Langsung ke konten utama

DARI MARITIM YANG TERBUKA




Setelah lima hari kita berhasil menyatukan cerita-cerita tentang nyamuk yang hinggap di kebun sayur, akhirnya kita rampungkan keinginan-keinginan untuk berbelanja puisi pada sebuah swalayan yang berisik dan menyukai monopoli rumahrumah yang singgah dari negeri yang jauh. Beberapa bintang yang pernah dituliskan melalui sebuah kertas pembungkus permen karet bermotif kupu-kupu, kita simpan baik-baik dalam celana panjang yang kehabisan warna. Setiba musim dingin menurunkan salju merah dan sakura yang tumbuh di pinggiran ranting, tombol-tombol televisi terasa begitu sulit dikendalikan. Sederetan menu sulit terbaca, hingga daftar kenapa berjumlah begitu banya ketimbang mengapa.

Kemudian pukulan-pukulan dari ujung sisir dihantamkan ke lengan kita untuk menciptakan suara-suara lebam. Pisau-pisau begitu tumpul ketika channel-channel mengambang di air yang bernama. Sepasang wanita yang memanggang roti dengan selai alis-alis yang cukup untuk digunting, mengaku telah membereskan ikat-ikat rambutnya dengan sebotol sampo yang tumpah dan berserakan.

Kita akan mengatakan praktis adalah cara paling tepat untuk menghancurkan puisi-puisi yang gagal bertahan sembilan bulan. Kandungan dihargai dengan harga cacian dan murah. Hingga kain dan sebuah canting memiliki banyak bensin untuk melesat,

Kepompong dari sudut tangan kita yang menggemgam remoute control
Menyalakan mesin keheranan,
Menjadi peluk ... peluk dan sayang


2011, Jakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Terjemahan William Wordsworth - I Wandered Lonely as a Cloud

Hari ini, saya mencoba lagi menerjemahkan sebuah sajak berjudul I Wandered Lonely as a Cloud yang ditulis oleh William Wordsworth. Selamat membaca kawan! Semoga apa yang kita baca hari ini, membuat kita merasa penuh dan bahagia.  *** Umpama Segumpal Awan Aku Berkelana Aku berkelana umpama segumpal awan Yang melayang di ketinggian melampaui lembah dan bukit, Ketika tak sengaja kudapati sejauh mata memandang, Sehamparan bunga-bunga daffodil; Di dekat danau, di bawah rimbun pepohonan, Bunga-bunga daffodil melambai dan menari dikibaskan angin. Tak henti-hentinya laksana bintang-gemintang yang berkilatan Dan mengerjap di keluasan bima sakti, Bintang-gemintang itu, meregang dalam lintasan tanpa batas Di sepanjang tepian danau yang luas: Sekilas kusaksikan berpuluh ribu, Bunga-bunga daffodil saling beradu lewat tarian yang begitu lincah. Ombak di sebelahnya menggulung dan pecah; namun bunga-bunga daffodil Menghempaskan kilauan ombak itu dalam sukacita: Seorang penyair menjumpai dirinya te...

To Our 2nd Anniversary

The night has fall, curled around, and settled In silence and peace, the moon flickered courageously and stars blinked naughty It was a rectangled room with a hanging rattan bulb where the cold took hold A wave of joyful energy gathered and helped me chanted, "this day came, we're filled with love and pleasure." We have shared sunrises and sunsets Conquering all fears, expressing the passage of time, enduring love, and tumbling in joy. I dove beneath the quilt Drifted into dreams  "Before two, I was one celebrating the innocence, the unsolved questions about why I was one, not two.  I was a foreigner, wandered with a self-made map In the North I would see the frosting winter, magical skies with ribbons of light In the East, I would see new days filled with promise, flashing out warm greetings In the South, days stretch long, bread freshly baked, and conversations about clumsy feet strolling through the field never ends In the West, trees trembled the rustling leaves....

The Complexity

Last two days wasn't simple. I entered my bedroom and started to complain, "Why there's no one seemed to understand and listen to me? All of us has two ears but one mouth seemed louder and enough to create deafening sound that forced everything to lend their ears with no willingness."  I slammed the door. I threw my bag to the floor. I punched the wall that if they could talk, they would shout at me to stop. I kept punching the wall several times to mute the fire of the anger that burned my heart and head. The way I punched the wall was enough to break the bones of my hands into pieces. I might not show people that I was furious. I would just hide it till I found my safest place, I would resume to lose my sanity.  My chest was aching. My hand was numb. I found out that being destructive, would create a bigger pain than the anger did. That's when I gained the logical thinking back, I commenced holding the horse.  I moved backwards. I landed my feet on the bed and l...