Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2011

Pukul Delapan April

S esuatu yang paling sabar adalah ketika kita berjalan sendirian. Melihat burung-burung membuat sarang. Mendengar langit bergemuruh, beramai-ramai memanggil hujan. Jatuh perlahan di tubuh. Kita tak akan berlari dan menepi di bawah teras yang luas. Kita lebih merindukan dingin yang mengerat tulang. Berkali-kali bertalu menggigiti pengupingan kita. Meraibkan suara yang memanggil, menjadikan kita dibesarkan oleh mata: sepasang ruh yang kesepian. Sebelum kita sempat melarikan diri membawa kedua kaki, tanaman kangkung dan teratai yang bernafas lebih lama dari musim tahun depan telah lebih dulu sampai mencegah langkah. Tak ada detak jantung yang ditakuti. Bahkan perpisahan dengan bumi hanya menjadi perumpamaan kelahiran tunggal paling fatal. Sebab kesalahan apa pun sudah tentu bisa dimaafkan kecuali ada yang bersalah dan disakiti. Kereta api pukul empat sore, melaju kencang. Pemandangan hijau yang basah. Awan yang limbung di atas kawah. Serbuan hujan runtuh menyerbu badan. Pend...

ASAS FRUSTASI Ayat 5

Aku lebih suka menggulung lidah kalau berbicara masalah cinta. Pagi-pagi sebelum jam tiga sudah bangun. Merapikan selimut suami yang masih ngopi sama teman kencannya si mimpi. Anak-anak kecil yang melukis wajah mereka dengan kencing. Aku lebih suka mandi dan sabunan agak lama sebelum ke warung menyiapkan materi perkuliahan atau sembari menggosip tentang seorang penyair yang menjual ikan di dalam celana dan sajaknya. Konon fermentasi atau pengawetan dengan butir keringat di tubuhnya lebih aman dan lebih menggemukkan peternak babi yang tengah bisnis jamu MELANGSINGKAN. Aku lebih suka manyun sambil melototi sejumlah iklan televisi yang menampilkan tubuh telanjang lelaki yang banyak ditempeli janda beranak tiga hingga tujuh kali. Sesekali dari bibir mereka, tumbuh sepasang payudara yang begitu merah dan padat. Atau ketika seorang penjual roti dengan selai empedu hati dan usus duabelasjari sengaja mondar-mandir dan kakinya yang masih ingin memanjang satu senti tiap hari, aku lebih suka ...

Di Jalan (PETAK) 1 Kebayoran

Kalau luka pisau tak sembuh dari rasa sakit dan nyeri, coba kau basuh dengan segelas air garam yang dikumurkan dekat gigi geraham yang berlubang. Kalau masih tak sembuh dari rasa iritasi dan gatal, cepat panggil pacarmu agar membawa kijang yang bisa ngebut sampai di rumah mantri atau dukun yang sakti di kota sebelah. Kalau luka itu, belum juga terbakar di dalam jeritan yang sepi, jalanmu yang berdampingan dengan sebuah toko rangkaian bunga yang ditulisi “kami sedang berduka dengan nyanyian” akan penuh besok pagi. Salah satu di antara mereka adalah dirimu sendiri. Diri yang ditinggal sepotong daging dengan ucapan “sampai bertemu lain kali”. 2011

Sakit INGATAN

Bertanyalah selagi belum kambuh Selagi udara masih rindu pada usia Dan sekantung darah di dalamnya Tusuk bagian mana pun yang disuka Selagi pak polisi dan hansip masih menjadi musuh Selagi maling dan perakit peledak yang gelisah di atas hotel Selagi banyak bintang dan kembang rontok di jalan Oi, Selagi kita mencium aroma ikan yang bertelur di bawah tembakau Selagi sampai tak ingin mengatakan selamat tinggal Selagi nanti tak ada saat kita benar-benar ligat Menunggu dan berpeluk Mencapai geliat yang padu. padi pada merunduk Ilmu kita tak akan masuk surga selagi rumah sakit belum resmi tewas Kemudian bebas dari hijrah kubur yang mawas siksa 2011

SAKIT Ingatan

Seorang lelaki datang ke rumah pacarnya dengan teka-teki. Seorang perempuan berlari, ia berteriak sambil melempar sebuah kail pada semangkuk sup kekasihnya yang tinggal separuh. Seekor ikan berenang-renang di wajahnya. Seorang ibu menghitung jumlah bulan yang tidur di kamar suaminya. Seorang anak memukul teman perempuannya yang tak pandai menendang bola ke dadanya sendiri. Sambil menangis, ia pulang mengunci diri. Dibantingnya cermin yang berdiri. Diinjaknya lantai yang baru saja nyenyak tidur sehari. Seorang nenek yang menyaksikan cucunya yang marah itu tertawa geli namun akhirnya ia kalap. Seekor burung bangkai dilepaskan dari tubuh bangkainya yang hamper mati. selepas itu ia lepaskan tulangnya satu persatu, tulang ditubuhnya yang gemelutuk segera diganti. Seekor ular betina bertelur. Lima ekor anak mereka menetas bergantian. Namun di antara mereka yang malu-malu mengaku jadi ibu cuma satu. Lantaran si anak punya sepasang kaki. Lantaran si anak lelaki yang bicara dengan bahasa mesin ...

Di Bawah Langit AMPERA

: ayah bayu Menunggu siapa lagi selain gang dan lorong yang kami umpamakan terus memaki dan berusaha bunuh diri?” Ada banyak perempuan Di jalan panglima yang lebar Tikungan kota dan kawasan kota dekat muara Paling tidak  hidup yang berlayar di bawah Ampera menjadi tempat tinggal paling mencekam  di sepanjang bangun kami Pukul tiga pagi waktu matahari Tak banyak yang lewat Pintu rumah dikunci anak-anak kecil yang mengamuk manja dalam mimpi Meneriaki rumah kami anjing-anjing menggeliat di gerbang pabrik listrik menjadi pucat kerusakan arus terkadang memaksa kami terdampar dan hanyut entah apakah teluk pun mengenal lautnya yang tak pernah kering sebongkah batu yang makin larut menyumbat ususparau kami yang terdengar nyaring namun terpotong-potong A i...  siapa pun yang memutar jalan di depan pagar kami Apakah serumpun istri yang menetaskan telur di lingkar kepalanya  tak kuat sekadar menjadi lindu yang ditunda kehancurannya   Sedang dingin yang masuk percuma ...

Palingkan Mana Saja yang Kita Anggap Sebagai Hal yang Merugikan

-- mama Kalau kau mengerti cara menghitung kapal dan induknya lautan Mari serempak kita melangkah dengan meloncatkan kedua moncong kaki kita lebih jauh Lebih tinggi di atas langit Lebih dalam daripada kematian Kelak, sebelum matahari terbit di Gordon : kota tua yang membuat kata menjadi adil. Kota yang layak menjadikan kata berbicara dari mata ke mata –menuju ke lain arah: arah di mana setumpuk surat menjadi asap- Kalau kau arungi sesisir pantai dan kenangan di pucuk tembakau Seribu wajah pelukis dan lukisannya berdiri di sana -apakah mereka akan bertelur di pundakmu aku tak tahu pasti letak kebenarannya- Kelak, sebelum matahari memagut keraguan di Gordon : rumah di atas bukit yang meninggikan bebatuan menjadi orang-orangan ,  kita akan mengenang ada kelembutan di tiap tusukan mereka yang suka berperang. 2011

Neither Fondness nor Forest

tertanda rasti, pii -- terkadang orang-orang memojokkanku dengan ciuman yang menyebalkan. Nama-nama berikut akan membantumu mengutuk batu menjadi seorang peri. Mengutuk seekor lalat menjadi sorang pelayan yang menyiapkan sarapan pagi. Meniupkan terompet untuk bangun, menyikat kamar mandi, memotong rumput, mencuci pakaian kulit, memandikan kuda jantan, menimba air laut ke dalam sumur, melubangi sungai menjadi daratan, mendengarkan music dan suara seksofon yang seksi, menulis surat iseng, berkaca sambil senyum sendiri, memberi makan ternak, menggiring kereta kuda, memadamkan lahan gambut dan kopi, memangkas bulu kenangan yang tumbuh subur di pipi … Suatu waktu bila tak ada telinga yang benar-benar sanggup mendengar dengan mata terpejam, seorang gadis penyihir manis yang bengkak mata kanannya akan datang padamu. Menyihir bola matamu dengan seikat mantra racun tikus, menggelitiki pengupinganmu agar tak ada tanda perang yang meledak di ujung mesiu. Memberikan isyarat penting untuk ...

Ganjar

-- Ganz Mengenang petuah tak sama dengan ketika kau meneriaki kata-kata dari dalam kertas. Kertas di tangan kirimu yang sampai pada mata, membayangi kenangan saat itu : “aku masih meraba, membayangkan seorang kakek dengan cerutu dan gading kesayangannya sedang bermain-main. Padahal seusia itu, memang wajar waktu membuatku keriput. Tapi kau menolak. Cuma kutukan yang membuatku tua dan mengenal seperti apa nikmatnya tanah. Aku tahu Tuhan itu baik. Bukankah dalam rambutku yang berangka delapan pernah menyimpan gambar-gambar tubuh telanjang? Tujuh puluh tahun sebelum aku berkenalan dengan iblis dan setan, aku masih disebut kanak-kanak. Ibu sangat rajin memandikanku dengan sabun yang kelewat wangi. Bapak juga sering ngomel tak karuan dibuatnya.” Seorang kakek, dari tubuh itu meluap keramahan yang hidup. Pelukan dadanya selalu bidang. Seorang kakek, apakah kau marah kalau aku tumbuh dan tua, apakah kau akan mecubit pipiku bila besok menemukanku mencintai bunga yang merah? --Gie : Oh...