Langsung ke konten utama

Kewajiban Beriman Kepada Malaikat


Ringkasan



Kewajiban Beriman Kepada Malaikat

Allah Ta’ala beriman :

Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya… (QS 2 : 285)

Al-Baihaqi mengatakan di dalam Syu’abul Iman (Cabang-cabang keimanan), ”Beriman kepada malaikat mengandung beberapa makna.

Pertama, membenarkan keberadaannya.
Kedua, menetapkan bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah dan makhluk-makhluk-Nya. Seperti halnya manusia dan jin, mereka diperintah dan dibebani tanggung jawab. Mereka tidak berdaya kecuali atas ketetapan Allah atas mereka. Kematian mungkin untuk mereka, hanya saja Allah Ta’ala menetapkan masa yang jauh bagi mereka, dan tidak dimatikan sebelum ke masa itu. Mereka pun tidak disifati sifat kesyirikan kepada Allah Yang Mahamulia, dan mereka tidak disebut Tuhan, seperti yang disebutkan orang-orang terdahulu.
Ketiga, mengakui bahwa mereka merupakan utusan Allah yang diutus-Nya kepada manusia yang dikehendaki-Nya.

Malaikat itu Jumlahnya Banyak Sekali

Allah menciptakan malaikat dari cahaya dan meniupkan ke dalamnya, lalu Allah berfirman, ’Jadilah setiap seribu dari kalian dua ribu!’ Sesungguhnya dari malaikat itu ada bentuk yang lebih kecil daripada lalat, dan tidak ada sesuatu pun yang lebih banyak jumlahnya daripada malaikat.
Rasulullah saw. bersabda, ”Sesungguhnya Allah memiliki para malaikat yang menggigil ketakutan, dan tidaklah salah satunya meneteskan air matanya kecuali tetesan itu menjadi seorang malaikat yang senantiasa berdiri sambil bertasbih kepada Allah Ta’ala; para malaikat bersujud sejak Allah menciptakan langit dan bumi serta belum pernah mengangkatkepala mereka dan tidak akan pernah mengangkatnya sampai hari kiamat; mereka senantiasa ruku’ serta belum mengangkat kepala mereka dan tidak akan pernah mengangkatnya sampai hari kiamat, dan malaikat yang bershaf-shaf serta belum pernah berpaling dari shafnya dan tidak akan pernah berpaling darinya sampai hari kiamat. Bila hari kiamat datang, Tuhan mereka ’Azza wa Jalla menampakkan diri kepada mereka, dan mereka pun melihat-Nya, lalu mereka berkata,’Mahasuci Engkau, tidaklah kami menyembah-Mu dengan semestinya.’ (Diriwayatkan oleh Abu asy-Syaikh).


Empat Pemimpin Para Malaikat Yang Mengurus Dunia

Ada empat malaikat yang mengurus dunia, yaitu Jibril, Mika’il, malaikat maut, dan Israfil. Jibril mengurusi angin dan para tentara. Mika’il mengurusi tetesan hujan dan tumbuhan. Malaikat maut mencabut nyawa, dan Israfil menurunkan perintah kepada mereka.
Rasulullah Saw. bersabda, ”Sesungguhnya makhluk Allah yang paling dekat dari Allah adalah Jibril, Mika’il, dan Israfil. Jarak mereka dari Allah sepanjang perjalalan lima puluh ribu tahu; Israfil berada di sebelah kanan-Nya, Mika’il berada di sebelah kiri-Nya, dan Israfil di antara keduanya. (Diriwayatkan oleh Abu asy-Syaikh di dalam al-’Azhamah dari Jabir bin ’Abdillah).

Jibril A.S.

Nama Jibril adalah ’Abdullah, nama Mika’il adalah ’Ubaidullah, dan nama Israfil adalah ’Abdurrahman. Jibril memiliki dua sayap, dan padanya ada selempang dari mutiara yang tersususn, yaitu sinar bukit-bukit dan jubah yang sangat bagus. Kepalanya keriting seperti batu merjan, yaitu mutiara seakan-akan batu es. Sedangkan kedua kakinya sampai ke langit. Dan jarak antara kedua pundaknya seperti kepakan burung sepanjang perjalanan tujuh ratus tahun.
Sesungguhnya Jibril mengurus segala kebutuhan semua hamba. Bila orang Mukmin berdo’a, Allah berfirman, ’Wahai Jibril, tahanlah kebutuhan hamba-Ku ini. Sebab, aku mencintainya dan mencintai suaranya. Dan bila orang kafir berdo’a, Allah berfirman, Wahai Jibril, penuhilah kebutuhan hamba-Ku ini. Sebab, Aku membencinya dan membenci suaranya.’
Allah melihat Jibril dan Mika’il yang sedang menangis. Lalu Allah berfirman, ’Apakah yang menjadikan kalian berdua menangis. Bukankah telah kalian ketahui bahwa sesungguhnya Aku tidak berbuah aniaya?’ Kedua menjawab,’Wahai Tuhan, sesungguhnya kami tidak merasa aman dari kemurkaan-Mu.’ Allah berfirman, ’Demikianlah seharusnya, maka tetaplah kalian berdua seperti itu. Sesungguhnya tidak ada yang merasa aman dari kemurkaan-Ku kecuali orang-orang yang merugi.
Lalu Jibril pun mendatangi Rasulullah Saw. sambil menangis. Lalu Rasulullah saw. bertanya,’Apakah yang membuatmu menangis?’ Jibril menjawab, ’Bagaimana aku tidak menangis. Demi Allah, tidak akan kering air mataku sejak Allah menciptakan neraka karena aku khawatir akan mendurhakai-Nya sehingga aku di lempar ke dalamnya.

Mika’il A.S.

Rasulullah saw. bertanya kepada Jibril, ’Mengapa aku tidak pernah melihat Mika’il tertawa sama sekali?’ Jibril menjawab, ’Mika’il tidak pernah tertawa sejak neraka diciptakan.’
Imam penduduk langit adalah Mika’il. Ia mengimami di Baitul Ma’mur. Sedangkan muazinnya adalah Jibril. Maka para malaikat langit berkumpul, mengelilingi Baitul Ma’mur, shalat dan beristighfar, lalu Allah menjadikan pahala istighfar dan tasbih mereka untuk umat Muhammad saw.



Israfil A.S.

Allah Ta’ala menciptakan sangkakala itu dari sebuah mutiara putih dalam kaca yang sangat bersih, lalu Allah berfirman kepada ’Arsy, ’ Ambillah sangkakala itu!’ Maka, ia bergantung padanya. Lalu Allah berfirman, ’Jadilah!’ Maka, jadilah Israfil, dan Dia memerintahkannya untuk mengambil sangkakala itu. Maka, dia mengambilnya, dan bersamanya ada sebuah lubang sejumlah semua ruh makhluk dan semua napas yang dihembuskan. Dua ruh itu tidak akan keluar dari satu lubang. Dan di tengah-tengah sangkakala itu ada lubang angin seperti bulan langit dan bumi. Sementara Israfil meletakkan mulutnya di atas lubang angin itu, lalu Allah Swt. berfirman, ’Aku telah menugaskanmu mengurus sangkakala ini. Maka tugasmu adalah meniup dan berteriak. Lalu israfil masuk ke bagian depan Arsy, dia memasukkan kaki kanannya di bawah Arsy dan mengeluarkan kaki kirinya. Dia tidak pernah berkedip sejak Allah menciptakannya untuk menunggu apa yang diperintahkan-Nya.
”Sesungguhnya sejak ditugaskan, mata penjaga sangkakala itu selalu siap menunggu di sekitar Arsy karena takut disuruh berteriak sebelum matanya berkedip. Kedua matanya seperti dua bintang yang terang.” (Diriwayatkan oleh al-Hakim dan dia menshahihkannya, Abu asy-Syaikh, dan Ibn Mardawaih dari Abu Hurairah).
Tidak ada makhluk yang lebih dekat kepada Allah daripada Israfil. Antara dia dan Allah ada tujuh penghalang. Dia memiliki sebuah sayap di Timur, sebuah sayap di barat, sebuah sayap di bumi ke tujuh, sebuah sayap di kepalanya, dan dia meletakkan kepalanya diantara kedua sayapnya. Bila Allah memerintahkan sesuatu, maka terbukalah alwah (lauh) kepada Israfil yang berisi perintah Allah. Israfil melihat di dalamnya, lalu memanggil Jibril, dan Jibril pun menyambutnya. Setiap malaikat yang mendengar suaranya, pasti pingsan. Bila malaikat itu telah siuman, mereka bertanya, ’Apa yang telah difirmankan Tuhan kalian?’ Mereka menjawab, ’Kebenaran, dan Dialah Mahatinggi, lagi Mahabesar.’




Malaikat Maut

Ketika Allah Azza wa Jalla hendak menciptakan Adam, Dia mengutus seorang malaikat pemikul ’Arsy untuk membawa debu dari bumi. Ketika dia berkeinginan keras untuk mengambilnya, dan bumi berkata,’Aku meminta kepadamu demi Zat Yang telah mengutusmu agar engkau tidak mengambil apapun dariku sekarang yang neraka memiliki bagian darinya.’ Maka dia meninggalkannya. Ketika dia melaporkan kepada Tuhannya, Dia berfirman,’Apa yang mencegahmu untuk membawa apa yang telah Aku perintahkan kepadamu?’ Dia menjawab,’Bumi telah meminta kepadaku demi (keagungan)-Mu sehingga aku merasa berat untuk menolak sesuatu yang memintaku demi keagungan-Mu. Maka Allah mengutus malaikat lainnya kepada bumi, tetapi bumi itu mengatakan seperti sebelumnya sampai Allah mengutus semuanya. Lalu Allah mengutus malaikat maut, bumi pun mengatakan kepadanya seperti sebelumnya juga. Maka malaikat maut berkata, ’Sesungguhnya Zat Yang mengutusku lebih berhak untuk ditaati daripada kamu.’ Dia pun mengambil dari permukaan bumi seluruh tanah yang baik dan buruk, dan membawanya kepada Allah. Lalu Allah mengucurkan air surga kepadanya sehingga menjadi lumpur hitam yang diberi bentuk, dan darinya Dia menciptakan Adam.
Setiap hari pasti ada Malaikat maut yang menyelidiki tiga kali dalam setiap rumah. Siapa yamg didapatinya sudah cukup rezekinya dan habis ajalnya, dia mencabut nyawanya, sedangkan keluarganya menyambutnya dengan suara sedih dan tangisan. Malaikat maut memegang kedua kayu pintu, lalu dia berkata,’Aku tidak berdosa kepada kalian karena sesungguhnya aku disuruh. Demi Allah, aku tidak makan rezeki kalian, tidak menghabisi umur kalian, dan tidak mengurangi ajal kalian. Sesungguhnya aku akan benar-benar kembali, kemudian kembali, dan kemudian kembali sehingga aku tidak menyisakan seorang pun dari kalian. ’Demi Allah, kalaulah mereka melihat Malaikat maut dan mendengar ucapannya, pastilah mereka melupakan mayatnya, dan menangisi diri mereka sendiri.



Mutiah Ayu Rasta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkatnya, Aku Pulang

Kepada K. Aku mencitaimu sepanjang sinar bulan yang membulat sampai ke bumi tanpa dipantulkan ulang cahayanya. Air menggenang di tanah tapi hujan tertampung di kaca jendela. Langit berawan, namun bintang mengerdip, begitu genit berkelindan di balik matamu. Aku ingin mendaki ke atas bulan, memanjatkan hal-hal mustahil sambil memegang erat pergelangan tanganmu. Bawa saja aku, bahkan ketika kau sedang bermimpi, menghidupkan ulang harapan yang terpotong menjadi tersambung, satu-persatu, juga begitu pelan. Di perjalanan yang tidak begitu singkat, kita berkelana, mengarungi banyak kelok, jatuh dan tergelincir, menyasar hingga menemukan petunjuk dengan mengikuti kemana garis tanganmu menyebar. Tatkala garis itu terpotong, kita bergegas dengan menukik ke arah tebing yang masih hijau. Ucapmu, "Udara menjadi segar begitu kita senantiasa bersama." Maka kuikat kedua lenganku di pundakmu. Aku berdoa sejenak, bahwa meski bencana melanda, kita masih bisa berenang dan berpegangan lebih erat ...

Writing As A Love Language

:Vin Elk, Ars Magna, & Lady Loved* Lately, I have enjoyed writing a lot. Writing worked on me the way Dumbledore did while he was in Penseive, so he could experience his memories through other perspectives. He uses it to siphon the excess thoughts from his mind, pour them into the basin, and examine them at leisure. Writing has helped me to untangle my mind, examine what to deliver, communicate the messages verbally and non-verbally, and reflect on how this writing will evoke certain emotions or moods. Writing becomes the mirror that provides insight into who I am, what I desire, what I experience, what I value, and what I am not into. Writing becomes the language that deliberates my inner peace. On another level, writing could answer the quest that dwells in my mind.  I am glad to share what is significant for me right now. Being loved by the right person and people is heaven, and so is being respected, prioritized, supported, desired, and understood. The right person and peop...

The Fall and The Rise, The Sorrow and The Courage

 Dear my love, Kelvin, please accept my deep condolence on the loss of your beloved sister and beloved grandma this year.  We never been taught how to understand the loss of our loved ones: father, sister, and granny. The grief can be particularly intense. It is accepted as natural part of life with shock, confusion, and also sadness. Grieving becomes significant to welcome those feelings and to continue to embrace the time we had with our loved ones.  I genuinely appreciate your personal willingness to share what you feel. Let's go hand in hand with this wide range of emotions. This sad news can be the most uneasy challenge we face. It also can be the remembrance to honor them. I am thinking about you who are experiencing restlessness, tightness in the chest, and breathlessness.  We don't miss our father, our sister, and our granny. It's not a goodbye for they always stay here, with us in our hearts with love and peace. We will continue the bond we had with our love...