Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2010

Classroom 9

dan demikianlah di antara kami ini saling menyalurkan pikiran bagaimana teori-teori seseorang untuk menarik tali di atas gedung-gedung berkoridor dapat berkumpul menjadi cerita yang panjang dan kepahaman atas bacaan yang menarik untuk dipahami maka kami ingin bertepuk tangan sekali lagi tanpa berhenti memaki rumus-rumus buta di papan tulis putih sebab terang di sini bukan matahari untuk kembali digelapkan dalam lumatan kertas koran kami terus dibawa berjalan membicarakan ledakan tabung-tabung di kepala kami kami tak ingin masalah apalagi inti dari jiwa kami benar-benar sudah berdarah dan lemas dalam menyusun bacaan membaca kami membaca atas kepahaman : kami beringin demikian sekayu, juli 2010  

Lelaki yang Menuliskan Kata di Atas Pasir, Ia Berlalu

lelaki yang menuliskan kata di atas pasir, ia berlalu begitulah kami mengenangnya dari muara yang jauh. melepaskan segala mata sumber dengan riak-riak dangkalnya. menyelamlah kami sebagai ikan pari dengan pemangsa yang ingin memburu lautan di tangannya. daratan, dengan deretan pulaunya yang jukung. aku inginkan dada yang berhenti terbuka bagi tiap kaum yang saling menikam dengan masing bedil. tapi kami pun mesti berlari mengikuti ke mana usia akan hidup untuk hari ini saja. bukan kemarin dan esok lelaki, kami akan lepas dan melepaskan keanggunan yang pernah menari di pantai pembantaian itu :keturunan yang lama dihantam. lumpur menguap dari batas pori yang berkeringat, apakah lelaki akan mengerti tentang pembebasan yang tiada habisnya meledak dan buyar memecah pemukiman ruh yang ada di genangan helai rambut kami. maka akan jadi gambut. Ketika semuanya mesti benar-benar kembali pada fitrah. dan waktu membawa lelaki, kami semakin dew...

Gie

"tertawalah karena aku rindu pada bibirmu juga putih gigimu" sebab tujuh hari yang lalu kita pernah berciuman memagut kenangan menumpahkan segala ingatan bahwa Musi telah meluap hingga di batas kota antara kau aku "mari aku pegangi tangan mungilmu naik ke perahu berjukung" memang diperlukan kehati-hatian  yang cukup serius bisa-bisa ombak mencuri kakimu mengambilmu bersama tawar ikan di dasar sungainya dan aku mesti berkali-kali menangkapmu melepas ranjau pada licin kakimu sekayu, 2010

Surat dari Ibu Kepada Anaknya

"nak, kemari ibu mau bertanya bagaimana hari-harimu satu minggu ini apakah bahagia apakah sedih? maaf ibu tak sempat meneleponmu tak sempat berkirim paket susu ke rumah berat badanmu pasti berkurang, mengingat kemarin satu minggu lalu kita berkumpul memupuk kesejahteraan lewat senyuman dan belaian manis yang menimang-nimang pagi dan petang. itulah waktu yang penuh kegetiran untuk tetap melewati kecemasan dan kemarahan nak, ibu saat ini sedang di kantor meeting dengan tamu kerja yang minta dipuaskan seharian mata ibu memar menahan leleran kesedihan memikirkanmu yang kurang perhatian nak, apakah kau pun merindukan ibu seperti kesetiaan ibu yang senantiasa memelukmu lewat kejauhan dan pertikaian melawan waktu --beginilah jika ibu sudah mesti menggadaikan semua kepemilikan dan aset-aset kasihsayang kepada anaknya yang sendirian di rumah yang kau lakukan malam ini nak, apa kau sedang menonton televisi atau bermain dengan game-game yang mengu...

Dimulai dari Sini

ada yang menggoyang-goyangkan kakibawahnya di atas lantai teras rumah. kemudian sambil memerhatikan semut-semut yang beriringan dengan suara knalpot beserta polusi jika aku masih memiliki telinga, pasti ada ribuan suara yang melengking dan berteriak menggila ingin bebas dari sebab-sebab kebisingan saat ini. padahal di beranda depan, seorang balita berlengan telanjang masih asik berlompatan menangkap sekumpulan uadar di kedua tangannya oh bunga, kepada siapa saja katakan apakah mataku ini telah diberi warna sayap kupu sianghari dan pagar besi yang karatan di sorehari langit bercuaca telah tiada burung-burung dan sarangnya juga terbakar serupa udara :menghambur aku tidak dapat membiarkan hujan turun begitu saja memenuhi tiap ruang kolam ikan di halaman rumah memandikan daun-daun kehijauan aku ingin menjadi masing-masing makanan semut yang cepat habis di malam-malam pesta pernikahan adat desa lalu menjadi piring-piring kotor yang siap dicuci masalalunya bah...

Tersebab Cinta

setiap cinta yang meretas di dadaku maka terbukalah segala anak putik bunga, benang sari mereka terbang ke mana angin melingkarkan paruhnya reruntuhan kesunyian malam ini pukul 10 dengan musik bernada cepat wajahmu kembali mengasingkan nafas-nafas yang berasal dari jalan di arah rumahku dan waktunya orang-orang tidur berlarian memusnahkan mimpi tentang pacar mereka yang menyediakan susu sarapan pagi dengan nasi goreng :butir-butir dikunyah perlahan siapa di antara kita, mereka yang lebih dulu kenyang dan kembali lapar? o kita yang juga di ruang kamar seperti katamu saat itu meninabobokkan segala yang masih terjaga dalam pejam kelopak matamu rekahan doa selamat tidur bermunculan dengan bunga-bunga di kebun satu hari lalu maka cinta sebab di sana, kita, mereka tidak akan berlalu tanpa membawa apa-apa sekayu, 2010

Hari Itu, Sebelum Pulang

dari tanganmu aku mengerat rindu setelah selama hampir sepanjang malam dilewatkan tanpa acara hiburan di televisi suara di radio hilang bersembunyi di balik lubang-lubang speaker menelan tubuhmu tubuhku pada pajangan lukisan pasukan berkuda di dinding ruangtamu aku hidup pada pisau-pisau mereka yang membunuh banyak pasukan tanah seberang pun penyamun yang melupakan anak perawan di desa kelahirannya yang masih berdarah melati kesucian dan keyakinan atas kehidupanku pada tanganmu yang merangkum hari-hariku dan terjaga dari segala lelah sebenarnya telah ada dalam ramalan suku-suku bulan bertengger di janggut nenek yang telah lama mengenal usia dari tanganmu aku mengerat rindu kau mengantarku menuju pagar yang tinggi untuk pulang sekayu, 2010

Termaktub

jika aku bukanlah anak kecil dengan lolipop yang kecil di kedua tangannya hari ini, kau akan segera paham betapa rindu yang sederhana ini banyak tertahan dan bertambah penuh serupa botol-botol minuman bersoda di kantin sekolah dan tugas-tugas terjemahan di kampus mahasiswa "kenanglah aku, ketika masa berlalu menjadi lampauan tahun-tahun yang terbungkus tersusun hampir sempurna sebagai anak kecil yang memohon lugu pada ibunya pada airmata palembang, juli 2010

Dan Mimpi

dini hari lelaki itu datang padaku ia menangis sambil menyebut nama istrinya : Rukmini lima menit aku di sampingnya memutar-mutar lagu di handphone membaca pesan yang penuh di kotak masuk lalu memandangi wajah tirusnya (ada air mata istrinya yang mengalir dari bulatan matanya) lima menit aku masih di sampingnya ada angin dan suasana dingin tapi aku malah tertidur segera di dalam mimpi aku mengetahui lelaki itu bapakku dan istri dan air matanya adalah ibuku yang sudah tiada palembang, juli 2010

Nyanyian Buat Gie

-tak ada yang lebih sederhana dari suara-suara parau yang menyanyi untuk tuannya sendiri. sebab dari kerongkongan yang bersusahpayah itu, ada ribuan bibit makna yang akan diterjemahkan oleh rasa dan hati. tiap-tiap orang lalu akan menegrti kenapa mesti ada pagi tanpa harus memaksa purnama pergi kenapa mesti ada mata wanita yang tajam menahan tikaman cinta dari banyak lelaki- : I can see that you’ve been crying You can’t hide it with a lie What’s the use in you denying That what you have is wrong I heard him promise you forever But forever’s come and gone He would say whatever It takes to keep you blind To the truth between the lines* *lirik lagu more than that dari backstreet boys

Ritus : Menangkap mimpi

dalam ritus, ingatan kita terhadap masalalu kembali basah sudah terlalu lama kita berendam dalam air deterjen beraroma pinus. dan hati kita semakin bertambah runcing menusuk kulit kenangan. kering dan pecah-pecah. kita pernah menghidupi tetumbuhan berwarna perak dari perut tanah yang dilubangi kita curi serbuk pupuk airmata menderas melalui sulur bulu halus tangan yang semakin kuat menggenggam tangkainya kita ikat satu persatu kita potong batang yang meranjau bebas agar mata kita tetap sejuk tanpa merasa perih tertusuk "nah, sekarang giliranmu mengikat rambut tergeraiku sudah lama mereka berkubang di kepala bermukim membuat ledakan baru memerangi tiap-tiap anak yang ingin mekar mengganti tugas bapaknya yang hangus dibakar meriam" katamu sesaat memutar balikkan perasaanku bagaimana pun kekerasan keinginan kita untuk menjadi dua orang yang tetap hidup sekiranya butuh kepercayaan dan ikrar setia yang enak didengar bukan saja terdengar oleh pengupingan lalu...

00.36 am

langit di rumah masih terang ada sepasang lampu menguning membungkus kekacauan mereka menangkap mimpi dalam risalah resah menunggu pagi bulan masih terus naik di atas kepala menampakkan tapak kakinya yang utuh lima jam lagi waktu memeluk subuh mengurung dalam larung berhawa dingin namun ikhlas sujudku menghambur membawa pergi doa-doa yang siap rekah "ibu, apakah aku sudah bersama pagi?" palembang, juli 2010