Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2019

Menerjemahkan Isi Kepala

Tidak apa-apa Tidak apa-apa jika matahari belum berhenti berpusing di tengah awan atau atap rumah kita yang nampak putih dari kacamata mirip sepasang mata kucing mengincar sepotong daging ikan kaleng atau sepasang mata kompeni yang mengawasi para kuli pelabuhan Di tengah-tengah tulisan yang sedang dikerjakan ini Tidak apa-apa seandainya kau sedang malas bergerak dari tempat tidurmu, merapikan celana pendek, meletakkan jaket Nike yang tersandar di meja tamu, atau sekadar tersenyum sembari menengok ke arah kaca memerhatikan matahari yang sama malasnya turun Aku berdiri mengambil spidol merah dari dalam tas laptop lalu melingkari kalender yang masih nampak baik di tahun ini Seperti lingkaran yang bercahaya di tengah kertas putih Aku melihat rupanya matahari  sama bulatnya dengan lingkaran itu Di tengah cuaca terik  Jalanan sedikit lebih sepi dari biasanya Orang-orang mencari pojokan Pikiran katamu, satu-satunya hal yang masih merdeka  Ketika mem

IMPRESI

"Kita sedang patah hati", katamu Sambil membuka kaca mobil lebih lebar Di trotoar seorang pria mengenakan kaos putih Menggigit ujung rokok yang kusam Kemudian menghisap kembali asap yang mengepul dari hidungnya Di sebuah tikungan gang sempit Sambil memicingkan kedua mata Ia seolah membutuhkan tempat untuk membayangkan pantai tropis Aroma khas garam terproyeksi dari pinggul para penari Hula Namun bebek-bebek plastik terlanjur terapung Berenang sangat cepat mengejar ketertinggalan Air tak susut, ombak pun tak surut  Berguling hingga ke tepi Ia memungut pasir, satu persatu bijihnya mengkilap Di tengah hari yang terik, air matanya kering Aku bersandar serendah mungkin menyerupai kursi malas yang diam di bawah lampu kamar tidur Melipat kedua tangan dan menekuk wajah begitu simetris Hingga menjadi kotak perhiasan Aku masukkan keyakinan satu persatu Cincin yang dipesan di taman budaya, tiket menonton gratis selama festival film Keju dan wine yang bicara dalam

Ti Amo

Saya mau sharing sedikit mengenai hal-hal kecil yang kadang terlupakan, tapi justru menjadi mood booster seharian. Berbekal ide pertanyaan dari sebuah tayangan 73 Questions for ... oleh Vogue, saya mencoba membuat cerita pendek mengenai hal-hal yang telah saya sebutkan. Saat bangun tidur, hal pertama yang saya lakukan adalah memberi kecupan pada Om Chef (sebentar lagi akan saya panggil Bapak Komplek), sambil skin to skin, terus lanjut tidur di pundak kanannya. Hal ini sejalan dengan apa yang saya ingin lakukan sebelum tidur. Keduanya dapat tercapai hanya ketika Om Chef sedang cuti. Meskipun belum bisa melakukannya tiap hari, atau bahkan tidak mesti setiap hari, berkat hal kecil itu saya dapat merasakan suasana 'love is in the air.' Begitu pun dengan energi 'sincerity' terasa memenuhi seisi ruangan (dan ya masih banyak lagi hal-hal kecil yang kami lakukan). Lalu aroma yang paling saya sukai, sebenarnya ada banyak. Salah empat di antaranya adalah aroma parfum saya, ar

15K

Oh well, belakangan saya sedang memikirkan satu hal mengenai perbandingan. Adakalanya ketika sedang berbelanja, misalnya di supermarket, saya kerap berhenti di depan lemari pendingin minuman yang memajang berbagai jenis yoghurt. Saya biasanya membeli yang seharga 10k -25k untuk satu botol atau cup. Setelah membeli yoghurt saya lanjut ke kedai kopi setempat, tidak jauh dari tempat tinggal saya, cukup berjalan kaki, lalu sampai. Ohya saya mulai terbiasa minum kopi sejak rutin makan nasi meskipun dalam sehari hanya satu kali. Ternyata hasilnya mampu menyelamatkan perut dari asam lambung berlebih. Di kedai kopi ini, saya membeli segelas kopi , affogato, seharga 15k ditambah 20% cash back melalui sebuah aplikasi. Sangat murah untuk kopi seenak ini, apalagi disuguhkan dengan dua scoop ice cream. Lantas apa yang menarik perhatian saya adalah perbandingan kedua harga antara yoghurt dan affogato. Dalam kepala saya, yoghurt cenderung memiliki reputasi yang lebih baik karena membantu melanc

Menandai Oktober

Sudah memasuki Oktober, sekaligus menjadi petanda menjelang penghujung tahun 2019. Selain menjadi lebih tua dari segi usia, saya berharap menjadi semakin matang dan bijak dalam mengambil keputusan. Saya sedang bergumul dalam keresahan dan kegelisahan. Pergumulan ini bukanlah untuk hal-hal yang masif, tentu bukan, melainkan pergumulan kecil yang kolektif. Ketika sedang ingin bernapas, rasanya ada yang tersangkut di saluran pernapasan. Kelegaan adalah sesuatu yang mesti dicari dan diupayakan. Di sela kesibukan yang semakin padat, ternyata masih ada semacam kehangatan dan ketentraman yang diam-diam menyelinap ke tubuh. Tidak hanya saat beristirahat sambil memadamkan lampu utama di kamar, tetapi juga saat sedang duduk di perjalanan menuju destinasi berikutnya, saya menemukan berbagai pertanyaan. Semuanya memiliki benang merah yang sama. Sebagai seorang pengajar dan pendidik, saya bisa apa selain mengajar dan mendidik sekaligus menjadi siswa bagi murid di kelas. Sebagai seorang yang g