-- satu potret kita yang menyisakan satu cerita
kucing dan muka tirus
/1/
dimulai dari sore itu
kita memamerkan sepasang mata kucing
di depan cermin tua orang-orang Persia
:
"kucingku yang ini bulunya halus
berbibir manis tepat seperti lolipop persegi
yang pernah kita cicipi di perayaan
pernikahan orang tuamu"
/2/
"kucingku yang ini bertulang rusuk
maka kulitnya yang menggambarkan
muka tirus membuatku bersusah payah
sambil melumat kertas dan alas pupur
dari tepung itu
supaya terlihat makin putih kucingku"
-- di kaca jendela yang memantulkan bayangan kedua kita
rambut sebatas bahu
/1/
"rambutku hari ini sengaja kubuat merah
orang-orang mengira aku tekena
lelehan timah gunung di waktu dulu
lalu mengering. tak sengaja ketika aku
ingin membasuhnya, rambutku berkilat-kilat
dan berasap. terbakar kataku!
Tidak!
ternyata cuma api yang lebih dingin dari dugaanku"
/2/
sengaja kulukai tanganku dengan ujung-ujung
tumpul kayu di pagarku
agar orang-orang melihat inilah batas rumah
yang sering mereka masuki tanpa
melepas sandal. bahkan
mengetuk pintu kian dirasakan mustahil.
mereka tuli seperti kucing-kucing ini.
telinga mereka cuma beban di wajah mereka
supaya terbentuklah wajah tirus.
tepatnya cantik kataku, melebihi kelipatan
urat-urat daun cemara yang tinggal satu
dan belum sempat tanggal di percakapan yang lalu"
yang tersisa
"apakah kita sudah selesai
untuk cukup menggambarkan
dan merekam mata asing
pada wajah asing yang kita miliki
dan menyudahi perkara singkat untuk percakapan
berikutnya : tentang kucing dan wajah tirus
yang mengenangkan potret kita?"
sekayu, maret '10
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin