Langsung ke konten utama

Postingan

Dapar

di balik angka-angka yang telah selesai kita hitung dengan tidak percuma, Ayah sebenarnya seperti apa bunyi nafas dari akar bilangan berpangkat itu. kau hanya bilang padaku, "bila ibu membeli sebotol tuak di warung yang berjarak lima kilometer, kau hanya perlu menghitung berapa jumlah nol di baris kedua yang harus kau bawa, lalu dengan kuda mana kau akan sampai di sana" Ayah, kau pernah bilang padaku arloji yang ada di tangan kiriku pernah dibuat oleh seorang anak yang setiap saat setelah datang waktu matahari naik sepenggalah, dia hanya mengerti rumus-rumus balok dan deretan-deretan yang begitu sulit untuk dipahami" "tulis angka-angka yang sudah pernah kau coba lupakan di setiap basah nafasmu!" mungkin itulah yang dapat kupelajari dari hari-hari menjadi anakmu anak yang selalu ingin tahu bagaimana menemukan angka-angka baru yang senantiasa lahir dari setiap penambahan tinggi badanku, dari setiap perkalian jarak dan titik pandanganku atau mungkin Ayah mengisyar...

Potret

-- satu potret kita yang menyisakan satu cerita kucing dan muka tirus /1/ dimulai dari sore itu kita memamerkan sepasang mata kucing di depan cermin tua orang-orang Persia : "kucingku yang ini bulunya halus berbibir manis tepat seperti lolipop persegi yang pernah kita cicipi di perayaan pernikahan orang tuamu" /2/ "kucingku yang ini bertulang rusuk maka kulitnya yang menggambarkan muka tirus membuatku bersusah payah sambil melumat kertas dan alas pupur dari tepung itu supaya terlihat makin putih kucingku" -- di kaca jendela yang memantulkan bayangan kedua kita rambut sebatas bahu /1/ "rambutku hari ini sengaja kubuat merah orang-orang mengira aku tekena lelehan timah gunung di waktu dulu lalu mengering. tak sengaja ketika aku ingin membasuhnya, rambutku berkilat-kilat dan berasap. terbakar kataku! Tidak! ternyata cuma api yang lebih dingin dari dugaanku" /2/ sengaja kulukai tanganku dengan ujung-ujung tumpul kayu ...

Tentangmu Avante

Avante, melewati kancing-kancing baju batik berbentuk batu aku kembali mengingat orang-orang berpakaian putih satu di antaranya adalah cahaya yang muncul dari luar jendela tersenyum di atas dahandahan seperti daun yang mengalir dari kelopak bunganya. Avante, aku mengingat suaramu tentang puisi yang musti aku terjemahkan maknanya tentang rongga yang musti aku penuhkan nafasnya tentang lalang yang musti ditebang ujungnya supaya ingatanku tentangmu Avante tetap rapat pernah saat itu Avante aku meletakkan kenangan di taman di antara kolamkolam teratai ungu : ada lagu kesukaanmu yang senantiasa kau perdengarkan di pengupingan malam. sebelum cahaya kembali tergelincir ke dalam cuacacuaca yang benama kelam dan aku belum lupa Avante kenangan kita telah begitu mengalir ke dalam kubah dan air rumah musi, '10 (mar)

Kewajiban Beriman Kepada Malaikat

Ringkasan Kewajiban Beriman Kepada Malaikat Allah Ta’ala beriman : Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya… (QS 2 : 285) Al-Baihaqi mengatakan di dalam Syu’abul Iman (Cabang-cabang keimanan), ”Beriman kepada malaikat mengandung beberapa makna. Pertama, membenarkan keberadaannya. Kedua, menetapkan bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah dan makhluk-makhluk-Nya. Seperti halnya manusia dan jin, mereka diperintah dan dibebani tanggung jawab. Mereka tidak berdaya kecuali atas ketetapan Allah atas mereka. Kematian mungkin untuk mereka, hanya saja Allah Ta’ala menetapkan masa yang jauh bagi mereka, dan tidak dimatikan sebelum ke masa itu. Mereka pun tidak disifati sifat kesyirikan kepada Allah Yang Mahamulia, dan mereka tidak disebut Tuhan, seperti yang disebutkan orang-orang terdahulu. Ketiga, mengakui bahwa mereka merupakan utusan Allah yang diutus-Nya kepada man...

Arsitektur Senja Jelaga

Cerpen Arsitektur Senja Jelaga Bermain pasir di pantai, wajah mama timbul perlahan. Perlahan dan terus saja hingga akhirnya makin jelas. “Kapan aku akan kembali jatuh ke pelukannya yang makin sempit? Sekedar untuk melepas rasa yang diberi nama rindu, dan mencium bau khas ketiaknya.” Kalimat itu begitu tegas terbesit dalam benak. Senja yang berkilat-kilat menambah kerinduan makin keras. ”Duh sepertinya langit tak bersahabat, seolah tahu rasa yang mengingatkan mama.” Kataku lagi sambil terus meninggalkan jejak yang makin memuncak. Ombak biru bergulung-gulung seperti baru saja menemukan rasa asinnya yang hilang berwindu-windu. Pun pohon kelapa yang ikut menarikan tarian khas dari pulau Hawai, seraya menyambut rasa asin yang tak lagi menghambarkan lautan. Setiap senja, pantai itu selalu memanggilku untuk terus bercanda, walau tak kunjung mengganti kerinduan pada mama. Tak heran bila orang-orang di sana, sangat mengenalku. Tak sering pula mereka memanggilku ”angin yang merdeka karena senja...

Jalan : Penghuni Malam yang Asing

: wi jalan 1 dimana aku harus memadamkan api sedang ini waktu hujan adalah malam dan penghuninya yang asing dengan banban motor mengalir denyut mereka yang dikejarkejar para laron dan penyinggahan adalah tempat pemadaman itu sendiri jalan 2 dari mana aku harus memulai sajak ini bila kata habis terpotong lalu bunting tibatiba tanpa ada sedikit sanggama dan bibir yang basah : sajak ini siasia jalan 3 siapa yang harusku kutuk di sini atau melempari rambut dengan gumpalan batu memagari tubuh dengan kerangkeng besi atau meniduri setiap geletar nafas luruh oleh ribuan gerimis gelombang leherku tersekat laut begitu asin dan pekat badan perahu badan ikan aku kini lebih memahamimu : sebagai penghuni malam yang memakai baju kedodoran jalan 4 jarak di sini musti kutuntaskan penghuni malam yang asing di setiap pemahaman akan jalan terselip makna entah segala apa jalan yang asing aku jadi jelma penghuni malam yang asing yang juga siasia sekayu, 19 nov 09