Langsung ke konten utama

Ti Amo More Than Koala Loves Eucalyptus

Kemarin, Mas sedang off dan saya seperti biasa melakukan kegiatan di hari ke sekian pada bulan December. Mas memang rutin datang berkunjung. Kalau sudah begini, tiba-tiba saja dalam hati saya spontan menyanyikan lagu "Kemarin paman datang, pamanku dari desa. Dibawakannya rambutan pisang, dan sayur-mayur, segala rupa..."

Saya adalah salah satu anak yang mengikuti tren menyanyikan lagu tersebut, baik di rumah maupun di sekolah. Sekarang nampaknya saya sedikit iseng, bernyanyi dengan mengubah kata paman menjadi Om Chef. Keduanya sama-sama bersuku kata dua.

Mas baru tiba sekitar pukul setengah enam. Seperti biasa, kecerobohan membuat saya lupa satu hal penting hingga membuat Mas menunggu selama hampir setengah jam, ditambah KOHI sedang tutup.

Setelah sampai, saya berlari menaiki anak tangga sambil berharap cemas Mas langsung putar balik dan pulang. Ternyata tidak. Justru dalam situasi yang cukup membuat saya tegang, sayalah yang merasa seolah sedang disambut Mas dengan senyuman sederhana, pelukan, dan kecupan kecil yang mendarat di kening.

Momen seperti ini meskipun tidak saya alami setiap hari, saya tetap mensyukurinya dengan getir dan lapang dada. Sayangnya saya harus kembali lagi bekerja hingga pukul tujuh malam. Jujur ini kali pertama setelah sampai di tujuan, harus segera pergi lagi.

Singkat cerita mencapai pukul tujuh saya pulang dan mendapati Mas sedang tertidur pulas. Akhirnya karena kepikiran Mas barangkali belum isi perut seharian, kami sepakat memutuskan untuk melipir sejenak ke kedai nasi campur. Ternyata enak! Lidah kami dimanjakan oleh perpaduan antara manis, asin, gurih, daging yang super empuk, lapisan kulit yang kenyal serta garing. Dalam hati saya cuma bilang, "Nikmat mana lagi yang didustakan kali ini?"

(to be continued)...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Terjemahan William Wordsworth - I Wandered Lonely as a Cloud

Hari ini, saya mencoba lagi menerjemahkan sebuah sajak berjudul I Wandered Lonely as a Cloud yang ditulis oleh William Wordsworth. Selamat membaca kawan! Semoga apa yang kita baca hari ini, membuat kita merasa penuh dan bahagia.  *** Umpama Segumpal Awan Aku Berkelana Aku berkelana umpama segumpal awan Yang melayang di ketinggian melampaui lembah dan bukit, Ketika tak sengaja kudapati sejauh mata memandang, Sehamparan bunga-bunga daffodil; Di dekat danau, di bawah rimbun pepohonan, Bunga-bunga daffodil melambai dan menari dikibaskan angin. Tak henti-hentinya laksana bintang-gemintang yang berkilatan Dan mengerjap di keluasan bima sakti, Bintang-gemintang itu, meregang dalam lintasan tanpa batas Di sepanjang tepian danau yang luas: Sekilas kusaksikan berpuluh ribu, Bunga-bunga daffodil saling beradu lewat tarian yang begitu lincah. Ombak di sebelahnya menggulung dan pecah; namun bunga-bunga daffodil Menghempaskan kilauan ombak itu dalam sukacita: Seorang penyair menjumpai dirinya te...

To Our 2nd Anniversary

The night has fall, curled around, and settled In silence and peace, the moon flickered courageously and stars blinked naughty It was a rectangled room with a hanging rattan bulb where the cold took hold A wave of joyful energy gathered and helped me chanted, "this day came, we're filled with love and pleasure." We have shared sunrises and sunsets Conquering all fears, expressing the passage of time, enduring love, and tumbling in joy. I dove beneath the quilt Drifted into dreams  "Before two, I was one celebrating the innocence, the unsolved questions about why I was one, not two.  I was a foreigner, wandered with a self-made map In the North I would see the frosting winter, magical skies with ribbons of light In the East, I would see new days filled with promise, flashing out warm greetings In the South, days stretch long, bread freshly baked, and conversations about clumsy feet strolling through the field never ends In the West, trees trembled the rustling leaves....

Dialog pada Diri

Saya percaya bahwa berdialog dengan diri dapat meningkatkan keintiman dengan diri sendiri. Biasanya, saya memulai dengan mempersiapkan satu atau dua pertanyaan, lalu dalam keheningan membiarkan diri sendiri secara luwes menjawabnya satu-persatu. Atau bisa saja bukan jawaban yang diperoleh, melainkan pertanyaan-pertanyaan baru yang lebih rumit dari sebelumnya. Tapi tidak mengapa, yang demikian itu membuat saya belajar untuk paham bahwasanya diri ini, terkadang bertingkah layaknya anak kecil yang ingin tahu banyak hal. Ia akan mengutarakan banyak pertanyaan pada siapa pun. Bukan semata untuk memuaskan keingintahuan, tapi juga untuk menyadari betapa saya tidak mengetahui apa-apa kecuali mulai melatih diri untuk lebih banyak bersukur, mengurangi intensitas mengeluh, tetap fokus dan melakukan yang terbaik pada hari ini, bila terjadi guncangan gunakan momen itu untuk berbenah dan tetap tenang, serta membiasakan diri untuk percaya pada diri sendiri untuk menyembuhkan luka-luka. Prosesnya tent...