Duh : berkalikali awan memagutku
Dari kepak sayap yang rontok
Jatuh di binar mata
Setelah sesaat mengernyitkan alis
Bahwa musim ini : musim melati
Tak berbunga lagi
Jalan di kota nampak sepi
Bertahuntahun lengang lalu didih
Bersama api dari percikan matahari
Paras kota agaknya gosong
Dan merembeslah melalui pori pun celah
Menghitamkan segala, menarik daundaun
Patah dari batang pohon yang tak pernah goyah
Musim belum berganti
Kulo pasati tembokan jugo gedek kamar*
Tak ada fotomu menggantung
Hanya retak tua dan sawang membayang
Yang lagilagi jatuh bersama daun
Yang tadi patah dari batang
Duh : hanya kata yang masih sempat mengguyur kota
Turunlah sesuatu dari langit yang hanya diam
Tumbuhlah melati yang tadi padam
Lekatlah daun pada batang
Jangan sampai pada goyah
Karena pada akhirnya
Musim di jalan kota pasti tiba
*ku lihat jalan pun dinding kamar
2009
Dari kepak sayap yang rontok
Jatuh di binar mata
Setelah sesaat mengernyitkan alis
Bahwa musim ini : musim melati
Tak berbunga lagi
Jalan di kota nampak sepi
Bertahuntahun lengang lalu didih
Bersama api dari percikan matahari
Paras kota agaknya gosong
Dan merembeslah melalui pori pun celah
Menghitamkan segala, menarik daundaun
Patah dari batang pohon yang tak pernah goyah
Musim belum berganti
Kulo pasati tembokan jugo gedek kamar*
Tak ada fotomu menggantung
Hanya retak tua dan sawang membayang
Yang lagilagi jatuh bersama daun
Yang tadi patah dari batang
Duh : hanya kata yang masih sempat mengguyur kota
Turunlah sesuatu dari langit yang hanya diam
Tumbuhlah melati yang tadi padam
Lekatlah daun pada batang
Jangan sampai pada goyah
Karena pada akhirnya
Musim di jalan kota pasti tiba
*ku lihat jalan pun dinding kamar
2009
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin