TEMPAT IA MENEMUKAN DIRINYA
Si pendatang membuka peta dan menunjuk
ke sebuah titik hitam. "Lihat, betapa terasingnya aku
selama ini, di sini,
di antara kalian semua," tegasnya.
"Betul." John si kuda poni yang lembut menimpali,
"Keterasingan jelas menjadi kebahagiaan bagimu."
Namun Sang Ketua Regu menginterupsi
"Lalu sekarang, mari dengarkan ia lagi,
cobalah untuk sedikit lebih jujur." Si pendatang merasakan
kenyamanan yang tidak lagi asing dari orang-orang yang menentangnya.
Ia meracau perihal kebodohan-kebodohan
akan cinta, begitu pun hidup yang menjadi penyitaan yang berkepanjangan,
hingga yang lainnya menyahut, "dulunya aku seekor babi,
si rakus yang payah, dan kini menjelma aku llama."
Kepada yang lainnya seseorang menambahkan, "dan aku, sebelumnya seekor serigala.
Kini anak-anak mendekatiku, tanpa merasa takut."
Sang Ketua Regu menanyai si pendatang,
"Kau sudah menjelma binatang apa saja?"
"Seekor tikus yang ingin diingat sebagai pengerat," ucapnya,
dan semua yang tergabung dalam regu mulai melembut
sebagaimana mereka mengingat hari-hari sebelumnya,
kegetiran sebelum menjalani perubahan.
Komentar
Posting Komentar
hembusan yang akan disampaikan pada nona-angin