Langsung ke konten utama

Postingan

Terus Bangkit

Siapa sih di antara kita yang akan tahan saat sedang cemas? Tapi, apa ya kalau terburu-buru lari dari kecemasan akan membuat masalah teratasi? Bagaimana dengan menikmatinya sejenak alih-alih hanya menggeluti cara cepat menjauhi kecemasan? Semakin bertambah usia, saya cenderung bereaksi cemas ketika hendak menghadapi suatu hal yang baru. Mengapa? Karena itu membuat saya tidak nyaman. Namun ada sisi lain yang barangkali belum terjamah mengenai kecemasan, salah satunya adalah dampak cemas terhadap diri saya. Cemas artinya saya tidak siap dengan perubahan, padahal perubahan tidak selalu berarti negatif. Cemas dapat menjadi indikator bahwa ada yang mesti saya upgrade dari dalam diri saya. Tidak hanya untuk menjawab tuntutan zaman, tapi juga untuk kebaikan diri sendiri, bahwasanya saya saya harus berkembang menjadi lebih baik lagi.  Lalu apa yang saya rasakan atau bagaimana reaksi saya ketika sedang cemas? Ada beberapa hal yang saya rasakan, paling tidak ini cukup membuat saya kewalahan....

Berlayar Kapal Feri Brooklyn

Tulisan ini merupakan sajak Walt Whitman, yang saya terjemahkan dalam Bahasa Indonesia, berjudul  Crossing Brooklyn Ferry.  Selamat membaca ya! Berlayar Kapal Feri Brooklyn 1 Air pasang menggenang di dasar kakiku! Aku melihat kalian berhadap-hadapan! Angin dari Barat -- matahari hampir terbenam -- aku menyaksikan kalian juga berhadap-hadapan! Tuan dan Puan yang mengenakan pakaian sewajarnya, betapa kalian menyita perhatianku! Di atas kapal feri beratus-ratus yang berlayar, yang kembali pulang, membuatku terpegun dari yang kalian bayangkan, Dan kalian yang akan berlayar dari pesisir ke pesisir bertahun-tahun kemudian adalah segalanya bagiku, bagi samadi-samadiku, lebih dari yang kalian perkirakan. 2 Tercukupinya aku secara spiritual dari hal-hal di sekelilingku sepanjang waktu, Kerangka yang sederhana, ringkas, dan tersusun dengan matang, sekali pun diriku tercerai-berai, bahkan siapa pun yang luluh-lanta juga bagian dari kerangka itu, Begitu pun antara yang silam dan yang akan...

Berlayar Kapal Brooklyn

Tulisan ini merupakan sajak Whitman, yang saya terjemahkan dalam Bahasa Indonesia, berjudul Crossing Brooklyn Ferry. Selamat membaca ya! Berlayar Kapal Brooklyn Ia tak mengarungi waktu, tak juga ruang, begitu pun jarak Aku bersama kalian, wahai sekelompok orang yang berlayar, atau bahkan berjumlah lebih banyak lagi dari yang ada di sini, Aku meraba apa yang kalian raba saat memandangi sungai dan langit, Seperti kalian, aku satu di antara kerumunan yang padat itu, Aku terhibur sebagaimana kalian terhibur oleh kedamaian sungai dan linangannya yang mengilap, Meski melaju diiringi arus yang kencang, seperti kalian, aku diam dan bertumpu pada jeruji, Aku menyaksikan sebagaimana kalian menyaksikan barisan tiang layar dan cerobong asap kapal nan tebal. *** Crossing Brooklyn Ferry It avails not, time nor place-- distance avails not, I am with you, you men and women of a generation, or ever so many generations hence, Just as you feel when you look on the river and sky, so I felt, Just as any of...

Unspool the String

 Sebab di sanalah aku kerap menguntit mencuri kutipan-kutipan yang dengan mudah kuingat Sebab akan repot jika mesti kubawa kemana-mana: akan penuh jika dimasukkan ke dalam tas apalagi jika disimpan dalam ponsel, gampang sekali terhapus Makanya aku gemar menguntit  Menjahili setiap posting-an yang kau muat mingguan Tak apa, aku masih sanggup menunggu bahkan jika tersesat saat meng-input kata sandi sebuah email Kalau pun ya, aku tinggal membuat yang baru Semua hal tergantikan, tahukah kau? Bahkan seseorang yang pernah tidur di sebelahmu seseorang yang paling kau rindukan  atau seseorang yang kepadanya  kau kirimkan parsel paling manis di hari ulang tahunnya akan digantikan oleh seseorang yang lain bahkan oleh mesin sekali pun Di bawah kecemasan dan bayang-bayang ketakutan  aku menggarisbawahi caramu bernapas pagi ini sebelum matahari menyambungputuskan yang dekat dan jauh yang gelap dan terang yang dingin dan terik Di taman yang rimbun pohon-pohon tidak sabar meny...

Artisan Pasta

Hari ini saya mau berbagi cerita mengenai kegiatan di dapur. So, selama kurang lebih tiga bulan ini, Omchef merencanakan beberapa hal, salah satunya adalah membuat artisan pasta. Yang pertama dilakukan Omchef adalah membeli spaghetti and fettuccine roller. Sambil menyiapkan racikan saos yang pas melalui berbagai eksperimen yang melelahkan, akhirnya saos yang enak pun jadi. Saat roller itu tiba di rumah pun, saya sebetulnya bersikeras minta dibuatkan sekaligus diajarkan membuat ravioli. Frankly saying, ini merupakan pasta kesukaan saya setelah fettuccine, tagliatelle, dan angel hair. Seperti biasa, sambil mengelus pundak saya, Omchef mencoba meyakinkan saya untuk lebih bersabar selama membuat artisan pasta yang beragam. Saya kira paham maksud dari Omchef untuk fokus mengerjakan satu hal terlebih dahulu. Setelah benar-benar dikuasai, barulah membuat artisan pasta lainnya. Sore tadi, Omchef mengundang saya ke rumah untuk mencicipi angel hair and fettuccine Aglio e Olio (tanpa tambah...

Yang Fana Abadi

: Pak Benny Hoed, Pak Sapardi Seperti daun yang bernapas di ranting Saat sore dan hujan pun telah lewat Sejak bulan Juni, udara terasa berat dan kering Lalu bisakah kita menghirup oksigen yang sama dan membagi karbon dioksidanya pada pohon yang tak pernah mengeluh telah hidup begitu lama mencatat berbagai peristiwa ganjil dengan bijak, penemuan paling mutakhir, uji coba senjata perang, pergolakan ekonomi saat krisis global, pembunuhan seorang aktivis kemanusiaan, penjarahan toko-toko sepanjang '98, demo besar-besaran di Hongkong, impor rempah dari Vietnam dan Thailand ke dunia barat, hingga pandemik yang belum tentu berakhir di akhir tahun ini? 2020, daun-daun yang hijau segar itu mencoba menipu kita Sebab tidak mesti menunggu layu dan menguning Ia pun fana, yang fana abadi Semarang, 2020

H A I

Tiga belas jam yang lalu Kau lewati jalanan sempit itu Hujan yang tipis pun turun Lampu di balkon sedang mati dan anak tangga nampak licin Derit terdengar ngilu ketika kau tarik engsel pintu Kunci yang mulai karatan kau biarkan tergantung di luar kamar Lantas siapa hendak menerobos masuk dan menginjak lantai dengan kaki basah kuyup? Tiktok terdengar nyaring Tapi aku masih ingin memeluk lenganmu Menghembuskan kecemasan yang menguap  Beradu dengan suhu pendingin ruangan Ah ketika kuselimuti tubuhku Hangatnya akan lain Sebab aku tak berbagi sentuhan atau kecupan kecil pada luka di ruas jarimu Mulai kering, kau bilang terkena pisau Dan aku masih ingat saat itu kau terdengar gugup bicara di telpon Menceritakan kejadian di Kitchen "Hai! Sudah tidur rupanya."