Barangkali kita berkarya: menulis, menggambar, memotret, bekerja, memasak, menjahit, bermain musik, untuk menyenangkan orang lain, dan lupa sebetulnya kita berkarya untuk diri sendiri, kelegaan sendiri, untuk dinikmati sendiri, sebab kita menikmati berkarya. Akan ada waktunya karya-karya itu juga ikut dinikmati oleh orang lain, dan apresiasinya bermacam-macam. Saat kuliah, saya mengikuti pameran foto di kampus bersama teman-teman kelas fotografi. Ketika dipajang, banyak sekali bentuk apresiasi yang saya temui, salah satunya dengan mencorat-coret hasil foto saya. Bohong kalau saya tidak marah. Dalam hati sepanjang hari, saya mengumpat, uring-uringan tidak karuan, bahkan ketika di kelas, saya menjadi tidak fokus belajar. Ingin sekali teriak, "Taik, asu, fuck, merde, kampang!" pada yang merusak karya saya. Saya putuskan untuk mengadu pada senior-senior, setidaknya untuk dibela bahwa karya saya sudah dirusak. Salah seorang senior saya merespon, "Begitulah hasil jepretanmu diapresiasi. Kamu ga bisa mengharapkan bentuk apresiasi setiap orang sama." Very well!
...
Saya mengagumi tulisan-tulisan yang banyak membahas refleksi diri, yang membantu saya berpikir, yang membuat saya memaknai kehidupan setiap hari. Termasuk tulisanmu. Kamu tidak perlu khawatir bila saya sering berkunjung ke laman blog-mu, sebab saya membaca, membandingkan beberapa point yang kamu tulis dengan nilai-nilai yang ada dalam kepala saya, bila saya belum yakin, saya coba untuk membaca lebih banyak sumber lain. Tentu kita tidak akan selamanya sepaham. Tentu saja akan ada perbedaan pandangan, dan itu manusiawi.
Kamu tidak perlu takut pada pandangan orang lain yang berseberangan dengan pemikiranmu. Fokuslah menulis bila itu membuatmu lega. Menulislah karena kamu harus menulis, bukan karena kamu ingin disukai. Menulislah tanpa pernah takut dinilai sebagai seorang medioker, sebab isi tulisanmu mungkin sangat biasa bagi segelintir orang. Menulislah bila itu membuatmu waras dan hidup. Menulislah sebab itu privilese yang tidak semua orang mampu melakukannya. Betapa ruginya bila proses kreatifmu dibatasi oleh pandangan orang lain yang belum tentu sepenuhnya benar. Menulislah tanpa memedulikan umpatan-unpatan klise orang lain, sebab yang harusnya menjadi fokusmu adalah meningkatkan kualitas karyamu. Hidupmu dan karyamu jauh lebih penting dari sekadar menjadi pengumpat, yang menilai tindakan orang lain selalu salah bila berbeda dengan nilai-nilai hidup yang kamu yakini.
Disakiti, adalah salah satu bentuk dari hidup berdampingan dengan orang lain. Hidup tidak melulu mengenai dicintai, atau seberapa pantas kamu dikagumi. Hiduplah karena kamu harus hidup, minimal untuk dirimu sendiri.
...
Saya, tentu saja tidak pernah mengenalmu secara pribadi. Mungkin saja, nanti akan ada kesempatan untuk mengenalmu, tanpa menghakimi apakah kamu pribadi yang menyenangkan atau menjengkelkan. Terlepas dari hal-hal itu, pertemuan adalah tujuan hidup yang menyenangkan, bukan? Manis atau getir, baik atau malapetaka, semuanya bagian dari hidup yang tak bisa kita hindari, kan? Aku menyayangimu, karena kamu hidup, dan hidup adalah karunia, meski rumit. Menulislah, sebab aku sangat gemar membaca secara diam-diam. Berkunjunglah ke kedaiku, kamu boleh membaca apapun yang menurutmu enak dibaca. Berhentikah menghakimi, berehentilah menjadi musuh seolah di antara kita adalah iblis atau malaikat. Berhentilah mengatur ekspektasi orang lain terhadap hidup dan karyamu.
...
Tabik!
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin