Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Tanda Tanya

Kapan terakhir kali kamu ingat untuk mengapresiasi pasanganmu untuk tidak berisik saat kamu sedang bekerja, alih-alih hanya menegurnya seperti seorang anak kecil yang nampak bodoh di hadapan seorang individu yang merasa punya kapasitas untuk mengatur dan membuat anak itu menuruti keinginanmu, tanpa diberi kesempatan untuk berkomunikasi secara sehat? 

Malheureusement

I do believe it is unpleasant to treat others bad, and will be troublesome to deal with someone with difficult personality as well. Rather than just let ourselves consumed by anger and the 'urge of killing somebody', we better contemplate and do self reflection. Are we really that worth to be treated like a doormat? If so, what is the reason behind the event? Should we move a step back or stay away from someone who did this to us, or maybe try to comprehend his/ her situation in which he/she might be exhausted by the daily routine. And we never know this person might has a hard time as well before. I may look terribly sad today, but I shall not play victim and blame others to be responsible for my bad luck. 

Grinned From Ear to Ear

Hari ini sama seperti kemarin, hujan deras tanpa henti sampai malam. Saya bertandang ke rumah Omchef, sambil menyiapkan persiapan untuk tes di Rabu dan Kamis siang. Lumayan degdegan, bukan karena persiapan saya kurang matang, melainkan terlalu banyak pikiran aneh yang berloncatan dari kepala.  Sambil menyusun rencana menu baru, saya dan Omchef terpikir untuk membuka gerai makanan baru secara online. Berbekal konsep PSBB dan harga yang masuk akal, kami mencoba mengukur kelebihan dan kekurangannya. Ternyata tidak gampang dan tidak sulit untuk menentukan konsep seperti apa menu yang akan kami pasarkan, lalu juga mengenai persiapan untuk membeli bahan-bahan mentah yang segar di pasar, serta mencocokkan jadwal antara saya dan Omchef. Sehingga setelah resmi dibuka nanti, hal-hal yang terjadi di luar dugaan dapat diminimalisir. Ah tadi saat menyiapkan hal-hal untuk tes besok, saya minta Omchef main keyboard. Tidak ada alasan khusus, tapi bukankah akan menjadi sesuatu yang romantis kalau ditem

Mucho

 Ay, semoga kita tetap bergandeng tangan, berpelukan erat, saling merindu, saling memahami - mengapresiasi - memaafkan - memperbaiki diri, senantiasa menjadi sejoli yang bersahaja. Tantangan di waktu yang akan datang pasti lebih berat dari hari ini dan kemarin, namun mudah-mudahan tidak menyurutkan semangat kita. Kita menyadari ada banyak ketakutan yang membuat kita bergidik, tapi justru makin menguatkan kita satu sama lain. Semoga hari-hari senantiasa cerah dan menjadi gelap secara bergantian. Mari mencintai ketidakseimbangan dengan lapang, sekali seumur hidup, begitu yang disampaikan oleh Poirot.  Oh aku sangat mencintai laki-laki ini, begitupun dengan Ayah dan Alex. Ti amo, mucho.

Hampir Tengah Malam

Beban pekerjaan adalah yang paling banyak menguras waktu, tenaga, pikiran, dan rasa.  Saya teringat dengan ucapan seorang bijak, apabila hendak meminta tolong, tolonglah dulu dirimu. Maka orang lain akan berdatangan satu-persatu. Terlepas dari benar atau salah, memang siapa lagi yang akan membantu kalau bukan diri sendiri. Saya iri pada orang-orang yang memiliki kekuatan untuk menolak, atau sekadar bilang keberatan. Sudah hampir tengah malam, dan saya belum juga merebahkan punggung di atas tempat tidur. 

Rindu Rumah

 Sebentar lagi PSBB, dan ini membikin saya makin sedih beberapa hari ini. Terbayang-bayang suasana hangat di rumah, meski kadang saya merasa tidak betah jika mesti berlama-lama di rumah. Saya juga rindu Ayah. Kalau weekend, pagi-pagi sekali setelah jalan santai, biasanya saya langsung ke ruang baca (well tidak ada yang spesial di ruang baca ini, hanya buku, lemari, meja dan kursi baca, radio, DVD player dan speaker, beserta satu matras berukuran single, maklum saya biasanya akan menghabiskan waktu dari siang sampai malam di sana).  Hal pertama yang saya lakukan adalah menyetel radio dan mendengarkan oldies mancanegara, alih-alih duduk santai dan membaca buku. Lalu dilanjutkan dengan sarapan, ngobrol ringan bersama keluarga saya, beres-beres, dan menyetel koleksi Josh Groban di DVD player.  Pada lagu berjudul My Confession dan Per Te, Ayah biasanya akan duduk di samping saya sambil membuka contekan lirik lagu, dan mengajak saya bernyanyi bersama. Kami bukan penyanyi yang baik, tapi kami