Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2012

Puisi Ialah Bahasa Batin yang Berbicara

Puisi ialah bahasa batin yang berbicara melalui siapa-siapa saja dan apa-apa saja yang ia pilih. Misalkan pohon kurma dan seorang wanita yang tengah memeram buah hati di dalam rahimnya. Mereka berdua yang sepakat ini diam-diam menyimpan buah hati yang sangat dikasihi. Bersama-sama melewati sembilan purnama lamanya, mereka berdua saling akur, mengadu nasib di dalam doa, mempertanyakan kembali bahasa-bahasa batin yang telah memilih mereka. Dengan sura yang sulit dimengerti oleh tumbuhan yang hampir habis masa panennya, mereka terkadang menggerutu sendiri. Menyatakan kekesalan dalam berbagai tindakan yang sebenarnya mencelakakan buah hati. Buah hati yang tak pernah memilih dan tak ingin dipilih. Dari yang jauh dan terpantul di hadapan mereka, sebuah berkah hadir tanpa  terduga. Terbanglah selembar kain bertuliskan poster berhadiah, lengkap dengan lomba berikut prasyaratnya. Bagi siapa saja dan apa saja yang dapat menulis puisi dengan bahasa paling batin, akan mendapatkan pasangan h

HANYA KITALAH SATU-SATUNYA

:bara, agus noor, hasan aspahani Barangkali, dengan memukulimu lewat sejuta pensil runcing dapat menembus lengkung hati yang kian kebal. Namun aku semakin ingin mengusikmu. Yang lelah dan yang mengalir di tubuhku, hanya sebuah tanda tanya yang tak semestinya kau tahu. Berlarilah kemana saja, sayang! Berlarilah sebelum ombak menjerembabmu di dalam keasingan yang tak akan pernah mengingat ingatannya sendiri. Sedang aku di sini menyaksikanmu dalam kelelahan. Sejak demikian itu waktu memburuku dengan beringas. Kini gilirannya aku memburumu. Menghujanimu dengan semacam tembakan kecil yang dinamakan cemburu. Menusukmu dengan semacam mata pisau yang nakal, yang pernah melenyapkan segenap dahaga untuk sekedar kembali pada kecintaan lama. Yang telah berlalu dan yang hampir saja tiba pada masa lalu, aku yakin hanya kita sajalah satu-satunya yang berhasil tetap pongah mencari hidup dengan cara lain, mimpi yang tuntas, dan kemungkinan-kemungkinan yang segera lepas. 2012

IN A HARMONY AND A ROAD

a long road after walking Sejak awal mencintaimu senantiasa sebatas keasikan : anak-anak bermain hujan, menarik layang-layang basah, bernyanyi dengan keriuhan tanah yang diam-diam menampik mimpi mereka - jatuh perlahan, menipu dedaunan yang sebenarnya telah lebih dulu mencintaimu dengan sepatah ranting di tubuhnya. Seandainya mencintaimu senantiasa kekosongan dari dalam air yang bergulung-gulung dengan gemetar, mencengkeram tanganku berikut keangkeran dari dalam hatimu : rumah paling merdeka bagi anak-anak yang bermain, aku menukaskan beberapa kepedihan lain lalu menukarnya dengan sebatang peluru mungil, berkali-kali muncul dari lubang pipimu yang putih. Seperti jarak yang terlampau jauh ditempuh oleh punuk masing-masing orang yang berkekasih, perjalanan mencintaimu belum berhenti. Seperti kita yang kadang menangis dan kembali menutup mulut sendiri, membiarkan tenggorokan terbuka, membangun cabang baru, mencari jalur lain_jalur lebih singkat yang memuncakkan doa-doa lewat

SURAT-SURAT BERLABEL ALAMAT LAINNYA

apa yang baru saja menjadi tantangan di dalam surat selain alamat dan pengaduanmu yang ditulis semalam suntuk ? demikian kita mengabaikan surat-surat yang datang di tengah meja kerja seperti gumpalan kertas-kertas buram dan tinta pena yang berjatuhan demikian kita tak pernah kembali memungut apa yang mesti dibereskan perahu-perahu terbang yang berkeliaran di depan mata demikian kita menerjemahkan sebuah pemisah antara waktu  saban hari dan yang kelak akan kita musuhi namun apa yang telah usai di antara pemberian salam  dan ucapan selamat tinggal bukan saja peringatan perpisahan dan pertemuan yang acapkali kita kutip pada masing-masing surat harian. kita yang tengadah dan lugu demikian begitu asik memandang diri dari balik hujan yang berkaca-kaca maka demikian yang hampir raib di atas surat ini kita menghapusnya perlahan. mendedahnya kembali, menulis ulang kita sepakat tidak ada pengulangan paling fasih yang mesti dibawa kabur atau dilayangkan le

DARI MARITIM YANG TERBUKA

Setelah lima hari kita berhasil menyatukan cerita-cerita tentang nyamuk yang hinggap di kebun sayur, akhirnya kita rampungkan keinginan-keinginan untuk berbelanja puisi pada sebuah swalayan yang berisik dan menyukai monopoli rumahrumah yang singgah dari negeri yang jauh. Beberapa bintang yang pernah dituliskan melalui sebuah kertas pembungkus permen karet bermotif kupu-kupu, kita simpan baik-baik dalam celana panjang yang kehabisan warna. Setiba musim dingin menurunkan salju merah dan sakura yang tumbuh di pinggiran ranting, tombol-tombol televisi terasa begitu sulit dikendalikan. Sederetan menu sulit terbaca, hingga daftar kenapa berjumlah begitu banya ketimbang mengapa. Kemudian pukulan-pukulan dari ujung sisir dihantamkan ke lengan kita untuk menciptakan suara-suara lebam. Pisau-pisau begitu tumpul ketika channel-channel mengambang di air yang bernama. Sepasang wanita yang memanggang roti dengan selai alis-alis yang cukup untuk digunting, mengaku telah membereskan ikat-ika