di atas perapian, ku bungkam denyut kota dari segala jalan, hilir menujumu ku hentikan. bukit-bukit memanjang, menunggu,abu, dan asap yang gelombang.
(ah, sayang! Aku hanya bisa memahami dari bayang belakang yang tertahan di ujung badan, dan tak sempat masuk ke jari-jari untuk disimpan lekat-lekat sampai uasang).
Kau yang kian menggetarkanku sampai ke kulitkulit yak peka rangsang, di situ kusampaikan telah ku potong baris-baris bukit panjang, denyut dari segala kota yang lengang. Melalui itu, aku cukup mengenangmu, tanpa perlu memeras rambutku yang tergerai setelah sesaat kujadikan jembatan seberang. Dan kau pun tak sungkan berjalan dengan kaki setengah pincang.
Ada deretan bekas bukit belum ditebang yang terus mengikuti ke mana saja aku membuang tapak kaki, lalu telanjang tanpa benang, tanpa kandang. Barangkali mereka tahu aku tak berlaku demikian saat metahari pada siang dan bulan mendatangi petang.
Berkali-kali tetap sama. Bukit menyiksaku dengan tebang! tebang! katanya padaku agar sepertimu menghilang.
September, 2009
(ah, sayang! Aku hanya bisa memahami dari bayang belakang yang tertahan di ujung badan, dan tak sempat masuk ke jari-jari untuk disimpan lekat-lekat sampai uasang).
Kau yang kian menggetarkanku sampai ke kulitkulit yak peka rangsang, di situ kusampaikan telah ku potong baris-baris bukit panjang, denyut dari segala kota yang lengang. Melalui itu, aku cukup mengenangmu, tanpa perlu memeras rambutku yang tergerai setelah sesaat kujadikan jembatan seberang. Dan kau pun tak sungkan berjalan dengan kaki setengah pincang.
Ada deretan bekas bukit belum ditebang yang terus mengikuti ke mana saja aku membuang tapak kaki, lalu telanjang tanpa benang, tanpa kandang. Barangkali mereka tahu aku tak berlaku demikian saat metahari pada siang dan bulan mendatangi petang.
Berkali-kali tetap sama. Bukit menyiksaku dengan tebang! tebang! katanya padaku agar sepertimu menghilang.
September, 2009
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin