Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2021

Terjemahan Haiku (I)

Saya mencoba menerjemahkan Haiku. Jujur saja, sangat sulit bagi saya untuk betul-betul mengikuti aturan 5-7-5 juga penanda musim. Akhirnya setelah mencoba mencari beberapa referensi terjemahan Haiku berbahasa Indonesia, tidak sedikit yang 'bandel' menerjemahkan di luar aturan 5-7-5 karena kekayaan masing-masing bahasa. Semoga terjemahan ini mampu menggoda kita untuk melihat lebih banyak kekayaan dalam karya sastra klasik. Selamat membaca, kawan! *** Bumi pun berembun di tiap tetes yang tumpah penanda ingar-bingar -Kobayashi Issa- *** Pandangan dikaburkan kabut aku tidak berdaya  berjalan susah payah -Matsuo Basho- *** Di Bumi kita bermukim berkeliaran di puncak neraka memandangi bunga-bunga -Kobayashi Issa- *** Dilumat bayangan peluang meloloskan diri menerobos matahari luput -Arakida Moritake- *** Membangun, merubuhkan, membangun, merubuhkan ulang, pada akhirnya bunga poppy mengembang -Tachibana Genjiro- *** Di bawah tinju hujan yang menderau sepuluh tunas menyembul -Yosa Buso

Merayakan Menulis

Let's write more and more. Menulis, meski merupakan cara untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran saya secara pasif, mampu membantu saya untuk menimbang-nimbang banyak hal, terlepas dari baik maupun buruk. Saya paham dan sadar tidak semua orang bisa menerima tulisan saya, tidak apa-apa. Setiap orang punya hak yang sama untuk menerima dan menolak. Tapi setidaknya, melalui penerimaan dan penolakan itu, saya mau membangun komunikasi (and for God's sake, komunikasi itu ga mudah, harus betul-betul dilatih). Memang ada ketakutan dalam diri saya, kalau-kalau ditolak, saya harus apa. Alih-alih berpusing dan berkutat dengan hal-hal yang membuat saya tidak bersemangat, lebih baik energinya saya alokasikan untuk hal-hal yang membuat saya bisa berkembang. Memang ada yang harus dibayar, selain uang, pasti akan ada waktu, pikiran, tenaga, tanggung jawab, juga komitmen, dan sikap menerima (tentu bukan untuk menyenangkan orang semata) yang dikucurkan.  Tabik!

Puisi Terjemahan William Wordsworth - I Wandered Lonely as a Cloud

Hari ini, saya mencoba lagi menerjemahkan sebuah sajak berjudul I Wandered Lonely as a Cloud yang ditulis oleh William Wordsworth. Selamat membaca kawan! Semoga apa yang kita baca hari ini, membuat kita merasa penuh dan bahagia.  *** Umpama Segumpal Awan Aku Berkelana Aku berkelana umpama segumpal awan Yang melayang di ketinggian melampaui lembah dan bukit, Ketika tak sengaja kudapati sejauh mata memandang, Sehamparan bunga-bunga daffodil; Di dekat danau, di bawah rimbun pepohonan, Bunga-bunga daffodil melambai dan menari dikibaskan angin. Tak henti-hentinya laksana bintang-gemintang yang berkilatan Dan mengerjap di keluasan bima sakti, Bintang-gemintang itu, meregang dalam lintasan tanpa batas Di sepanjang tepian danau yang luas: Sekilas kusaksikan berpuluh ribu, Bunga-bunga daffodil saling beradu lewat tarian yang begitu lincah. Ombak di sebelahnya menggulung dan pecah; namun bunga-bunga daffodil Menghempaskan kilauan ombak itu dalam sukacita: Seorang penyair menjumpai dirinya tercer

Puisi Terjemahan Rumi - When I Die

Saya mencoba menerjemahkan sajak yang ditulis oleh Rumi berjudul ' When I Die '. Selamat membaca, kawan! *** Ketika Maut Menjemputku Ketika maut menjemputku ketika peti jenazahku disiapkan jangan kau kira aku merindukan kehidupan dunia jangan menitikkan air mata jangan sesekali meratapi atau berduka cita aku tidak sedang terjerembab ke dalam neraka para iblis tatkala kau saksikan jasadku dipikul berhentilah menangisi kepergianku aku tidak pergi sebaliknya aku sedang berada di sisi Sang Maha Penyayang bila kau beringsut  dari peristirahatan terakhirku jangan ucapkan selamat tinggal ingatlah bahwa pusara sejatinya hanya sebuah tirai yang menyembunyikan firdaus di belakangnya kau hanya akan menyaksikanku terbujur di liang lahad kini lihatlah kebangkitanku bagaimana mungkin yang kau saksikan menjadi sebuah akhir tatkala matahari tenggelam atau bulan terbenam yang terekam di matamu tampak seperti akhir juga seperti senja namun sebaliknya, yang kau saksikan adalah fajar saat maut men

Tahun Terbaik, Saat Ini

Percakapan pertama pagi ini kumulai dengan diriku sendiri. Meski masih terbaring di tempat tidur dan mata masih mengantuk, aku bangkit dengan sedikit tersungut-sungut, sambil bicara dalam hati, "Yuk kita renang lagi. Airnya memang dingin. Gerakan dan jarak lintasannya melelahkan. Tapi itu akan membuatmu tumbuh kuat dan sehat." ... Setelah pulang, dan melihat-lihat sayuran segar, timbul niatan untuk membeli beberapa. Tapi akhirnya tertahan karena besok Senin dan Selasa aku berangkat kerja lebih pagi. Jadi sayang kalau sayuran yang segar, tersimpan beberapa hari di kulkas, dan baru dimasak setelah jam pulang kerja. Lalu kuputuskan untuk berbelanja nanti di hari Rabu pagi, sebelum berenang.  ... Perut lapar dan jam untuk sarapan sudah lewat. Bingung mau masak apa. Buka kulkas, ternyata masih banyak sekali kue dan biskuit untuk teman minum teh. Akhirnya kupotong beberapa, dilanjutkan dengan menyeduh teh bunga telang hangat. Aku membeli cawan dan teko lucu untuk ngeteh. Lumayan fa

CARMEN

Kepada Carmen* Musim kawin hampir habis Dan kau masih saja berusaha meloloskan diri Diam-diam kau panjati pembatas bambu di batas terakhir hutan Gunung yang sunyi juga jangkrik yang berisik serupa permainan yang terdengar akrab di sepanjang hari Musim kawin membulat di matamu Anak gadis yang menceburkan kakinya di kali yang mengalir  tengah memikul rumputan berdaun tajam Hewan-hewan malam lapar yang melintasinya dengan tidar sabar, tersabet dan mengerang *Carmen adalah kucing pertama saya sejak kuliah. Sayangnya terlambat di-steril, jadi ketika musim kawin datang, Carmen selalu mencari celah untuk melarikan diri. Ketika saya pulang ke rumah, saya titipkan Carmen pada seorang teman. Ternyata itu perjumpaan terakhir saya dengan Carmen. Saat teman saya sedang tidur, Carmen berhasil lari melalui celah jendela yang terbuka. Sedih!

Perbincangan Singkat Pukul Dua Belas Siang

Kepada Mike Semesta adalah keajaiban yang dibangun dalam kepala seorang bocah Ia bayangkan betapa bumi bulat dan terang Ia bergejolak, dan bangkit meraih pembicaraan pada kekasihnya yang terlanjur dewasa Ia mengatakan matahari adalah bintang Yang terukur panas saat siang Lalu petang, ketika turun, matahari meredup  merelakan bintang-bintang yang mengerjap sesekali, bertebaran Langit adalah sebuah padang Kegelapan menjadi rumput Bulan yang kuning menjelma gerakan rumputan yang tipis-tipis dikibas angin Ketenangan menjadi suara alam paling menenangkan Ia tak mampu membayangkan betapa esok masih ada: menjumpai matahari terlampau terik menampar wajahnya Ia bertanya, "Semesta yang misteri kenapa gelap terlihat sangat lapang?" Ia pejamkan mata, ketika tak sengaja gerimis yang tajam menukik di lengkung matanya membikin air mata palsu Ia melihat samar-samar Ia melihat dirinya sendiri tengah tenggelam di antara lembaran gambar-gambar binatang Ia mengenali beberapa saja Binatang-binata

Semesta Baik

Hidup saya jauh dari kata seru. Hari-hari diisi dengan bekerja juga lembur, sesekali olahraga, makan dan minum semaunya, jam tidur tidak pernah teratur, ikut workshop di saat teman-teman saya tidak tertarik ikut,  berteman seperlunya, dan sangat jarang rekreasi. Mungkin bila dibandingkan dengan teman-teman, hidup saya terkesan membosankan. Tapi meski ritmenya jauh dari kata mengesankan, saya mau mengapresiasi hal-hal baik yang sederhana.  Misalnya ketika dihadiahi makanan enak oleh teman, dibawakan makanan enak yang dimasak sendiri, staycation sebentar bersama satu atau dua teman paling dekat, juga dipinjami buku bagus. Hari ini ternyata dipinjami sebelas buku bagus oleh Nyom. Semuanya bergambar. Ya tentu saja, saya sangat gemar membaca buku-buku yang memuat banyak gambar.  Sejak sekolah, bahkan buku-buku yang saya punya, selain buku paket bergambar, saya punya beberapa buku mata pelajaran tertentu berbentuk komik. Selain terasa menyenangkan, saya jadi merasa tidak tertekan ketika memb