana yang masih berkabut seperti saat ini? tiba-tiba aku mulai takut. pada air barangkali aku mengadu dan menangis. di sela waktu setelah cahaya tenggelam untuk beberapa jam, dan besok rasanya begitu singkat." satu tarikan nafas dari

Tersebab Hellen Keller

Bersisi 2 buah sajak yang ditujukan pada Hellen Keller, oleh Ganz Pecandukata Sajak di Jalan Braille: Menuju Mata dan Telingamu -1- tersebab memoar Hellen Keller bunga-bunga lili liar menaruh sejumlah bentuk perasaan yang tumpah ketika engkau bermain dengan bahasa-bahasa eja pada jemari ke pemahaman bibirmu lalu di antara semi pohon mimosa ada pikiran-pikiran tak terucap, jatuh bersama dengan bunga-bunga keringnya dekat pagar rumahmu dan hidung cabang-cabang basah mencium patahan aksara mimpi-mimpimu melalui tebal kambium waktu; kukira engkau benar bagaimana mengarahkan jendela-usia menafsirkannya dengan cara hati-jemarimu, lantas mengatakan kepada arakan anginlembah yang mengubah gerak awan merah jambu ke atas pohon ek raksasa dan linden sehingga engkau dapati nyanyian pipit mengirimkan pengharapan atas keindahan merangkum segalanya di penghabisan februarimu : jika kita pernah melihat, maka “hari itu serta apa yang ditunjukkannya adalah milik kita”*

Sajak Ganz Pecandukata di Hari Ulangtahunnya yang ke-21

dalam sajak ini terdapat 21 pasal yang menandakan usianya saat ini. mulai pada pasal 0 sebagai awal kelahirannya dari rahim Sang Ibu. kemudian disusul pasal 1 hingga seterusnya. tertanda 100989 PASAL 0 bangunan lama rupanya telah mendirikan sesuatu di hari minggu legi pagi sewaktu air ketuban melulur dari rahim ibumu menuju tangismu. sesuatu itu menubuatkan tentang nasihat “kelahiran adalah ibuketiadaan.” PASAL 1 maka terkuaklah bangunan lama mengapa ia ada dan mencipta riwayat di balik nama kanakmu. ketahuilah, ia hanya terjadi karena pintu yang terbuka setelah airmata mengetuk perlahan. PASAL 2 ada nyanyian ninabobo, sayup semakin kecil dan kecil datang lewat puting susu eyangmu. nyanyian itu menanggalkan sangkakala dari malaikat yang mencoba menyerahkannya kepada ibumu. PASAL 3 apakah sakit yang kau kandung bermula setelah bapakmu menghamili perasaan tentang neraka. bahwa surga tak ada di atas sana….tak ada di pikiranmu, namun ada di perasaanmu yang sewakt

Sentir Dolor, Luci

Sentir Dolor, Luci* Luci, dengan wanita yang membawakan sekeranjang pakaian basahmu, aku diam-diam menyelinap dan berselimut di bawah tetesan rembesan air sungai itu. Aku melihat seolah cermin di tanganku terbelah dua, memisahkan wajah kemarahanmu, antara emosi dan kejengkelan yang kadang ingin terus melumatku sampai habis. Luci, aku memanggil namamu yang berdentum melimpahkan gigil sekaligus keringat yang menakutkan. Membuatku kerdil lalu jatuh di pinggiran tanah landai. Sampai tiba-tiba aku berpikir bahwa kamu telah melepaskanku dari segenap cinta yang dulu masih tampak bundar dan melingkar. Luci, jelas aku merasa sakit, timbunan kekesalan dan ketidakberdayaan yang dulu menjadi sekadar teori kini benar-benar terjadi. Dan kelenyapan atas kamu telah menjadi ketiadaan yang sebentar lagi mengabadi dalam kesendirianku Luci, kamu mesti memelukku malam ini. Sebab angin dan bulan akan bersatu menikam kepala dan leherku yang dulu pernah merendah di atas pinggulmu. Sebab angin dan bul

Kubur

di baris-baris kematian dan ketiadaan kami mengubur tubuh di ladang-ladang gandum yang dipenuhi bubuk-bubuk racun darah kami mengalir dan bergerak cepat begitu saja kami menumpulkan barang dan biji yang kadang bersemi tepat pada waktunya. berbuah dan berdaging seolaah waktu itu kami senantiasa akan kenyang tanpa takut merasa mati dan kelaparan tiba di waktu hujan yang telah hilang kami ikut merasa hilang dan terbungkuk mengerang. mengerami tetesan airmata yang lama-lama akan menjadi butiran hujan palsu di tubuh kami rambut dipanen, kulit dibajak dan dibakar dihunus sampai ke tulang-tulang hingga suatu hari ada seseorang setengah lelaki dan setengah baya sambil tersenyum ditikamlah kami sampai meraung sejadijadinya kami pun kemudian ingat bahwa kubur kami yang dulu pernah memberikan pesan yang begitu panjang dan penuh kelemahan andai kami saat ini masih menjadi suatu O yang berdengung dan meraung dengan kejam merakit rasa mati di tubuh kami mengubur rasa

Traditions

Tradition includes a number of related ideas: Beliefs or customs taught by one generation to the next, often orally. For example, we can speak of the tradition of sending birth announcements, and family traditions at Christmas . Beliefs, customs and practices maintained by social interaction, such as saying "thank you", sending birth announcements, greeting cards, etc. Beliefs, customs and practices maintained by societies and governments, such as Federal holidays in the United States . Beliefs, customs and practices maintained by religious denominations and church bodies that share history, customs, culture, and, to some extent, body of teachings. For example, one can speak of Islam 's Sufi tradition or Christianity's Lutheran tradition. Beliefs, customs and practices that are Prehistoric or have lost/ arcane origins, such as trade , the teaching of language and education in general. Traditions serve to preserve a wide range of culturally

Theatre

Theatre (or theater , see spelling differences ) is a branch of the performing arts . While any performance may be considered theatre, as a performing art, it focuses almost exclusively on live performers creating a self-contained drama. [ 1 ] A performance qualifies as dramatic by creating a representational illusion. [ 2 ] By this broad definition, theatre had existed since the dawn of man, as a result of the human tendency for storytelling . Since its inception, theatre has come to take on many forms, utilizing speech, gesture, music, dance, and spectacle, combining the other performing arts, often as well as the visual arts , into a single artistic form. The word derives from the Ancient Greek theatron ( θέατρον ) meaning "the seeing place." [ 3 ] next pages find in http://en.wikipedia.org/wiki/Theatre

Praying

Prayer is a form of religious practice that seeks to activate a volitional connection to a god , deity or spirit , through deliberate practice. Prayer may be either individual or communal and take place in public or in private. It may involve the use of words or song. When language is used, prayer may take the form of a hymn, incantation, formal creedal statement, or a spontaneous utterance in the praying person. There are different forms of prayer such as petitionary prayer, prayers of supplication, thanksgiving, and worship /praise. Prayer may be directed towards a deity , spirit, deceased person, or lofty idea, for the purpose of worshiping, requesting guidance , requesting assistance, confessing sins or to express one's thoughts and emotions. Thus, people pray for many reasons such as personal benefit or for the sake of others. Most major religions involve prayer in one way or another. Some ritualize the act of prayer, requiring a strict sequence of actions

Ningsih

Aku pergi Suara-suara musik di karavan Tengah meninggalkan kota Sebelum pagi menjadi puisi Dan matahari masih cantik jelita Aku pergi Dengan sekantung benang-benang kabel Yang dililitkan di pinggang gitar tua Agar menjadi bunyi Yang tak sekadar mendengar bunyinya sendiri Aku pergi Meski ketiadaan telah banyak melahirkan Nama-nama penulis cerita sejarah Raja dan ratu hidup di istana Kakek dan cucunya kehabisan roti Pedagang berteriak dengan seikat kain wol di tenggorokannya Gadis kecil yang bermain-main dengan gambar bapak ibunya Yang di tanah kubur Mereka hidup. Saling berpegangan tangan Menatap masing-masing alat kelamin mereka Apakah masih dapat menuturkan cerita Seperti ketika dulu mereka masih bersama-sama berbicara dengan anaknya Aku pergi Sebab suara surau di waktu mendung itu Mendatangkan banjir kiriman di kelopak mataku Tubuhku hanyut. Kamu tidak ada Kamu keluar rumah tiba-tiba Kamu jebol pintu kecil yang meloloskan tikus-tikus angin Kamu curi gau

Kissing

konon adam dan hawa pernah melakukan hal semacam ini -- palembang '10

Landscape Wanita

wanita wajahmu wajahku beradu menjadi mata menemu kau aku -- palembang '10  

Se-ngi-lu

sampai terakhir kali aku memutuskan untuk menikmati kesendirian lebih dalam lagi mengagumi bagaimana deru di tangan menjadi abu mengagumi bagaimana lagu di pantai menjadi landai kemudian menerjang matamu mataku yang lama dibiarkan telanjang

Heaven

dalam komposisi dan larik puisi sesudah kematian itu, hujan terbakar dalam mimpi -- palembang '10

Cavatina

di remuk muka angin pipa-pipa bergetar salah satu yang masih kosong berbicara dengan harapan yang masih pelan keinginannya untuk dijadikan tiang lampu jalanan -- palembang '10

Little Sixteen

Siapa saja hari ini Di dalam jala yang memukat asin Menjadi lebih panjang tangisannya Mengadu ke dadamu Agar dihangatkan. Matahari di kepala Dan pelangi yang turun tiba-tiba Melangkahi bayangan yang sedang bermain Dengan kecapi dan butiran senja di laut Semakin menguning memadatkan Isi perutnya. Lalu siapa lagi yang akan merasa kedinginan Mengenakan selimut berlubang Mata yang berkubang menjadi airmata? -- palembang ’10

Dawning (Yoake)

Membawa kenangan menjadi nasib Hai, kamu dengar suara itu beriak darimana? Dalam kalbu masing-masing bunga yang akan runtuh Angin akan membawanya menjadi lagu -- palembang '10