Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

SEBUAH HARMONISASI

fatin, eca, camilla, epot, neno, dan il divo Jujur saja kekasih Aku ingin mencintaimu dengan segenap harapan Ketika pagi-pagi sekali Kita gelisah dan kadang mengantuk Sebab semalam kita sibuk berdiskusi Akan dibawa kemana pagi esoknya Harapan itu Terkadang bernyanyi di pikiran kita Ia menggambar sebentuk lukisan Dengan warna-warni sepasang kekasih Sehabis hujan Mereka duduk di kursi taman Tumbuhan dan bunga-bungaan menjadikan sebuah kehidupan Yang menyala-nyala di mata mereka Serumpun musik hujan Saat itu baru saja mereda Tik tok jantung Dan kegelisahan memenuhi dada mereka yang tidak lagi lapang Menampung pagi-pagi yang seandainya mesti datang kembali Membawa harapan Sepertinya telah menggenapkan kisah cinta kita yang akan abadi

PERIHAL SARAJEVO DAN PERCINTAAN

oka rusmini aku menganggap tubuhnya seksi subur ditumbuhi oleh rambut-rambut halus dan hitam matanya menjerat rindu mana pun rindu yang sangsai pada debu kamar dengan huruf-huruf yang menggantung dan gampang terbakar aku membayangkan seratus biji kopi ditanam di tubuhnya seribu musim dengan salju dan lautan yang meleleh dan beraroma keringat biji-biji kopi yang menjadi kehidupan baru menjadi semesta yang tumbuh dengan usia yang mengerucut akan menuai seribu tangkai dan seribu daun gugur yang memeluk erat tengkuknya yang baru saja sembuh dari rasa sakit aku sepakat menyebutnya kedinginan seribu hari ia lupa menyalakan api ditubuhnya seribu hari ia menyalakan cuaca yang sangat lain dan begitu suntuk cahaya itu ia bagi menjadi jari dan mulutnya dengan seribu hari dan musim-musim yang lebih awet "Yu, aku minta sajak-sajak sarajevo yang pernah kamu ketik waktu itu saat pertama kali kita menikahi asap yang abadi kamu pasti tahu dan tidak lupa. aku masi...

KARENA SESUNGGUHNYA WANITA DAN AKU

sarah kay aku mendengar suaramu tadi malam ketika pertama kali memasuki rumah dengan cahaya kuning dan asap kebiru-biruan lantas aku terburu-buru mengikuti pintu mana saja aku teringat dengan sebatang cerutu yang dipesan dan diantarkan tadi malam seseorang yang sedang memerhatikanku dari belakang ia melihat dengan pandangan aneh dengan mata pertama lalu kemudian dibukanya mata kedua persis seperti ketika kita membuka mata selepas berciuman dengan bibir angin yang baru saja melahirkan tabir-tabir baru selepas tadi selepas ketika kamu baru saja mengirimkan paket tanpa nama apakah demikian setelah seseorang yang mengantarkan cerutu dan seseorang lainnya yang memandang kita dengan tikaman yang memunculkan rahasia pada masing-masing matanya merupakan cara untuk menguji kesabaran seorang wanita di sini ia tidak bisa tidur karena angin cemas begitu kencang ia tidak mengerjakan apa yang ditugaskan oleh gurunya minggu lalu ia lupa mencuci tanga...

SELEPAS SABIT MALAM INI

bli jengki letih matamu adalah letih bulan sabit dalam kemarau panjang kemarau dalam pelukan kita yang terlampau jarang aku merindukan batas tubuhmu yang ditumbuhi para belukar sebab selongsong angin yang tidak lagi berpacu melupakan kelam-kelam sabit dalam sebotol air mineral

SEBAB TERANG

aku mengira matahari tidak akan terbit di hari minggu pernah dulu namun sekarang tidak begitu demikian saat kita memasrahkan tirai yang terbuka. matahari mendedah mata kita satu per satu. dituangnya arak, dibuatnya perahu dan penumpang dengan sepikul mata lain yang tumbuh menjadi timur dan barat adalah garis hitam putih di atas kertas gambar. kapan saja kita bisa menghapus dan membikin yang baru kita tengadah dalam lindap yang memunculkan ruang lain yang gelap. kita meloncat ke dalamnya maka gugurlah mata lain yang pernah tumbuh demikian banyaknya hingga tinggal dua saja matahari tidak pernah pergi menuju arah lain sebab terang senantiasa di sini di atas mata kita dengan jaring pelangi dan metamorfosa yang gelisah  

Mencintai Wanita yang Lenyap Begitu Saja

: Wa Ode Wulan Ratna dear wanita dengan separuh luka yang mengering di bahunya aku adalah seorang wanita lain yang mengerjakan hal yang sama denganmu malam-malam. setiap orang-orang tengah tidur bersama bapak ibu dan perempuan simpanan lain, aku pergi. keluar dari apartemen menuju gang-gang yang dilupakan siangnya. menuju sebuah jalan sehabis hujan. lantas aku membawa payung. aku membayangkan hujan saat itu juga akan turun namun sia-sia. lalu di sebuah tikungan yang kadang menyala lampunya, aku berhenti. membersihkan sepatu dari luka-luka tajam yang mengelupasi alasnya. sampai di sini aku mesti berjalan kaki. aku sangat suka menyanyikan sebuah lagu kebangsaan bekas perang zaman dulu. mengerikan. tapi aku membayangkan ada selongsong peluru memacu jantungku hingga pecah, lalu akan datang wanita lain memberikan persedian jantung lainnya, hingga aku hidup dan bergairah. berulangkali aku mesti berjalan dan mengerjakan hal-hal seperti biasa. dear antoni sayang, ...