"Kita sedang patah hati", katamu
Sambil membuka kaca mobil lebih lebar
Di trotoar seorang pria mengenakan kaos putih
Menggigit ujung rokok yang kusam
Kemudian menghisap kembali asap yang mengepul dari hidungnya
Di sebuah tikungan gang sempit
Sambil memicingkan kedua mata
Ia seolah membutuhkan tempat untuk membayangkan pantai tropis
Aroma khas garam terproyeksi dari pinggul para penari Hula
Namun bebek-bebek plastik terlanjur terapung
Berenang sangat cepat mengejar ketertinggalan
Air tak susut, ombak pun tak surut Berguling hingga ke tepi
Ia memungut pasir, satu persatu bijihnya mengkilap
Di tengah hari yang terik, air matanya kering
Aku bersandar serendah mungkin menyerupai kursi malas yang diam di bawah lampu kamar tidur
Melipat kedua tangan dan menekuk wajah begitu simetris
Hingga menjadi kotak perhiasan
Aku masukkan keyakinan satu persatu
Cincin yang dipesan di taman budaya, tiket menonton gratis selama festival film
Keju dan wine yang bicara dalam bahasa Prancis
Dan kenangan yang nampak terpotong-potong
Umpama itu jantung, yang satu hanya bilik dan yang lainnya adalah serambi
Tempat kita menerima kebenaran yang disiarkan di tivi
Dan membuang kabar burung di tempat yang kotor
"Pria itu penyair sungguhan
atau kepala kuil Wencheng Zhang
Sebab di suatu pagi di pertengahan bulan Agustus
Ketika terbangun ia menjumpai seekor laba-laba menggelayut
Dari jaring yang teranyam vertikal dan turun perlahan tepat di depan matanya"
Dalam sebuah kitab kebaikan, pria itu menulis
"Laba-laba menjelma serangga keberuntungan yang dikirimkan surga
Dulunya pemukiman iblis, hingga datanglah manusia
Penduduk baru yang menyukai halusinasi
Permintaan-permintaan klasik dan lukisan yang terpajang di tembok museum"
Kita sedang patah hati
Dan terpaksa menandatangani kitab kebaikan
yang belum tentu baik
Untuk hidup atau juga kematian
Di akhir namaku dan namamu
Doug Draime membikin a, menulisnya dengan normal
Seketika bom jatuh, orang-orang berteriak
Kita pun berteriak
Pergumulan tak dapat ditunda
Lantas siapa yang dapat dipercaya untuk mejagai kita
Bulat matamu berdarah
Semua menjadi beracun
Begitu pun cinta yang terkendali dan nafsu yang palsu
Sambil membuka kaca mobil lebih lebar
Di trotoar seorang pria mengenakan kaos putih
Menggigit ujung rokok yang kusam
Kemudian menghisap kembali asap yang mengepul dari hidungnya
Di sebuah tikungan gang sempit
Sambil memicingkan kedua mata
Ia seolah membutuhkan tempat untuk membayangkan pantai tropis
Aroma khas garam terproyeksi dari pinggul para penari Hula
Namun bebek-bebek plastik terlanjur terapung
Berenang sangat cepat mengejar ketertinggalan
Air tak susut, ombak pun tak surut Berguling hingga ke tepi
Ia memungut pasir, satu persatu bijihnya mengkilap
Di tengah hari yang terik, air matanya kering
Aku bersandar serendah mungkin menyerupai kursi malas yang diam di bawah lampu kamar tidur
Melipat kedua tangan dan menekuk wajah begitu simetris
Hingga menjadi kotak perhiasan
Aku masukkan keyakinan satu persatu
Cincin yang dipesan di taman budaya, tiket menonton gratis selama festival film
Keju dan wine yang bicara dalam bahasa Prancis
Dan kenangan yang nampak terpotong-potong
Umpama itu jantung, yang satu hanya bilik dan yang lainnya adalah serambi
Tempat kita menerima kebenaran yang disiarkan di tivi
Dan membuang kabar burung di tempat yang kotor
"Pria itu penyair sungguhan
atau kepala kuil Wencheng Zhang
Sebab di suatu pagi di pertengahan bulan Agustus
Ketika terbangun ia menjumpai seekor laba-laba menggelayut
Dari jaring yang teranyam vertikal dan turun perlahan tepat di depan matanya"
Dalam sebuah kitab kebaikan, pria itu menulis
"Laba-laba menjelma serangga keberuntungan yang dikirimkan surga
Dulunya pemukiman iblis, hingga datanglah manusia
Penduduk baru yang menyukai halusinasi
Permintaan-permintaan klasik dan lukisan yang terpajang di tembok museum"
Kita sedang patah hati
Dan terpaksa menandatangani kitab kebaikan
yang belum tentu baik
Untuk hidup atau juga kematian
Di akhir namaku dan namamu
Doug Draime membikin a, menulisnya dengan normal
Seketika bom jatuh, orang-orang berteriak
Kita pun berteriak
Pergumulan tak dapat ditunda
Lantas siapa yang dapat dipercaya untuk mejagai kita
Bulat matamu berdarah
Semua menjadi beracun
Begitu pun cinta yang terkendali dan nafsu yang palsu
-Jakarta, 2019
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin