Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

SEMESTA

kepada anonim ars magna perempuan yang masih belia sepasang kekasih di bulan juli perempuan lain, baru saja pulang dan laut, lapang dan sengit   ... to love is to twist your body violently to shake your legs on to a static process to love is to watch your step the floor is slippery when wet ... /pukul 1 pagi/ sore hari sudah lewat beberapa jam yang lalu matahari turun lebih awal aku menyaksikannya pagi tadi nampaknya agak lain ada sendu di wajahnya ada semburat abu, menebal, dan gelap di sepasang bola matanya aku seperti menyaksikan adegan film berdurasi sangat panjang para pemain berputar mengitari satu pusara sambil mengenakan kostum hitam aroma dupa menempel di sepanjang jiplakan telapak kaki katanya ditinggalkan sengaja biar nanti menjadi kenangan dan ketika musim panas tiba, kenangan itu siap menjadi kupu-kupu, terbang menuju rumah lain: rumah yang meninabobokkan segala macam kenangan dan hangat yang bias di secangkir teh, kemudian pada sor

MEMBANGUN KATA

Mari bermain kata  K ata dalam lemari kata dalam kamus kata dalam jidat K ata melibatkan usia dalam tubuh Kata seperti terguncang K ata dalam lemari seperti terbolak balik dalam tubuh dan usia yang terguncang  Kata di atas meja dan jidat itu, kata yang telanjang, kata yang tidak lupa bersembunyi membangun instalasi baru di tubuhnya, kata dalam tubuh, dalam lemari di atas meja dan jidatku, kata dalam bahasa namun tidak pernah habis dimakan usia, dimakan tubuhnya sendiri, kata yang terbaring malam-malam, kata yang ingin tidur sendirian, kata yang menghabisi jam malam, kata yang sembunyi dalam selimut dan kata, rupa dalam kata sebab kata satu persatu meminjam tubuhku meminjam kata dari jidatku, kata yang berpindah dari satu meja ke dalam lemari, ke dalam instalasi, kata yang telanjang, melenyapkan malam-malam dan kata, sesekali sendiri dan juga terbakar, lalu kata pada kata akan habis perlahan dalam sembunyi, dalam selimut kata. Aku dituding menghilangkan kata.  Jekardah, November

A READER

December 11, 2018   12.30 - 14.00 tragedi itu serupa wanita dalam dirimu simbol kehidupan yang abadi dalam samadi ia pejamkan matanya di atas nafas yang sungsang ia kenangkan suatu masa ketika fajar pertama di bumi ia menciumi aroma langit yang masih baru aroma tanah yang basah rumput-rumput mungil yang masih kerap berdekapan dan dirinya sendiri di antara gunung-gunung yang rapat lereng yang licin dan sungai yang mengalir perlahan ke wajahnya ia kecup air dalam tengadahnya ia tuang dalam wajan dalam loki dalam lubang matanya dalam samadi dan igaunya ada gejolak yang beriak meluap perlahan dari satu titik tenang bergerak mengikuti kemana gelombang yang teratur menarik tubuhnya dalam genangan sebagian tubuh terendam dalam air air membasuh rambutnya ombak yang gelisah malam hari ombak yang menunggumu dari dalam dasar di lehernya terikat namamu nafas yang sesekali panjang sesekali berdenyut mengejutkan ujung lidah yang tipis dan kelu serupa wanita

DOG DAYS

aku pulang Musim panas katamu Adalah musim panen pagi hari Saat matahari berhenti menjadi pongah Diangkatnya hari-hari yang berat Saat kemarin Ketika masa lampau berhenti bekerja Berhenti mengenang khidmat namamu Berhenti berjalan ke tepian Mengikuti kemana ia menggiring matamu Membawanya pada tujuan yang asing Dan rindu pulang Ketika yang kau dapati bahwasanya dirimu telah hilang Kau ingin kembali diam-diam Seandainya ak berjalan Tanpa mengingat kemana larinya sunyi Kemudian meletup kecil di telinga Merambat menuju rumah siput dan saraf yang teratur Melingkar dan tidak bergerak Meraih semua pandangan di hadapanku Mengubahnya menjadi sinyal putus dan padam Malam pun hablur Ke dalam nyala kota yang bising Polis yang bias Sejarah-sejarah yang keliru Palsu dan gampang beredar Lalu di hadapanku Di ujung jalan pulang yang terpisah dan sangah jauh Kau bawa seribu tahun cahaya Melesat bagai mimpi ajaib Aku terkenang kisah or

MENGHISAP RAGAMU

akan kuhisap ragamu! di dalam rumahmu ada tembok yang merapatkan diri, ujungnya yang padat merampungkan segala sisi berjumlah genap di dadaku. tahun-tahun begitu panjang. di rumahmu uratku teruntai panjang, menelusuri jalan berumput, berlendir ice cream yang kau makan semalam suntuk, hingga fajar melupakan dirinya singgah di bumi. tahun-tahun adalah spektrum panjang pendek cahaya, kejadian yang berulang dan berhenti, menggiring kita pada ciuman klise selamat datang, dering handphone saat sendirian, malam-malam di kolam renang, kegelisahan yang dirindukan pertengkaran kecil. rumah itu muasal segala denyut bergejolak dan gemuruh. Jakarta, 2018

2 0 1 6

dua ribu enam belas kudapati tubuh ini pucat. kututup cermin dengan kulit yang mengelupas. senyum-senyum palsu bertaburan, melesat bagai kembang api menjelang tahun baru. aku termenung mengingat betapa waktu pernah di sini, duduk manis di hadapanku, mencelupkan satu persatu kakinya ke kolam. 280318