Langsung ke konten utama

Fly Me To The Moon

Well it took 2 hours long riding on a motorcycle, dari rumah ke antah berantah. Sekadar menikmati malam lebaran bersama pasangan. Dari dalam hati saya terus-menerus menyanyikan Fly Me To The Moon. Niatnya untuk mencari angin segar, sebab seharian ini kami puas beristirahat.

Bagi sebagian orang, dapat dikatakan ini hari libur. Tidak bagi saya, semalam sekitar pukul 23.00, tugas baru berdatangan di kotak masuk email. Berhubung mata kelewat mengantuk, saya kerjakan di pagi hari setelah berdandan à la Idul Fitri, yakni serba putih. Kebetulan itu warna kesukaan saya.

Ah anw, saya mau cerita. Satu minggu saya melipir ke official online store, berburu dress untuk dipakai pada saat lebaran. Ketika barang sampai, seperti biasa kebiasaan yang saya lakukan adalah mencuci dan menyetrikanya. Kesalahan terbesar saya adalah tidak mencoba memakai dress itu terlebih dahulu.  Berbekal percaya diri yang tinggi, langsung saja disimpan dalam lemari.

Datanglah saat yang ditunggu. Pagi-pagi saat saya pakai, ternyata belahan pinggir di bagian sisi kedua kaki terlalu tinggi. Mungkin dress ini untuk dipakai oleh yang bertubuh tidak terlalu tinggi. Solusinya adalah, saya mau tidak mau mengenakan Palazzo pants. Untungnya berwarna abu kebiruan, jadi cukup bagus untuk dipadupadankan dengan dress putih saya.

Untuk Om Chef, meskipun kita banyak melewati masa-masa sulit yang tidak pernah habis, mudah-mudahan segenap kebaikan semesta memayungi dan memeluk kita dengan mesra. Ti amo, more than koala loves eucalyptus, more than insect-eating birds love Rosella flowers.

Tabik

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Terjemahan William Wordsworth - I Wandered Lonely as a Cloud

Hari ini, saya mencoba lagi menerjemahkan sebuah sajak berjudul I Wandered Lonely as a Cloud yang ditulis oleh William Wordsworth. Selamat membaca kawan! Semoga apa yang kita baca hari ini, membuat kita merasa penuh dan bahagia.  *** Umpama Segumpal Awan Aku Berkelana Aku berkelana umpama segumpal awan Yang melayang di ketinggian melampaui lembah dan bukit, Ketika tak sengaja kudapati sejauh mata memandang, Sehamparan bunga-bunga daffodil; Di dekat danau, di bawah rimbun pepohonan, Bunga-bunga daffodil melambai dan menari dikibaskan angin. Tak henti-hentinya laksana bintang-gemintang yang berkilatan Dan mengerjap di keluasan bima sakti, Bintang-gemintang itu, meregang dalam lintasan tanpa batas Di sepanjang tepian danau yang luas: Sekilas kusaksikan berpuluh ribu, Bunga-bunga daffodil saling beradu lewat tarian yang begitu lincah. Ombak di sebelahnya menggulung dan pecah; namun bunga-bunga daffodil Menghempaskan kilauan ombak itu dalam sukacita: Seorang penyair menjumpai dirinya te...

To Our 2nd Anniversary

The night has fall, curled around, and settled In silence and peace, the moon flickered courageously and stars blinked naughty It was a rectangled room with a hanging rattan bulb where the cold took hold A wave of joyful energy gathered and helped me chanted, "this day came, we're filled with love and pleasure." We have shared sunrises and sunsets Conquering all fears, expressing the passage of time, enduring love, and tumbling in joy. I dove beneath the quilt Drifted into dreams  "Before two, I was one celebrating the innocence, the unsolved questions about why I was one, not two.  I was a foreigner, wandered with a self-made map In the North I would see the frosting winter, magical skies with ribbons of light In the East, I would see new days filled with promise, flashing out warm greetings In the South, days stretch long, bread freshly baked, and conversations about clumsy feet strolling through the field never ends In the West, trees trembled the rustling leaves....

The Complexity

Last two days wasn't simple. I entered my bedroom and started to complain, "Why there's no one seemed to understand and listen to me? All of us has two ears but one mouth seemed louder and enough to create deafening sound that forced everything to lend their ears with no willingness."  I slammed the door. I threw my bag to the floor. I punched the wall that if they could talk, they would shout at me to stop. I kept punching the wall several times to mute the fire of the anger that burned my heart and head. The way I punched the wall was enough to break the bones of my hands into pieces. I might not show people that I was furious. I would just hide it till I found my safest place, I would resume to lose my sanity.  My chest was aching. My hand was numb. I found out that being destructive, would create a bigger pain than the anger did. That's when I gained the logical thinking back, I commenced holding the horse.  I moved backwards. I landed my feet on the bed and l...