Jalan Pulang - 13 DesemberJalan pulang:
seseorang menggendong buku di dadanya
membekap mantel yang basah
lalu hujan terus saja mengguyur
beramsal nyanyian yang terus berputar di sebuah telepon pintar
seperti jalan pulang
ingatan kadang bisa menikung tajam
di seberang jalan yang dingin, stasiun yang licin, dan peron kereta yang cacat oleh rasa kantuk, tubuh kita membayangkan jalan pulang seperti jalan setapak yang sempit
diapit oleh batu dan rumput liar
di bawah terang langit, jalan pulang itu gemetar
terkadang juga menjadi limbung
sesekali tertiup angin
sesekali menghilang lalu menampakkan dirinya di antara butir debu yang padat
jalan pulang
lantas membawa kita kemana?
ke rumah yang asing bagi masa depan atau masa lalu yang terkesan melankoli?
hanya kicau burung
yang sesekali melesat dan bertengger di kerapatan mulutmu
jalan pulang ini
bahwasanya jalan yang kadang membawa kita bertambah jauh, mengubah kita menjadi dekat, anak-anak yang lugu menatap lolipop, atau pekik klakson dalam hati - yang berpacu dan terbentur - terdengar bagai gesekan besi dan ngilu
jalan pulang ini mengarah lurus ke matamu, ke lidahmu, ke lehermu, ke putingmu, ke dadamu, ke pinggulmu, ke sebuah jalan yang lebih kecil, ke rahimku: pusaramu.
Jekardah, Desember 2017
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin