Langsung ke konten utama

Grinned From Ear to Ear

Hari ini sama seperti kemarin, hujan deras tanpa henti sampai malam. Saya bertandang ke rumah Omchef, sambil menyiapkan persiapan untuk tes di Rabu dan Kamis siang. Lumayan degdegan, bukan karena persiapan saya kurang matang, melainkan terlalu banyak pikiran aneh yang berloncatan dari kepala. 

Sambil menyusun rencana menu baru, saya dan Omchef terpikir untuk membuka gerai makanan baru secara online. Berbekal konsep PSBB dan harga yang masuk akal, kami mencoba mengukur kelebihan dan kekurangannya. Ternyata tidak gampang dan tidak sulit untuk menentukan konsep seperti apa menu yang akan kami pasarkan, lalu juga mengenai persiapan untuk membeli bahan-bahan mentah yang segar di pasar, serta mencocokkan jadwal antara saya dan Omchef. Sehingga setelah resmi dibuka nanti, hal-hal yang terjadi di luar dugaan dapat diminimalisir.

Ah tadi saat menyiapkan hal-hal untuk tes besok, saya minta Omchef main keyboard. Tidak ada alasan khusus, tapi bukankah akan menjadi sesuatu yang romantis kalau ditemani kekasih sambil memainkan satu atau dua lagu? Anyway, Omchef juga jago nyanyi lho! Cuaca yang dingin tiba-tiba menjadi hangat, meskipun di tengah-tengah lagu, Omchef sempat mengutak-atik kord. 

Lalu dilanjutkan makan malam yang sederhana. Lagi-lagi Omchef yang masak, saya hanya membantu menyiapkan perintilan kecil. Lalu setelah semuanya siap, tiba-tiba ponsel Omchef berdering, tanda pesanan pasta harus segera diterima dan dimasak. Padahal tadi kami sedang lapar berat. Untungnya pesanan yang masuk hanya dua porsi, jadi butuh kurang lebih delapan menit untuk menuntaskannya hingga diserahkan pada pengemudi ojek online. 

Sekitar jam sebelas malam, saya diantar pulang meski sebenernya saya masih pingin mengobrol banyak dengan Omchef. Well, terkadang hal-hal sederhana mengajarkan saya untuk lebih banyak mengapresiasi rasa, waktu, dan tenaga yang dikerahkan Omchef saat bersama saya. J'te remercie mon amour, à demain matin. Que l'univers nous bénisse toujours. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkatnya, Aku Pulang

Kepada K. Aku mencitaimu sepanjang sinar bulan yang membulat sampai ke bumi tanpa dipantulkan ulang cahayanya. Air menggenang di tanah tapi hujan tertampung di kaca jendela. Langit berawan, namun bintang mengerdip, begitu genit berkelindan di balik matamu. Aku ingin mendaki ke atas bulan, memanjatkan hal-hal mustahil sambil memegang erat pergelangan tanganmu. Bawa saja aku, bahkan ketika kau sedang bermimpi, menghidupkan ulang harapan yang terpotong menjadi tersambung, satu-persatu, juga begitu pelan. Di perjalanan yang tidak begitu singkat, kita berkelana, mengarungi banyak kelok, jatuh dan tergelincir, menyasar hingga menemukan petunjuk dengan mengikuti kemana garis tanganmu menyebar. Tatkala garis itu terpotong, kita bergegas dengan menukik ke arah tebing yang masih hijau. Ucapmu, "Udara menjadi segar begitu kita senantiasa bersama." Maka kuikat kedua lenganku di pundakmu. Aku berdoa sejenak, bahwa meski bencana melanda, kita masih bisa berenang dan berpegangan lebih erat ...

Writing As A Love Language

:Vin Elk, Ars Magna, & Lady Loved* Lately, I have enjoyed writing a lot. Writing worked on me the way Dumbledore did while he was in Penseive, so he could experience his memories through other perspectives. He uses it to siphon the excess thoughts from his mind, pour them into the basin, and examine them at leisure. Writing has helped me to untangle my mind, examine what to deliver, communicate the messages verbally and non-verbally, and reflect on how this writing will evoke certain emotions or moods. Writing becomes the mirror that provides insight into who I am, what I desire, what I experience, what I value, and what I am not into. Writing becomes the language that deliberates my inner peace. On another level, writing could answer the quest that dwells in my mind.  I am glad to share what is significant for me right now. Being loved by the right person and people is heaven, and so is being respected, prioritized, supported, desired, and understood. The right person and peop...

The Fall and The Rise, The Sorrow and The Courage

 Dear my love, Kelvin, please accept my deep condolence on the loss of your beloved sister and beloved grandma this year.  We never been taught how to understand the loss of our loved ones: father, sister, and granny. The grief can be particularly intense. It is accepted as natural part of life with shock, confusion, and also sadness. Grieving becomes significant to welcome those feelings and to continue to embrace the time we had with our loved ones.  I genuinely appreciate your personal willingness to share what you feel. Let's go hand in hand with this wide range of emotions. This sad news can be the most uneasy challenge we face. It also can be the remembrance to honor them. I am thinking about you who are experiencing restlessness, tightness in the chest, and breathlessness.  We don't miss our father, our sister, and our granny. It's not a goodbye for they always stay here, with us in our hearts with love and peace. We will continue the bond we had with our love...